Mata Pencaharian Bahasa ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PAKPAK BHARAT

36 akan mengadakan pesta, maka ketiga kelompok abang beradik situaan, siditengah dan siampun-ampun akan menerima pembagian perjambaren yakni : isang-isang dagu, tulan tengah tulang bagian tengah dan ekur-ekur ekor. Penerimaan jambar ini boleh bertukar-tukar sesama keluarga tersebut, dengan rincian sebagai berikut. Misalnya: Situaan nomor satu 1; Siditengah nomor 2; dan Siampun-ampun nomor tiga 3. Apabila siditengah yang berpesta, maka urutan menjadi 2.3.1 sedangkan apabila siampun-ampun bungsu yang menjadi sukut yang berpesta maka penerimaan perjambaren berubah menjadi 3.1.2. Kula-kula dan anak berru tetap menerima puncaniadep atau tulan tengah dan betekken atau takal peggu.

2.6 Mata Pencaharian

Pada umumnya, mata pencaharian penduduk di desa Sukaramai adalah bertani. Melihat kondisi tanah yang subur serta sangat mendukung untuk bercocok tanam, maka tidak heran jika mayoritas penduduk di sana bermata pencaharian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang yang ditanam adalah padi, baik di sawah atau di darat, sayur-sayuran, karet dan yang paling mendominasi adalah tanaman kelapa sawit. Sebagian besar lahan pertanian ditanami dengan tanaman kelapa sawit dan merupakan sumber penghasilan atau pendapatan terbesar bagi penduduk di sana. Selain bertani, mata pencaharian lainnya adalah berdagang, buruh pabrik, dan ada juga sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta. Universitas Sumatera Utara 37

2.7 Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di desa Sukaramai adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk di sana adalah suku Pakpak sehingga dalam kehidupan sehari-hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat. Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Jawa, Karo, Nias, dan Toba yang datang ke desa tersebut, tetapi setelah tinggal beberapa lama di sana, maka mereka mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat, dan kantor kelurahan. Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat pakpak, yaitu sebagai berikut. 1 Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara. 2 Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi —yang disebut tangis milangi bahasa tutur tangis. 3 Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan di hutan. 4 Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh dikatakan di tengah-tengah kampung karena dianggap tidak sopan. 5 Rebun rana tabas atau mangmang yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa mantera oleh guru Naiborhu, 2006 Universitas Sumatera Utara 38 2.8 Kesenian 2.8.1 Seni Musik