55 Gaya dapat diartikan menjadi dua macam. Gaya pengarang dalam
bercerita atau gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam karyanya. Keduanya saling berhubungan, yaitu gaya seorang pengarang dalam bercerita akan terlihat
juga dalam bahasa yang digunakannya. Gaya merupakan ciri khas dalam
pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, tema, memandang tema, atau meninjau persoalan, pendeknya
gaya mencerminkan pribadi pengarang Jabrohim, 1986: 528.
2. Kajian Sosiologi Sastra
a. Pengertian Sosiologi Sastra
Menurut Soemarjan dan Soemadi dalam Soekanto, 1987: 16 sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial, termasuk perubahan sosial. Soekanto 1987 : 381 menerangkan bahwa dalam sosioliogi dikenal konsep-konsep dasar seperti interaksi sosial,
keluarga, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi, kekuasaan dan wewenang, perubahan sosial, atau problem sosial. Sosiologi memusatkan perhatian pada
masyarakat yang merupakan wadah kehidupan bersama yang mencakup berbagai aspek. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan
bersama, misalnya, antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, segi kehidupan hukum dengan se+gi kehidupan agama, segi kehidupan agama
dengan segi kehidupan ekonomi, dan sebagainya Abu Ahmadi, 1989: 12. Berangkat dari pengertian ini maka sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji
segala aspek kehidupan sosial manusia yang meliputi masalah perekonomian, politik, keagamaan, kebudayaan, aspek lainnya, dan mempelajari tumbuh dan
56 berkembangnya manusia. Bagaimana manusia berhubungan dengan manusia,
lingkungan, dan proses pemberdayaan itulah yang menjadi hakikat sosiologi. Karena sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan
untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa tertentu, maka pendekatan terhadap sastra melalui pertimbangan dari
segi-segi kemasyarakatan akan melahirkan kajian tentang yang melandaskan pada pendekatan sosiologi sastra. Kalau sosiologi melakukan analisis ilmiah secara
objektif, maka sastra menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya Sapardi Djoko,
1978: 7. Gagasan Sapardi Djoko Darmono ini, dapat merujuk pada asumsi bahwa
sastra merupakan lembaga sosial bermedium bahasa. Bahasa sendiri merupakan abstraksi kehidupan dari kenyataan sosial, karena itu, sastra diciptakan bukan dari
kekosongan sosial, tetapi sastra merupakan produk dari masyarakat. Dengan demikian; kajian mengkaitkan antara sosiologi dan sastra hakikatnya memiliki
bentuk persepsi yang sama masyarakat. Untuk itu, para sosiolog dan para sastrawan mempunyai misi yang sama namun caranya yang berbeda dalam
menyampaikannya. Pemikiran itu demikianlah tentunya yangmelahirkan beberapa teks karya sastra yang merupakan cerminan perilaku budaya masyarakat.
Melalui teks sastra akan diketahui berbagai corak kehidupan masyarakat pada zamannya setelah melaluipendekatan sosialgi dalam menganalisa sastra.
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumentasi sastra. Landasan berfikirnya adalah daya
pandangan yang mengatakan bahwa sastra merupakan cermin zamannya: baik segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan,pertentangan kelas, dan lain-lain.
57 Tugas sosiologi sastra karena itu, menghubungkan pengalaman di dalam karya
sastra dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya Sapardi Djoko Darmono, 1978: 9.
b. Teori Sosiologi Sastra