204 Berdisiplin. Laisa sejak umur du belas tahun, terbiasa bangun jam tiga shubuh.
Shalat malam bersama Mamak, lantas membantu di dapur. Sejak kecil Mamak mengajarkan ritus agama yang indah kepada mereka. Shalat malam salah-
satunya. Dengan teladan yng ada di depan mata, maka Yashinta kecil saat usianya menginjak belasan tahun, tidal perlu disuruh- suruh untuk shalat malam, gadis itu
melihat Mamak dan Kakak- kakaknya, maka otomatis ia ikut. Kebiasaan yang terus ada hinngga mereka tumbuh besar. Saat perkebunan strawberry memberikan
janji kehidupan yang lebih baik, Mamak dan Kakak Lais tentu saja tak perlu masak gula aren selepas shalat malam. Waktu itulah yang digunakan Kak Laisa
untuk berdiri di lereng lembah. Menetap hamparan perkebunan,menghabiskan penghujung malam ditemani Dalimunt. Bersyukur atas kehidupan mereka.
Nilai agama menjunjung tinggi sifat- sifat manusiawi, hati nurani yang dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia.
Nilai agama sifatnya mutlak untuk setiap saat dan keadaan. Semua manusia yang beragama yakin dan percaya karena ajaran agama merupakan petunjuk hidup
yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai hamba untuk selalu tunduk dan taat pada aturan-Nya. Bagi manusia yng
beragama dan beriman, nilai ini dijadikan dasar atau pijakan utama dalam mencapai tujusn hidupnya.Hal ini sifatnya universal bagi semua ajaran agama.
Pemahaman nilai agama yang tinggi akan menjadikan manusia saling mengasihi.
c. Nilai Pendidikan Moral
Burhan Nurgiyantoro 1995:322 menyatakan bahwa moral dalam karya sastra biasnya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,
pandangan tentang nilai- nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan
205 kepada pembaca. Karya sastra fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang
berhubungan dengan sifat- sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia.
Moral identik dengan agama, sosial, serta nilai- nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan moral itu sendiri terkait erat dengan budi
pekerti yang tercermin melalui tingkah laku seseorang. Novel sebagai karya sastra yang dinikmati oleh banyak kalangan bertujun mempengaruhi pembaca,
sehingga novel yang baik tentunya mampu memberikan pengertian yang baik pula.
Moral merupakan tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik- buruk, benar dan salah berdasarkan adat kebiasaan di mana individu itu
berbeda. Pesan- pesan moral yang terdapat dalam novel
Bidadari Bidadari Surga
bisa diambil setelah membaca dan memahami ceritanya. Setelah Membaca novel ini, penulis manamukan segi- segi positif dan negatifnya. Kedua hal tersebut
perlu disampaikan, sebab kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat.
”Apakah Kakak tetap menginginkan menikah? Tentu saja, Dali. Namun jika perjodohan harus datang, Kakak tidak ingin
proses itu justru mengganggu kebahagiaan yang telah ada. Bukan karena istri kedua itu,Dali. Bukan pula karena cemas
apa yang dipikirkan tetangga. Tetapi kakak tidak mau pernikahan
itu mengganggu
pernikahan yang
telah ada….”Tere Liye. 2008:259
Nilai pendidikan pada kutipan novel di atas menyatakan perbuatan manusia dipandang dari nilai baik-buruk, benar dan salah berdasarkan adat
kebiasaan dimana individu itu berada.Nilai moral dari segi positif, sebab kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Kakak Laisa yang masih
206 mempertimbangkan rasa kemanusiaan segi positif yang bisa sebagai hal yang
patut ditiru dan diteladani. Saat adzan terdengar dari surau. Akhirnya keputusan itu itu
diambil. Dalimunte akhirnya mengerti mengapa begitu lama keputusan itu terbengkalai, Kak Laisa enggan menyakiti istri
pertama calon
perjodohan ini.
Butuh berkali-kali
menyakinkan Kak Laisa kalau pernikahan itu justru atas permintaan istri pertama.Sungguh tak ada yang tersakiti.
Tentu saja, di hati paling dalam istri pertama proses ini mungkinakan menyakitinya karena Ia tetap manusia yang
memiliki perasaan, tetapi kasus ini amat berbeda. Mungkin inilah
solusinya terbaik
buat dua
masalah yang
bersisian.Shubuh akhirnya
keputusan penting
itu berakhir.Tere Liye, 2008:259
d. Nilai Pendidikan Sosial