169 Kak Laisa tetap tidak berubah. Selalu ingin mendengar apa yang
sedang dikerjakannya. Apa yang sedang dilakukannya Meski Kak laisa tidak mengerti, karena semakin ke sini apa yang
dikerhajakan Dalimunte semakin rumit baginya. Meski Kak Laisa tidak paham sedikitpun, tetapi ia selalu ingin mendengar apa yang
sedang dilakukan Dalimunte. Menatap wajah Dalimunte yang selalu antusias menjelaskan penelitiannya. Penuh penghargaan.
Tetap sama seperti dua puluh tahun silam. Masa- masa ketika akhirnya Dalimunte menyadari satu hal.
Kak Laisa yang semakin tertinggal di belakang.
Dari kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa tokoh Dalimunte dan tokoh Laisa bisa memberikan identitas keluarga. Dalimunte yang sejak kecil
sudah tertanam karakter semangat dengan tekad kerja keras untuk meraih kesuksesan. Sementara kakaknya juga memberi teladan, pengorbanan,
dukungan, dan penghargaan kepada adik-adiknya.
d. Ekspresi Cinta Ikanuri dan Wibisana
1 Memberikan kasih sayang dan rasa aman
Memberikan kasih sayang antara anggota keluarga merupakan perwujudan pemahaman arti kehidupan yang dalam. Hidup adalah anugerah
dan kebahagiaan, dan cinta dalam kasih yang tulus adalah kesempurnaan hidup. Cinta merupakan rahasia kemanusiaan yang di dalamnya terkandung
hasrat ingin member dan melindungi. Kereta ekspress eurostar itu melesat membelah indahnya kota
Paris. Semburat muncul di angkasa. Pagi dating menjelang. Membuat gemerlaplampu kota yang belum dimatikan telihat
begitu menawan. Kabut pagi menambahnya syahdu. “Sudahlah Ikanuri…” Wibisana mendekap bahu adiknya
“Kau tahu.… Kau tahu, waktu itu aku mengatakan Kak Laisa bukan Kakak kita. Kau tahu itu ”Ikanuri tersedak. Mendekap
wajahnya. Dia tidak bisa lagi menahan persaan itu. Dan melihatnya tertunduk menangis sungguh menyedihkan. Wahai,
kalian akan lebih terharu saat melihat seseorang yang selama ini
170 dikenal nakal, tukang jahil, bebal, atau apalah tiba- tiba
menangis. Sungguh. “Kak Laisa tidak pernah marah dengan itu, Ikanuri.” Wibisana
mengusap bahu adiknya. Ikanuri justru terdsedan lebih kera. Itu benar sekali.Kak Laisa
tidak pernah marah soal itu seikitpun. Tidak pernah. Bahkan Kak Laisa tidak pernah mngungkit-ungkitnya lagi. Ya Allah,
karena itulah dia merasa bersalah sekali. Menyesalinya sepanjang hidup. Duapuluh lima tahun berlalu, Ketika takdir
kehidupan yang lebih baik menjemput keluarga sederhana mereka di Lembah Lahambay, bahkan ia tidak pernah meminta
maaf untuk soal itu. Meski Kak Laisa sebenarnya sudah memaafkan detik itu juga di bawah pohon mangga tersebut. Tapi
dia selama ini tidak penah merasa harus
meminta maaf
. Bagaimana jika mereka terlambat dan tidak ada waktu lagi?
”Tolong…. Tolong sambungkan lagi ke Mamak …” “Semoga kita tidak datang terlambat.” Ikanuri mengeluh
sekali lagi.Itu benar- benar keluhan tertahan. Wibisana menepuk-nepuk
bahu Ikanuri.
Tersenyum. Berbisik,
“Tidak akan terjadi apa-apa, Ikanuri. Kita akan tiba tepat waktu.
Berdoalah, Kak Laisa akan baik-baik saja….” Hujan turun semakin deras. Badai semakin kencang.
Tere Liye, 2008:95
2 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
Sifat dasar manusia, ia akan mengalami gejolak perasaan menghargai yang amat dalam terhadap orang lain menawarkan kebaikan hati padanya.Di balik
penderitaan manusia, tersibak rahasia persaudaraan, rahasia persahabatan, perhatian, dan kasih. Semua itu anugrah yang muncul diantara anggota
keluarga untuk selalu memberikan perhatian diantara anggota keluarga
”Ah-iya, Ikanuri lupa.” Entah kenapa Ikamuri tiba-tiba bangkit dari belajarnya. Semua menoleh. Langkah Yashinta tertahan.
Ikanuri mengambil bungkusan kecil dari kota kecamatan tadi. Lantas menyerahkan ke Yashinta.
“Buat, Yashinta” “Apa-an?” Yashinta bertanya sambil menguap.
“Buka saja.” Ikanuri nyengir.
Yashinta tanpa perlu diperintah dua kali, membuka ikatan kantong plastik kecil. Sekejap terdiam memegang kotak berwarna itu.
171 Seperti tidak percaya. Satu detik. Dua detik. Lantas berseru senang
sekali. Tere Liye, 2008:73
Keliru. Bukan dari siapa pertanyaan tepatnya Ikanuri dan
Wibasana barusan. Tapi lebih tepat : ada apa? Apa yang terjadi? Wajah mereka berdua mendadak mengeras, cemas. SMS? Ini pasti
Mamak Lainuri. Yang lain pasti selalu menelepon jika ada urusan penting.
Bukankah seumur-umur
Mamak tidak
pernah mengirimkan SMS. Menggunakan HP-nya saja, Mamak tak mahir
benar. Jika Mamak yang kirim, ini pasti penting sekali. Tere Liye, 2008:24
3 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Kita seringkali menyakiti hati orang- orang terdekat, keluarga…, saudara…,sahabat juga orang lain. Kita sering mengatakan sesuatu bahkan
melakukan perbuatan yang entah disadari atau tidak disadari menyinggung dan menyakiti hati mereka. Ada pepatah yang mengatakan, satu perbuatan
sama dengan serbu kata. Ketika dikuasai emosi, kita kerap melukai hati orang- orang terdekat dengan perkataan dan perbuatan yang semestinya.
Kita tidask bisa mengontrol atau menguasai diri. Akibatnya, luka akibat perbuatan itu tetap ada. Mari kita belajar mengoreksi diri sendiri, sebelum
kita melukai hati keluarga, saudara, teman, dan orang lain.
Tapi Ikanuri tidak tidur, ia tidak bisa tidur sejak kereta jalan lagi, ia justru sedang sibuk menyeka ujung-ujung matanya.
Ikanuri terisak pelan. Tertahan. Menatap kosong keluar melewati jendela kereta.
Kunang-kunang.
Ya Allah, dia jahat sekali. Jahat Dua puluh lima tahun silam. Seperempat abad lalu. Kejadian itu tidak akan pernah terlupakan.
Tidak akan. Wajah Kak Laisa yang menangis saat itu. Wajah Kak Laisa yang seperti tak percaya mendengar dia mengatakan kalimat-
kalimat menusuk itu. Ikanuri tersedan. Lihatlah, wajah Kak Laisa sekarang seperti mengukir sempurna di bayangan jendela kereta.
Wajahnya yang tersenyum, wajahnya yang selalu melindungi mereka, adik-adiknya yang bebal. Semua pengorbanan itu.
Semua….
Ikanuri tersungkar. Tergugu. Dia benar-benar tidak tahan lagi. Menangis terisak. Ya Allah, jika ada yang bertanya siapa yang
paling penting dalam hidupnya…. Jika ada yang bertanya : Siapa?
172 Maka itu sungguh adalah Kak Laisa. Tere Liye, 2008:110
4 Memberikan identitas keluarga.
Adalah penting pula untuk menanamkan rasa percaya diri dalam pribadi setiap anak, sehingga mereka tidak akan selalu mengekor perbuatan
teman- temannya. Anak yamg punya rasa percaya diri dalam yang kokoh tidak akan malu tampil berbeda teman- temannya. Tidak surut
mempertahankan pendiriannya walau diejek dan disudutkan teman. ”Ikanuri, Wibisana, suatu saat nanti kalian akan melihat betapa
hebatnya kehidupan ini…. Betapa indahnya kehidupan di luar sana. Kalian akan memiliki kesempatan itu, yakinlah…. Kakak berjanji
akan melakukan apapun demi membuat semua itu terwujud….”
Dalimunte menyeka ingusnya. ”Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan
Kakak, kalian harus rajin sekolah, rajin belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang hari terbakar
matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana, dalimunte, kalian harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja
keras, karena dengan itulah janji kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput….”Tere Liye, 2008:138
Sejak kecil Ikanuri dan Wibisana sudah kompak. Kakak- beradik yang selalu bisa saling mengandalkan. Hari ini mereka
berngkat ke Roma bersama-sama. Menyelesaikan tender hak pembuatan sasis salah-satu mobil balap tersohor produksi Italia.
Seperti biasa, pesaing mereka juga pesaing pengusaha-pengusaha lokal lainnya, datang dari negeri Panda, China. Tere Liye,
2008:22
e. Ekspresi Cinta Yashinta