114 berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-
peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik,
biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas kontrol
perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Kimball Young
mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
Sedangkan
A.W.Green
memandang n
i
lai sosial sebagai kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek. Dan
Woods
mengemukakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pengertian nilai adalah Nilai adalah gambaran mengenai apa
yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut Lawang, 1984: 13. Selanjutnya The Liang Gie
1987: 28 menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu objek apapun dari keinginan manusia yang mencakup pula berbagai kebutuhan, minat, dan keterikatannya.
Dalam perwujudannya objek dapat berupa benda, ide, pengalaman atau sesuatu hal lainnya yang dapat memuaskan keinginan dari seseorang atau kelompok orang
g. Nilai Pendidikan Budaya
Karya sastra lahir tidak dalam kekosongan sejarah. Sastra diciptakan
115 berdasarkan situasi dan kondisi sosial budaya setempat. Sastra tidak akan terasing
dari masyarakat karena sastra akan mengungkapkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pandangan budaya Jawa tentang wanita
sebagai “kanca wingking” akan tergeser dengan pandangan bahwa wanita tidak sekedar kanca wingking, tetapi mempunyai hak yang sama dengan kaum pria,
emansipasi wanita. Dalam budaya Jawa dikenal beberapa tokoh wanita dan tokoh pria dalam
cerita wayang. Ada tokoh Srikandi, Subadra, Sinta, Sarpakenaka, Banuwati, Bathari Durga, dan lain-lain sebagai tokoh wanita yang cukup dikenal. Beberapa
tokoh pewayangan pria yang cukup dikenal, yaitu: Dewa Brata, Begawan Abiyasa, Batara Guru, Rahwana, Bima, Arjuna, Kresna, Rama, dan lain-lain. Dan
tidak jarang bahwa orang jawa mengidentikkan dirinya dengan tokoh-tokoh wayang tersebut.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
believe
, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku
dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang
nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Menurut Kluck dan Strodtbeck Koentjaraningrat, 1990:78. Konsepsi
mengenai isi dari nilai budaya yang secara universal ada dalam tiap kebudayaan menyangkut paling sedikit lima hal yaitu 1 masalah
human nature,
atau makna hidup manusia;
2 masalah
man nature
, atau makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya; 3 masalah
time
, atau persepsi manusia mengeni waktu;
116 4 masalah
activity
, atau soal makna dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia, dan 5 masalah
relational,
atau hubungan manusia dengan sesama manusia. Kelima masalah tersebut seringn disebut sebagai orientasi nilai budaya
value oientation
. Nilai- nilai budaya akan tampak pada simbol- symbol, slogan, moto, visi, misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu
lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu:
1 Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata jelas 2 Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3 Kepercayaan yang tertanam
believe system
yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku tidak terlihat.
http:idNilai- nilai_budaya
B.Penelitian yang Relevan
Penelitian yang sudah dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra banyak dilakukan orang, seperti penelitian Ratna Purwaningtyastuti pada novel
yang berjudul
Jendela-jendela, Pintu dan Atap
karya Vira Basuki: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan 2006. Penelitian mengkaji sosiologi
pengarang yang bertitik tolak pada pendekatan sosiologi sastra. Ratna Purwaningtyastuti menempatkan persoalan pengarang yang memndang karya
sastra dari segi pengarang itu sendiri. Dalam konteks tersebut pendekatan sosiologi sastra digunakan
Dalam tesisnya Ratna Purwaningtyastuti menganalisis novel
Jendela- jendela, Pintu dan Atap
karya Fira Basuki dengan berusaha memahami bagaimana pengarang memandang kehidupan dalam novel itu selain itupun ia pun
117 membahas tentang pandangan pengarang terhadap wanita yang kemudian
dikaitkn dengan nilai-nilai pendidikan. Selain itu novel yang diangkat adalah novel yang berseting kehidupan kampus, yang dihuni oleh manusia-manusia
intelek yang berstatus sosial tinggi dan modern di luar negeri. Hal ini cocok dengan kehidupan pengarangnya yang masih muda dan pernah sekolah di luar
negeri. Hal itulah yang membedakan penelitian Ratna dengan penelitian ini. Dengan tegas dapat diungkapkan, bahwa penelitian Ratna dan
penelitian ini hanya memiliki kesamaan pada pendekatan yang digunakan, akan tetapi bukan kelanjutan atau duplikat dari penelitin Ratna. Karena pokok
persoalan yang dikaji sangat berbeda karena pemilihan novel yang berbeda Ratna memilih novel yang berseting modern. Sedangkan penelitian pada novel ini
berseting tradisional yang ada di pedesaan masalah perilaku dalam kehidupan yang sarat dengan kerja keras.
Penelitian yang berikutnya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Titin Ekowati tahun 1996 tentang problema rumah tangga dalam novel
Gelas-Gelas Retak”
karya Titik W.S Dalam penelitian tersebut diungkapkan tentang permasalahan tentang rumah tangga di kota besar yang disebabkan
adanya perbedaan lis status sosial dan tingkat pendidikan, tidak adanya rasa saling cinta, kehidupan seks yang kurang harmonis serta kesepian dan kehampaan
seorang istri. Kisah dalam novel yang berjudul
Gelas –Gelas Retak
ini berlatar kehidupan di Jawa dan dalam lingkungan kebudayaan Jawa.Penelitian Titin
Ekowati merupakan analisis struktural dan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.Sedangkan penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra.Disertai
pembahasan tentang relevansinya dengan kehidupan nyata, yang tentu menjadi suatu syarat bagi pendekatan sosiologi sastra.
118 Maka dapat ditegaskan, bahwa penelitian Titin Ekowati dengan apa
yang dibahas penulis baerbeda.
C. Kerangka Berpikir
Karya sastra merupakan cerminan realitas kehidupan masyarakat.Untuk memahami dan menangkap makna karya sastra maka dibutuhkan sebuah
pendekatan. Pendekatan sosiologi sastra yaitu metode pengkajian sastra yang berorientasi kepada pandangan bahwa karya sastra adalah mimesis atau tiruan
terhadap kenyataan . Sasaran pendekatan sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpaduan antara sosiologi pengarang yang membicarakan
latar belakang, status sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, dan pengarang sebagai subyek kolektif penghasil karya sastra. Sasaran pendekatan sosiologi
karya sastra yang membahas struktur institusi sosial terkecil yaitu fungsi keluarga terutama pada fungsi psikologis dan fungsi ekonomi.
Pembelajaran sastra
bukan proses
pembentukan penguasaan
pengetahuan tentang sastra, melainkan pembinaan dan peningkatan kemampuan mengapresiasi sastra. Oleh karena itu pembelajaran sastra harus diupayakan agar
tidak mengarah pemberian pengetahuan kesusastraan. Pengetahuan kesusastraan harus diletakkan pada posisi sebagai penunjang kegiatan mengapresiasi sastra.
Pembelajaran mengapresiasi dilaksanakan dengan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses
mengapresiasi. Untuk itu, siswa perlu lebih banyak menggauli karya sastra dengan membaca berbagai bentuk karya sastra khususnya karya sastra berbentuk
novel. Apabila siswa terlibat langsung dalam proses mengapresiasi diperlukan