22
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA
BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Novel Sebagai Sebuah Karya Sastra
a. Pengertian Karya Sastra
Sastra merupakan karya dan kegiatan seni berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan, yang selalu tumbuh dan berkembang hasil-hasilnya. Maka dari
itu kiranya batasan tentang sastra itu selalu tidak pernah memuaskan, namun ungkapan batasan berikut ini diharapkan menjadi gambaran tentang sastra
tersebut. Dalam bagian ini akan dibahas pengertian sastra, macam-macam, kritik sastra, dan analisis sastra.
Sumardjo 1992: 3 memberikan batasan tentang sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Dalam kaitan ini terlihat bahwa peran perasaan cukup besar
dalam proses pengkajian atau penulisan karya sastra. Sementara itu, dapat dikemukakan bahwa definnisi sastra adalah
ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan ataupun tulis yang dapat menimbulkan rasa bagus. Keindanan merupakan objek yang
secara langsung dan hanya dapat ditangkap oleh indera manusia, terutama yang berkaitan dengan aspek kejiwaan afektif yang
dikenal dalam proses pembelajaran selama ini Badudu, 1984: 5.
Menurut Chamamah dalam Jabrohim, 2001: 10 menjelaskan bahwa sastra dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan manusia yang tergolong hasil
karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Jadi, bahan merupakan karakteristik sastra sebagai karya seni. Dalam hal ini bahasa digunakan secara
9
23 istimewa dalam karya sastra, terutama dalam menjalankan fungsi komunikasi
untuk menyampaikan informasi secara maksimal. Melalui proses komunikasi inilah proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan terjadi
penyerapan nilai-nilai dalam kehidupan siswa.Sastra adalah kreativitas pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung atau melalui rekaannya
yang dengan bahasa sebagai medianya. Sastra dianggap sebagai karya yang berpusat pada moral manusia, yang di satu sisi terkait dengan sejarah dan pada
sisi lain pada filsafat.Nani Tutoli,2000: 3. Dari beberapa batasan tentang sastra dapat dipahami, mencakup semua
sastra yang menggunakan bahasa sebagai bahan, baik bahasa tulis ataupun lisan yang memuat perasaan manusia yang mendalam dan kebenaran moral dengan
sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona. Karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya
Sumardjo, 1991: 5. Untuk merekam karya sastra tersebut harus dapat di- komunikasikan kepada orang lain dan mempunyai bentuk tersendiri yang dapat
mempesona pembaca, memberikan rasa puas dan senang kepada pembacanya. Prosa menurut Badudu 1984: 39 ialah karangan bebas yang tidak terikat
pada uraian dan isian. Prosa lama berupa hakikat, cerita, panji, serita berbingkai, tambo, dan dongeng. Prosa baru terdiri dari roman, novel, cerita pendek, kisah
drama, dan esai. Sebagai karya sastra, puisi, dan prosa dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai pendidikan dalani rangka
pernbinaan generasi muda. Sastra menurut Gazali sebagaimana dikutip Rachmat Djoko Pradopo
2003: 32 adalah tulisan atau bahasa yang indah; yakni hasil ciptaan bahasa yang indah dan perwujudan getaran jiwa dalam bentuk tulisan. Yang dimaksud indah
24 adalah sesuatu yang menimbulkan orang yang melihat dan memdengarkan dapat
tergetar jiwanya sehingga bmelahirkan keharuan, kemesraan, kebencian, kecemasan, dendam, dan seterusnya.
Slametmuljana 1955: 7 menyebut “seni-kata” yang hampir sama dengan pendapat Gazali tentang sastra di atas, yaitu “Seni-kata adalah penjilmaan ilham
dengan kata yang tepat”. Pendapat terserbut hampir sama dengan yang dikatakan J.E. Tatengkeng,”Seni –kata adalah gerakan sukma yang menjilma keindahan
kata”. Dari pendapat di atas mempunyai kesamaan bahwa sastra merupakan hasil
seni bahasa yang indah yang dapat menimbulkan keindahan, tetapi belum menunjukan sifat khusus dari tulisan yang berupa karya sastra yang indah
bahasanya dan baik isinya. Karena buku filsafat yang bahasanya indah, naskah pidato sebagai perwujudan getaran jiwa dapat dimasukkan ke dalam sastra.
Rene Wellek dalam Rachmat Pradopo, 2003: 35 mengemukakan tiga definisi 1 Seni sastra ialah segala sesuatu yang dicetak. Definisi ini tidak
lengkap karena tidak meliputi karya sastra yang tidak ditulis, atau karya sastra lisan. 2 Seni sastra terbatas pada buku-buku yang “terkenal” dari sudut isi dan
bentuk. Definisi ini bercampur dengan penilaian; dan penilaian itu hanya didasarkan pada segi estetiknya, atau segi intelektualnya. Dengan demikian,
karya-karya yang lain yang “tidak terkenal” tidak dapat dimasukkan dalam sastra. 3 Seni sastra bersifat imajinatif. Definisi yang ketiga ini lebih baik dari definisi
sebelumnya. Sifat imajinatif ini menunjukan dunia angan dan khayalan hingga kesusastraan berpusat pada epik, lirik, dan dramatik, karena ketiganya dihasilkan
dari dunia rekaan
fiction, imagination
. Jadi definisi ketiga tersebut mengakui adanya sifat fictionaly sifat mengkhayalkan,
invention
penemuan atau
25 penciptaan, dan
imagination
mengandung nkekuatan menyatukan angan untuk mencipta sebagai hakekat seni sastra.
Fictionaly
disini menunjukan dunia khayalan, artinya dunia yang adanya hanya karena khayalan sastrawan, bukan
dunia yang nyata, yang sungguh-sungguh ada.
Invention
menunjukan pengertian adanya penemuan-penemuan yang baru sebagai hasil khayalan, penemuan karya
cipta baru.
Imagination
menunjukkan adanya daya membayangkan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang asli untuk menghasilkan dunia
nyata.Rene Wellek,1993:22 Senada pendapat Rachmat Djoko Pradopo 2003: 59 bahwa karya sastra
adalah karya seni, yaitu suatu karya yang menghendaki kreativitas dan bersifat imajinatif. Dikatakan imajinatif bahwa karya sastra itu terjadi akibat penanganan
dan hasil penanganan itu adalah penemuan-penemuan baru, kemudian penemuan baru itu disusun ke dalam suatu sistem dengan kekuatan imajinasi hingga
terciptalah dunia baru yang sebelumnya belum ada. Jika disejajarkan antara pendapat ketiga Rene Wellek dengan pendapat
Rachmat Djoko Pradopo terdapat persamaan. Persamaan itu antara lain: 1 Rene Wellek mengatakan sastra bersifat
fictionaly
sifat mengkhayalkan, Rachmat Djoko Pradopo menyebut karya sastra akibat dari penganganan; 2 Rene Wellek
menyebut karya sastra berupa
invention
, penemuan atau penciptaan, Rachmat Djoko Pradopo hasil penganganan itu berupa penemuan- penemuan baru: 3
Rene Wellek mengatakan bahwa karya sastra merupakan
imagination,
mengandung kekuatan untuk mencipta, Rachmat Djoko Pradopo menyebut karya sastra bersifat imajinatif.
Jan Van Luxemburg yang 1984: 4-5 menyebutkan ciri sastra yaitu: 1 Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi bukan pertama-tama sebuah
26 imitasi. Sasatrawan menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses
penciptaan di dalam semestan alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu luapan emosi yang spontan. 2 Sastra bersifat otonom,
tidak mengacu pada sesuatu yang lain; sastra tidak bersifat komunikatif. 3 Karya sastra yang otonom itu mempunyai koherensi antara bentuk dan isi, saling
berhubungan antara bagian dengan keseluruhan secara erat sehingga saling menerangkan. 4 Sastra menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang
saling bertentangan. 5 Sastra mengungkapkan hal-hal yang tak terungkapkan. Dalam sastra dijumpai sederetan arti yang dalam bahasa sehari-hari tak
terungkapkan. Ciri pertama yang diungkapkan Jan Van Luxemburg 1984: 5, ”Sastra
merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, seniman menciptakan sebuah dunia baru”. Hampir sama yang dinyatakan Rene Wellek, “ Sastra mempunyai sifat
invention,
menunjukkan pengertian adanya penemuan- penemuan yang baru sebagian hasil khayalan, penemuan karya cipta baru” Rene Wellek,1993:
22.Berbeda dengan pendapat di atas,Teeuw 1984: 21-23 mendefinisikan sastra dengan makna yang terkandung dalam kata “sastra”, tersebut dengan
membandingkan nama dan pengertian kata tersebut di beberapa negara. Dalam bahasa Barat, sastra disebut dengan sebutan
literature
Inggris,
literatur
Jerman,
litterature
Perancis, semua itu berasal dari bahasa latin
litteratura.
Kata
litteratura
sebenarnya diptakan sebagai terjemahan kata Yunani
gramatika
; litteratura dan gramatika masing-masing berdasarkan kata littera dan gramma
yang berarti “huruf” atau tulisan. Menurut asalnya,
litteratura
dipakai untuk tat bahasa dan puisi; dalam bahasa Perancis masih dipakai kata letter. Belanda:
geletterd
yang berarti orang yang berperadaban dengan kemahiran khusus
27 dibidang sastra.
Literature
dan seterusnya berarti dalam bahasa barat modern: segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis. Dalam
bahasa Jerman, yang selalu aktif mencari kata jerman asli untuk konsep asing, dipakai dua kata jerman asli, yaitu
Schrifftum
, yang meliputi segala sesuatu yang tertulis, sedangkan
Dichtung
biasanya terbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan, jadi yang bersifat rekaan, dan secara implisit
ataupun eksplisit dianggap mempunyai nilai estesis. Sampai pada kesimpulan tentang sastra, Teeuw 1984: 41 mengatakan
bahwa tidak ada kriteria yang jelas yang dapat diambil dari perbedaan pemakaian bahasa lisan dan bahasa tulis untuk membatasi sastra sebagai gejala khas. Ada
pemakaian bahasa lisan dan tulis yang sastra; dan sebaliknya ada sastra tulis dan ada sastra lisan.
Berangkat dari pengertian sastra yang bermacam-macam di atas, penulis ingin mendefinisikan sastra berdasarkan pendekatan sastra yang dikemukakan
oleh M.H. Abrams, dengan pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, dan pendekatan pragmatik Teeuw, 1984: 50.
Berdasarkan pendekatan objektif, sastra dapat sisefinisikan sebagai karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun
pembaca. Berdasarkan pendekatan ekspesif, karya sastra dipandang sebagai ekspresi sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan. Berdasarkan
pendekatan mimetik, karya sastra dianggap sebagai tiruan alam, tiruan kehidupan, tiruan kenyataan. Berdasarkan pendekatan pragmatik, karya sastra dipandang
sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, seperti nilai atau ajaran kepada pembaca.
b. Hakikat Novel