Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Perilaku Makan Remaja

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan penelitian adalah faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern fast food pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern fast food pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik individu, sumber informasi, dukungan sosial, kondisi dan situasi, pengetahuan, sikap, niat, dan pemilihan konsumsi makanan siap saji modern fast food. 2. Untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dan sumber informasi terhadap pengetahuan mengenai makanan siap saji modern fast food. 3. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap sikap mengenai makanan siap saji modern fast food. 4. Untuk mengetahui hubungan kondisi dan situasi terhadap niat mengenai makanan siap saji modern fast food. 5. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan niat terhadap pemilihan konsumsi makanan siap saji modern fast food. Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak : 1. Bagi Institusi Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan dan pihak sekolah tentang permasalahan pola konsumsi makanan siap saji modern pada remaja. 2. Bagi Pelajar Memberikan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pelajar tentang bahaya kebiasaan konsumsi makanan siap saji modern fast food bagi kesehatan. 3. Bagi Peneliti Sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang fast food. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Makan Remaja

Menurut Tan dalam Fradjia 2008 berpendapat bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan dan pemilihan makanan. Notoatmodjo 1993 mengatakan bahwa perilaku makan merupakan respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku makan remaja adalah suatu tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh remaja dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalamdirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa perilaku makan menjadi kebutuhan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna melakukan interaksi atau kontak sosial dengan orang lain Fradjia, 2008. Menurut Arnelia 2005, perilaku makan remaja yang sangat khas dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu : 1. Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan. 2. Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrinks. Snacks makanan kecil umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah. 3. Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan yang dibawa dari rumah. Makanan modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari life style Universitas Sumatera Utara gaya hidup. Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein. 4. Gemar mengonsumsi minuman ringan soft drink. Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak. Berdasarkan hasil penelitian Djoyonegoro 1995 dalam Khomsan 2003, bahwa ada sekitar 60 anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan siap saji fast food. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS tahun 1999, menunjukkanbahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan termasuk fast food meningkat dari 9,13 pada tahun 1996 menjadi 11,37 pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan Asdie, 2005.

2.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Makan Remaja