gaya hidup. Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein.
4. Gemar mengonsumsi minuman ringan soft drink. Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering
menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak.
Berdasarkan hasil penelitian Djoyonegoro 1995 dalam Khomsan 2003, bahwa ada sekitar 60 anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat
kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein,
lemak, vitamin dan mineral. Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai
mengonsumsi makanan jajanan siap saji fast food. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS tahun 1999,
menunjukkanbahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan termasuk fast food meningkat dari 9,13 pada tahun 1996
menjadi 11,37 pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran
pangan Asdie, 2005.
2.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Makan Remaja
Menurut Winarno dalam Fradjia 2008 faktor-faktor yang memengaruhi perilaku makan pada remaja antara lain :
a. Tingkat perkembangan teknologi dan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang pesat mempengaruhi jumlahdan jenis pangan, sehingga remaja dihadapkan beberapa alternatif pemilihan makanan
yang tentunya akan mempengaruhi perilaku makannya. b. Faktor sosial dan ekonomi
Fungsi makanan bukanlah sekedar kumpulan-kumpulan zat-zat, tetapi makanan memiliki fungsi sosial. Perkembangan sosial ekonomi menyebabkan terjadinya
perubahan dan pergeseran pola makan yang merefleksikan pola hidup dan gaya hidup.
c. Penampilan makanan Sebelum pemilihan berdasarkan gizi, remaja lebih tertarik pada warna, rasa,
tekstur, serta tidak lepas dari hedonisme atau mendapatkan kenikmatan semata- mata. Perilaku makan sudah lebih rumit lagi, tidak hanya mengutamakan
kesegaran dan kelezatan, tetapi juga cara penampilan, penyajian, dan keeksotisan tanpa mempertimbangkan nilai gizinya.
Sedangkan menurut Khomsan dalam Fradjia 2008 mengungkapkan faktor- faktor yang memengaruhi perilaku makan remaja antara lain :
a. Pengaruh teman sebaya Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat individu sering
dipengaruhi teman sebayanya. b. Tingkat ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, remaja menjadi pasar yang potensial untuk produk makanan tertentu. Umumnya remaja mempunyai uang saku. Hal ini dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
sebaik-baiknya oleh pemasang iklan melalui berbagai media cetak maupun elektronik.
c. Suasana dalam keluarga Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan
makan. Hal ini mungkin dilandasi oleh ada atau tidak adanya kebiasaan makan bersama. Oleh karena itu kebiasaan makan bersama akhirnya luntur karena
tiadanya waktu saling berkumpul, apalagi makan bersama. d. Kemajuan industri makanan
Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia memeengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas,
restaurant fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan pun relatif dengan harga yang terjangkau kantong mereka,servisnya
cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera.
2.3. Makanan Siap Saji Modern