umumnya menraktir teman saat mereka memiliki uang lebih atau saat ada yang berulang tahun.
Pratiwi 2011 menyatakan bahwa besarnya uang saku yang diberikan kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan siswa sering
mengonsumsi makanan siap saji yang dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan mereka pada masa yang akan datang. Dari hasil penelitian diatas menurut asumsi
peneliti dapat disimpulkan bahwa semakin besar uang saku yang diperoleh siswa maka akan semakin besar pula peluang mereka untuk membeli makanan siap saji,
karena mereka akan berpikir jika mereka membeli makanan siap saji akan lebih mudah dari pada mereka membawa makanan dari rumah atau masak sendiri.
5.7. .
Niat Responden
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden merasa tertarik terhadap pemilihan makanan siap saji modern fast food yaitu sebanyak
60,9. Teori Karr
Notoatmodjo, 2005 , adanya niat seseorang untuk bertindak
dipengaruhi oleh objek atau stimulus di luar dirinya. Sehingga tanggapan untuk
mengonsumsi makanan siap saji ketika ada yang mengajak ,maka responden merasa sangat tertarik Sebagian besar responden memiliki niat karena
makanan siap saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama menunggu untuk dikonsumsi
. Niat tersebut dapat dipengaruhi oleh teman sebaya pelajar karena pergaulan responden
yang memiliki asumsi bahwa apabila tidak melaksanakan niat dalam dirinya maka responden tidak akan diakui di dalam kelompok sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dilaksanakan, niat terhadap pemilihan makanan siap saji modern fast food sesuai gambar 4.6 dapat disimpulkan
bahwa niat tersebut cukup berperan yaitu sebanyak 56,5. Menurut asumsi peneliti dalam hal ini niat tersebut merupakan langkah untuk memilih konsumsi fast food.
Niat merupakan maksud atau keinginan yang ada dalam hati untuk melakukan sesuatu Anonim, 2012.
5.8. Pemilihan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern
Fast Food Tindakan pemilihan konsumsi makanan siap saji modern seperti pada gambar
4.7, dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 81,2. Hal ini sejalan dengan penelitian Hastuti 2008 bahwa pelajar di SMA
Surakarta memiliki tindakan yang baik yaitu sering mengonsumsi makanan fast food sebanyak 55.
Frekuensi mengonsumsi fast food oleh responden 3-4 kali per bulan. Artinya, dalam hal ini tiap minggunya responden selalu mengonsumsi makanan siap saji yaitu
1 kali dalam seminggu. Frekuensi tindakan pemilihan konsumsi makanan siap saji modern fast food tersebut sesuai penelitian Kristianti 2009 berdasarkan hasil
survei yang dilakukan pada siswa salah satu SMA di Surakarta, rata-rata siswa mengonsumsi jenis fast food modern adalah 1 x seminggu yaitu 4 kali per bulan
seperti beef burger, kentucky fried chicken, spaghetti dan meat lovers . Penilitian tersebut juga sesuai dengan penelitian Ratna 2008 bahwa remaja SMA
mengonsumsi makanan fast food 2 kali seminggu sebanyak 63,8.
Universitas Sumatera Utara
Responden paling sering mengonsumsi makanan siap saji modern fast food yaitu sebagian besar menjawab ketika berkumpul bersama teman-teman. Menurut
Khomsan 2004 dimana aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi
didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekadar bersosialisasi, untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status. Dalam hal ini ketika remaja sedang berkumpul
bersama teman-temannya lebih memilih untuk mengonsumsi fast food sehingga remaja tidak merasa ketinggalan dengan teman-temannya.
5.9. Hubungan Karakteristik Responden dan Sumber Informasi Terhadap