terutama ketika dalam pergaulan. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan
dimakannya. Sehingga mereka lebih sering mencoba makanan baru, salah satunya adalah fast food Virgianto dan Purwaningsih, 2006.
5.4. Dukungan Sosial Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dukungan sosial responden diperoleh dari keluarga dan teman sebaya responden. Sebagian besar responden
sebanyak 81,2 responden tidak mendapat dukungan dari orangtua untuk mengonsumsi makanan siap saji modern.
Menurut Karyadi dalam Pratiwi 2011 lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap anak, hal ini karena di dalam keluargalah anak memperoleh
pengalaman pertama dalam kehidupannya. Dalam hal ini orang tua mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk kesukaan makan anak-anaknya, karena orang
tua adalah model pertama yang dilihat oleh anak. Hubungan sosial yang dekat yang berlangsung lama antara anggota keluarga memungkinkan bagi anggotanya mengenal
jenis makanan yang sama dengan keluarga. Menurut De Bourdeaudhuij dan Van Oost dalam Sarantohe 2008
menjelaskan bahwa family food rules merupakan salah satu peran keluarga dalam membentuk perilaku makan yang sehat. Jadwal makan keluarga juga merupakan
salah satu dari family food rules, yang dapat membantu membiasakan anak untuk punya jadwal makan yang tetap. Family food rules terdiri dari kewajiban untuk
makan makanan yang sehat dan larangan makan makanan yang tidak sehat. Hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut sesuai dengan hasil penelitian, bahwa orangtua melarang untuk mengosumsi makanan siap saji modern fast food. Begitu juga anggota keluarga lainnya hanya
abang atau kakak responden yang mendukung perilaku konsumsi fast food oleh pelajar. Walaupun demikian sesuai teori Reasoned Of Action TRA dalam Glanz,
dkk 2002 yaitu terdapat norma di lingkungan sosial yang lain memengaruhi pelajar untuk berperilaku yaitu pengaruh teman sebaya. Apabila pelajar tidak mengikuti
norrma dalam pergaulan sebayanya maka akan kurang diterima di lingkungan sosialnya.
Selain keluarga juga terdapat pernyataan mengenai dukungan dari teman sebaya dimana sebagian responden menjawab bahwa teman mereka sering
mengonsumsi makanan fast food dan mengajak responden untuk mengonsumsinya. Pengaruh teman sebaya cukup besar di kalangan remaja. Menurut Newman dan
Shichor dalam Kuncoro 2008 remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok sehingga pengaruh teman-teman
sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Berdasarkan hal yang dikemukakan Newman dan
Shichor, maka perilaku makan remaja juga dipengaruhi oleh teman sebaya. Remaja punya kecenderungan untuk memilih menu makanan yang sama dengan teman
sebaya dalam kelompoknya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Khomsan 2003 bahwa pada masa
remaja pengaruh teman sebaya lebih menonjol dari pada peran keluarga. Remaja lebih mudah menerima pengaruh globalisasi, pengaruh pola makan “kebarat-baratan“
Universitas Sumatera Utara
dengan tinggi lemak, tinggi kalori dan rendah serat menjadi makanan yang menarik misalnya seperti fast food.
Berdasarkan uraian di atas kategori dukungan sosial terhadap pemilihan makanan siap saji modern fast food, pada gambar 4.3. diperoleh kesimpulan bahwa
dukungan sosial yang diterima responden termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 59,4. Sehingga menurut asumsi peneliti dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa dukungan sosial yang diterima tergolong sedang untuk memengaruhi perilaku konsumsi fast food oleh responden.
5.5. Akses Sarana Responden