Tema Unsur Intrinsik Novel

2.2.2.1 Tema

Tema berasal dari bahasa Latin yang berarti “meletakkan suatu perangkat ”, disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolok ukur pengarang dalam memaparkan karya sastra fiksi yang diciptakan. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan sehari-hari Sehaerpaeh dalam Aminuddin 2009:91. Menurut Suharianto 2005:28 menyatakan tema sering disebut juga dasar cerita, yaitu pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Hakikatnya tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolok ukur pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu. Menurut Hayati dan Winarno 1990:13 menyatakan tema adalah gagasan sentral pengarang yang mendasari penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu. Jadi, tema merupakan perpaduan antara pokok persoalan dan tujuan yang ingin dicapai pengarang lewat cerita itu. Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra Sudjiman 1992:50. Sementara itu menurut Sumardjo 2005:46 menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang hendak disampaikan pengarang melalui cerita dalam novel. Puncak dari sebuah novel adalah menemukan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang telah dicerna, kesimpulan itulah yang disebut dengan tema Rahmanto 1999:75. Tema merupakan suatu gagasan sentral yang menjadi dasar bangun cerita. Wujud tema dalam sastra, berpangkal pada alasan pada motif tokoh serta memuat topik dan tujuan yang akan dicapai oleh pengarang Atar Semi 1993:42. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan pengertiannya dengan topik, padahal kedua istilah itu memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan melalui tulisan atau karya fiksi. Wujud tema dalam fiksi biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh. Walaupun di atas sudah dibatasi bahwa tema merupakan makna cerita, ia bukanlah apa yang ada di dalam kebanyakan pikiran orang tatkala mereka mempermasalahkan “apa sebenarnya yang dimaksud oleh cerita tertentu”. Jadi, tema bukan moral cerita dan bukan subjek cerita Sayuti 1997:118. Menurut Nurgiyantoro 2007:67 menyatakan tema adalah makna yang terkandung dari sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema walaupun sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Demikianlah sebuah tema tidaklah tampak secara jelas terlihat dalam karya sastra novel, karena justru inilah yang ingin ditawarkan pada pembaca. Hal ini pulalah yang menyebabkan tidak mudah dalam menafsiran tema. Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro 2007:70 mengartikan tema sebagai berikut ini. Tema yang dimaksud adalah sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama central idea dan tujuan utamanya central purpose. Tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel. Menurut Sayuti 2000:197 mengemukakan bahwa tema merupakan gagasan sastra, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi. Wujud tema dalam fiksi biasanya berpangkal pada alasan tindakan atau motif tokoh. Menurut Sayuti 2000:187 menyatakan tema adalah makna yang dilepaskan oleh suatu cerita atau makna yang ditemukan oleh dan dalam suatu cerita. Ia merupakan implikasi yang penting bagi suatu cerita secara keseluruhan, bukan sebagai dari suatu cerita yang dapat dipisahkan. Dalam kaitannya dengan pengalaman pengarang, tema adalah sesuatu yang diciptakan oleh pengarang sehubungan dengan pengalaman total yang dinyatakannya. Walaupun pengertian tema sudah dibatasi bahwa tema merupakan makna cerita, ia bukanlah apa yang ada di dalam kebanyakan pikiran orang tatkala mereka mempermasalahkan “Apa sebenarnya yang dimaksud oleh cerita tertentu”. Jadi tema bukan moral cerita dan juga bukan pokok cerita Sayuti 2000:187. Fungsi tema menurut Sayuti 2000:193 adalah melayani visi. Yang dimaksud visi disini adalah respon total sang pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan kehidupan yang dijalani oleh tokoh. Untuk menentukan persoalan yang merupakan tema dapat dilihat pada persoalan yang paling menonjol. Pertama, secara kuantitatif persoalan yang dapat menimbulkan konflik, yaitu suatu konflik yang menimbulkan dan melahirkan suatu peristiwa. Kedua, menentukan waktu penceritaan yang diperlukan dalam menceritakan peristiwa atau tokoh- tokoh dalam karya sastra Aminuddin 2009:92. Menurut Nurgiyantoro 2007:69 menyatakan untuk menemukan tema haruslah menyimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu saja. Penafsiran tema utama diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun adakalanya dapat ditemukan pada kalimat-kalimat atau alinea-alinea percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang mengandung tema pokok. Tema dengan demikian dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah novel. Dapat disimpulkan bahwa tema merupakan ide atau gagasan utama dalam sebuah karya sastra, ide itu bisa tersamar di dalam dialog tokoh-tokohnya, jalan pikirannya, perasaannya, latar setting cerita untuk memperjelas atau menyarankan pada isi, sehingga seluruh unsur cerita menjadi satu arti. Menurut Nurgiyantoro 2007:68-69 menyatakan sebagai sebuah makna, pada umumnya tema tidak dilukiskan, paling tidak pelukisan yang secara langsung dan khusus. Eksistensi atau kehadiran tema adalah terimplikasi dan merasuki keseluruhan cerita, inilah yang menyebabkan kecilnya kemungkinan pelukisan secara langsung tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayuti 1997:120 yang mengatakan “walaupun tema sebagai makna cerita sudah lazim disepakati, tidaklah berarti bahwa sebuah cerita harus dianggap sebagai ilustrasi dari suatu hidden meaning makna yang terselubung yang disajikan dengan berbagai cara oleh pengarang”. Tema merupakan makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita Sayuti 2000:187. Biasanya orang mengartikan tema sama dengan amanat. Tema dan amanat merupakan dua pengertian yang berbeda. Tema merupakan gagasan atau ide pokok dari sebuah cerita, sedangkan amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan pengarang di dalam karya sastra Sudjiman 1992:7. Menurut Shipley dalam Nurgiyantoro 2007:80 mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan di dalam cerita. Tema pada hakikatnya merupakan makna yang dikandung dalam cerita, atau tema adalah makna cerita. Menurut Shipley dalam Sayuti 1997:102 menyatakan tema dibagi menjadi lima jenis yaitu tema moral, tema sosial, tema jasmaniah, tema egois, dan tema ketuhanan. Tema moral adalah tema yang berkaitan dengan kesadaran dan pengabdian seseorang terhadap kepentingan negara, tanggungjawab terhadap keluarga, kasih sayang orang tua terhadap anaknya, kesetiaan terhadap tugas untuk kepentingan negara, dan bakti seorang anak kepada orang tuanya. Hal ini berupa kerukunan dan kebersamaan, kasih sayang terjadi sesama. Tema jasmaniah adalah berkaitan dengan usaha seseorang dalam mencapai keinginan atau cita-cita yang didasarkan pada kesadaran bahwa segala keinginan harus diperjuangkan secara sungguh-sungguh. Tema egois adalah berhubungan dengan masalah yang dilakukan oleh individu yang bersifat egois atau mementingkan diri sendiri dan tidak pernah memikirkan kepentingan pihak lain. Tema ketuhanan yaitu tema yang menyangkut kepercayaan seseorang terhadap Tuhan. Jadi tema merupakan gagasan utama, dasar cerita, dan dapat dipandang sebagai makna cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Aminuddin 2009:92 menyatakan dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut secara cermat, meliputi hal-hal berikut ini. 1 Memahami latar setting dalam prosa fiksi yang dibaca. 2 Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca. 3 Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran, serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca. 4 Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca. 5 Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita. 6 Menentukan sikap pengarang terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkannya. 7 Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap pengarang terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. 8 Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya. Menurut Staton dalam Nurgiyantoro 2007:87 mengemukakan tentang kriteria dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel. Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya memperhatikan detil- detil cerita yang menonjol. Detil cerita tersebut diperkirakan ada di sekitar permasalahan yang memicu terjadinya konflik yang dihadapi oleh tokoh utama. Kedua, hendaknya penafsiran tema tersebut tidak bertentangan dengan tiap detil cerita. Novel merupakan sarana yang digunakan oleh pengarang dalam mengungkapkan keyakinan, kebenaran, gagasan, pandangan hidup, dan sebagainya yang dapat digolongkan sebagai unsur isi dan hal yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, pengarang tidak akan menyatakan sendiri sikap dan keyakinannya yang diungkapkan dalam detil-detil tertentu melalui detil-detil cerita yang lain. Jika terjadi hal demikian, maka perlu adanya pengulangan hasil penafsiran tersebut karena dimungkinkan adanya kesalahpahaman. Ketiga, penafsiran tersebut hendaknya tidak didasarkan pada bukti- bukti yang tidak dinyatakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam novel tersebut. Penentuan tema yang hanya didasarkan pada perkiraan atau sesuatu yang sekedar dibayangkan terjadi pada cerita atau informasi yang kurang dapat dipercaya, tidak akan dipertanggungjawabkan karena tidak berdasar kepada bukti-bukti yang empiris. Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah didasarkan pada bukti-bukti yang memang secara langsung ada atau disampaikan dalam cerita. Tema yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai pembuktian. Bukti-bukti tersebut dapat berupa bukti-bukti langsung, artinya kata-kata itu dapat ditemukan dalam novel, atau bukti-bukti tidak langsung yang berupa hasil penafsiran dari kata-kata yang ada. Menurut jenisnya, tema dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema pokok, yakni permasalahan yang paling dominan menjiwai suatu karya sastra. Sedangkan tema minor yang sering juga disebut tema bawahan, ialah permasalahan yang merupakan cabang dari tema mayor. Wujudnya dapat berupa akibat lebih lanjut yang ditimbulkan oleh tema mayor Suharianto 2005:28. Menurut Suyoto 2008:20 menyatakan tema adalah gagasan ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra. Ada beberapa macam tema yaitu sebagai berikut ini. 1 Tema didaktis yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. 2 Tema yang dinyatakan secara eksplisit. 3 Tema yang dinyatakan secara simbolik. 4 Tema yang dinyatakan dengan dialog tokoh utama. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide, gagasan utama, dan tema dapat dipandang sebagai makna cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tema adalah permasalahan yang menjadi dasar sebuah cerita dan merupakan titik tolok ukur pengarang dalam cerita atau karya sastra. Dalam usaha memahami tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut secara cermat: 1 memahami novel yang dibaca, 2 memahami latar setting tahapan peristiwa serta cerita dalam karya sastra yang dibaca, 3 memahami satuan peristiwa serta tahapan peristiwa dalam karya sastra yang dibaca, 4 memahami alur cerita dalam karya sastra yang dibaca, 5 menentukan sikap pengarang terhadap pokok- pokok permasalahan yang ditampilkan, 6 mengidentifikasikan tujuan pengarang, 7 menafsirkan dalam cerita yang dibaca kemudian menyimpulkan dalam satu dua kalimat yang merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarang.

2.2.2.2 Alur Plot