Sudut Pandang atau Titik Kisah atau Pusat Pengisahan atau

tersebut. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dibedakan menjadi lima, yaitu 1 gaya bahasa klimaks, 2 gaya bahasa antiklimaks, 3 gaya bahasa paralelisme, 4 gaya bahasa antitetis, dan 5 gaya bahasa repetisi. 4 Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Hal ini diukur dari langsung tidaknya sebuah makna, yaitu apakah yang dipakai masih mempertahankan makna denotasi dan makna konotasi. Apabila masih mempergunakan makna dasar maka bahasanya masih bersifat sederhana. Akan tetapi, jika telah ada perubahan berupa makna konotasi maka acuan itu dianggap telah memiliki gaya. Gaya yang berdasarkan langsung tidaknya makna dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

2.2.2.5 Sudut Pandang atau Titik Kisah atau Pusat Pengisahan atau

Point of View Titik kisah adalah posisi pengarang dalam suatu cerita, atau cara pengarang memandang suatu cerita Hayati dan Adiwardojo 1990:18. Istilah sudut pandang atau point of view mengandung arti hubungan antara tempat bercerita berdiri dan ceritanya. Dia ada di dalam atau di luar cerita? Hubungan ini ada dua macam yaitu hubungan penceritaan dia dengan ceritanya dan hubungan penceritaan akuan dengan ceritanya Sudjiman 1998:75. Sudut pandang adalah sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita Sumardjo 2005:82. Menurut Sudjiman 1992:35 mengemukakan sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya. Sudut pandang menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Sudut pandang merupakan cara yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca Abrams dalam Nurgiyantoro 2007:248. Sudut pandang dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Menurut Sayuti 1997:87 menyatakan sudut pandang adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat peristiwa atau kejadian dalam cerita. Sudut pandang mengacu pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita Nurgiyantoro 2007:147. Dengan demikian, sudut pandang adalah pusat perhatian pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Menurut Nurgiyantoro 2007:248 menyatakan sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya. Pusat pengisahan atau dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan istilah point of view adalah “siapa yang berceri ta”, dalam hal ini pengarang akan menentukan “siapa” orangnya dan akan “berkedudukan” sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut Suharianto 2005:36. Sesungguhnya yang mengetahui keseluruhan cerita hanyalah pengarang itu sendiri. Akan tetapi, di dalam menyajikan ceritanya ia harus menentukan sudut pandang pencerita yang direkanya, ia harus menentukan dari sudut pandang mana atau siapa sebaiknya cerita itu dihidangkan. Pemilihan didasarkan atas faktor-faktor tertentu, seperti suasana cerita, kategori atau jenis ceritanya, serta maksud tujuan cerita Sudjiman 1992:75. Menurut Suharianto 2005:36 berpendapat bahwa untuk menampilkan cerita mengenai perikehidupan tokoh, pengarang akan menentukan “siapa” dan akan “berkedudukan” sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa yang bercerita tersebut itulah yang disebut pusat pengisahan atau dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan istilah point of view. Ada beberapa pusat pengisahan, yaitu: 1 pengarang sebagai pelaku utama, 2 pengarang ikut bermain tetapi bukan sebagai pelaku utama, 3 pengarang serba hadir, 4 dan pengarang sebagai peninjau Suharianto 2005:36-37. Berdasarkan beberapa pengertian tentang sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang atau pusat pengisahan adalah cara pengarang menampilkan pelakunya dalam cerita yang dipaparkan. Sudut pandang dalam sebuah karya fiksi sangat penting karena mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca. Menurut Stevick dalam Nurgiyantoro 2007:251 menyatakan pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang cerita. Pemahaman pembaca terhadap sebuah novel akan dipengaruhi oleh kejelasan sudut pandangnya. Pemahaman pembaca pada sudut pandang akan menentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan, bahkan juga penilaiannya terhadap novel yang bersangkutan. Menurut Sayuti 1997:100 menyatakan sudut pandang atau point of view dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Oleh karena itu,sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandang yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita. Menurut Sayuti 1997:101 menyatakan sudut pandang yang dipergunakan oleh para pengarang dibagi menjadi empat jenis yaitu 1 sudut pandang first person-central atau akuan-sertaan, 2 sudut pandang first-person peripheral atau akuan-tak sertaan, 3 sudut pandang third- person-omniscient atau diaan-mahatau, dan 4 sudut pandang third- person-limited atau diaan-terbatas. Di dalam sudut pandang akuan-sertaan, tokoh sentral cerita adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Sementara dalam sudut pandang akuan- tak sertaan tokoh “aku” hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih penting. Pencerita pada umumnya muncul di awal atau di akhir cerita saja. Di dalam sudut pandang diaan-mahatahu, pengarang berada di luar cerita, biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang mahatahu dan bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca. Sedangkan dalam diaan-terbatas, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya. Pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita. Jadi, sudut pandang menyangkut masalah pemilihan terhadap peristiwa-peristiwa yang akan disajikan, menyangkut masalah kemana pembaca akan dibawa, menyangkut masalah apa yang harus dilihat pembaca.

2.2.2.6 Latar atau Setting