113
5.3 Vegetasi Reklamasi dan Suksesi Alami di ModADA
PTFI menerapkan sistem reklamasi di ModADA sesuai kondisi alami lahan tersebut. Untuk ModADA tidak aktif yang dikenal sebagai Area Reklamasi dengan
kondisi air tanah dalam, sehingga memerlukan perlakuan awal, seperti pemberian pupuk organik sebelum ditanami dengan tanaman pertanian atau kehutanan. Berbeda
dengan Area Suksesi dengan kondisi air tanah dangkal, sehingga vegetasi rumput dan herba dapat tumbuh secara alami.
Vegetasi alami yang dominan di Area Suksesi pada tingkat semai adalah Phragmites karka
, memiliki daya adaptasi tinggi pada kondisi lahan tergenang air dan basah. Di Papua New Guinea, vegetasi ini sering ditemukan pada kondisi lahan rawa
tergenang swampy. P.karka adalah jenis rumput-rumputan yang tumbuh di dataran rendah dan toleran terhadap kondisi basah, tegap dan kuat robust, tegak erect,
tahunan perennial, dan dapat mencapai ketinggian 4 m dengan perakaran sangat banyak PROSEA, 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P.karka merupakan
rumput pionir di Area Suksesi, berperan meningkatkan kandungan bahan organik, memperbaiki struktur tanah, mencegah pencucian unsur mikro secara berlebihan, dan
berfungsi menahan partikel tailing halus debu. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin et al
. 2005 dalam Reklamasi dan Natural Suksesi di Area Pengendapan Tailing, PTFI.
Vegetasi pionir juga berperan penting pada kondisi lahan dengan produktivitas habitat rendah, karena mampu bersaing dan beradaptasi. Di Area Suksesi, vegetasi
tingkat pohon anakan yang dominan setelah vegetasi pionir adalah Ficus sp dengan tingkat keragaman jenis cukup tinggi. Ficus armiti merupakan vegetasi sekunder
setelah P.karka, tumbuh dengan cepat dan dapat beradaptasi baik, daunnya mudah terurai dan merupakan sumber bahan organik. Grime 1981 melaporkan bahwa
tanaman herba toleran stress, semak, dan pohon-pohon berperan penting pada tahap awal di Suksesi alami. Menurut Paijmans 1976 setelah vegetasi pionir akan segera
disusul dengan vegetasi semak dan pohon seperti Ficus sp, Cassia alata, Albizia falcataria
, dan Trema sp dari lahan drainase baik, serta Pandanus sp dan Metroxylon sago
dari lahan rawa tergenang. Vegetasi tingkat pohon muda berikutnya yang dominan adalah Adina nerifolia
pada partikel berpasir, disusul Pandanus sp dan Casuarina equisetifolia pada partikel berpasir dan berdebu kasar. Vegetasi pohon ini juga ditemukan di sekitar area hutan
114 alam Timika, terutama Pandanus sp hingga ketinggian 2700 m dpl. Sementara C.
equisetifolia dapat tumbuh dan beradaptasi pada lahan-lahan marginal yang miskin
hara dan berpasir Duever, 2004, termasuk di Area Reklamasi bagian utara ModADA.
Berbeda dengan Area Reklamasi, terutana di bagian utara yang memiliki keterbatasan air dan kandungan bahan organik lebih rendah, sehingga oleh PTFI
diawali dengan penanaman Calopogonium muconoides Legum untuk memperbaiki kesuburan tanah sebelum ditanam dengan tanaman tingkat tinggi, seperti
C.equisetifolia dan Pometia pinnata. Menurut Dogbe 1998, bahwa Legum dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Sementara C. equisetifolia merupakan vegetasi pohon setelah C. muconoides yang dominan di ModADA. Tanaman ini lebih
menyukai tanah berpasir, bergaram, berkapur, batuan, volkanik, granitik, atau tanah miskin hara dengan kisaran pH 5-7.7 Duever, 2004. C. equisetifolia mampu tumbuh
pada kondisi lahan berpasir dengan kedalaman air tanah dalam hingga agak dangkal, juga ditemukan pada partikel berpasir hingga berlempung kasar di Area Reklamasi. C.
equisetifolia merupakan spesies pohon yang dapat berasosiasi dengan mikroba tanah
untuk memfiksasi nitrogen dari atmosfer, sehingga dapat tumbuh pada bahan pasir yang hampir steril, tanah terkontaminasi, dan tailing.
5.4 Hubungan antara Unsur Mikro dan Vegetasi di ModADA