10 bervariasi antara 4 - 7 km dengan luas total area pengendapan tailing di antara kedua
tanggul adalah 230 km
2
atau 23 .
000 Ha merupakan bagian daratan PTFI, 2006 dan 220 km
2
merupakan bagian estuari PTFI, 2000. Pembangunan tanggul dirancang sebagai proses yang bertahap. Perubahan
ketinggian dasar ModADA karena pengendapan tailing diprediksi sekitar 6-12 bulan sebelumnya, dan kemudian elevasi tanggul dinaikkan sesuai dengan laju sedimentasi
yang terjadi. Ketinggian tanggul dirancang sedemikian rupa, sehingga mampu menampung ketinggian banjir 100 tahunan Q
100
. Tinggi Tanggul Barat dibangun 1 m di atas tinggi banjir rencana 100 tahunan dan tinggi Tanggul Timur 0.5 m di atas
Q
100
. Sejalan dengan naiknya dasar sungai akibat pengendapan tailing aktif, maka kedua tanggul dipertinggi secara bertahap hingga mencapai ketinggian maksimum
yang diperkirakan antara 10 - 15 m PTFI, 2000. Pengendapan tailing di ModADA yang disebabkan oleh gaya gravitasi dari
dataran tinggi ke dataran rendah terdistribusi menurut ukuran partikel. Partikel kasar cenderung akan ditemukan lebih banyak mengendap di bagian utara hulu ModADA,
partikel berukuran sedang mengendap di bagian selatan hilir ModADA, dan partikel halus mengendap hingga ujung selatan hilir ModADA ke arah Estuari muara Ajkwa.
Sementara partikel sangat halus mengendap di Estuari Ajkwa dan sisanya terbawa hingga ke Laut Arafura di bagian selatan pantai Mimika PTFI, 2006; 2007.
2.4 Karakteristik Umum Tailing di ModADA
Karakteristik tailing sangat berbeda dibandingkan tanah mineral secara alami, baik dari sifat fisik maupun sifat kimianya. Berdasarkan karakteristik fisik, ukuran
partikel tailing bervariasi dari pasir kasar, medium, halus hingga sangat halus berupa debu. PTFI 1998 membagi ukuran partikel tailing menjadi 4 kelompok, yaitu kasar
175 µm, medium 175 - 150 µm, halus 38 - 75 µm, dan sangat halus 38 µm. Tailing dengan ukuran partikel kasar akan mengendap di sebelah hulu dan
tengah ModADA, tailing medium dan halus akan mengendap di daerah hilir ModADA dan tailing sangat halus akan mengendap di daerah muara Ajkwa dan Laut
Arafura Husin dan Susetyo, 1999. Hasil penelitian Istalaksana et al. 2000 menunjukkan bahwa tailing umumnya bertekstur kasar lempung berpasir hingga
halus lempung berdebu dan bervariasi pada setiap lapisan. Fraksi liat dijumpai dalam jumlah sedikit sekitar 5-6 yang juga merupakan komponen kesuburan tanah
sebagai koloid penjerap hara dan air.
11 Pada area berukuran partikel kasar dimana tailing diendapkan memiliki sifat
drainase tanah cukup baik dan infiltrasi air tinggi, sehingga ketersediaan air bagi tanaman pada musim kemarau akan berkurang. Sebaliknya area dengan ukuran
partikel halus memiliki sifat drainase tanah buruk dan infiltrasi air sangat rendah, sehingga pada musim hujan akan terjadi genangan air yang mengakibatkan
ketersediaan O
2
bagi tanaman menjadi berkurang. Sementara nilai pH tailing relatif tinggi dan menyebabkan mobilitas beberapa
unsur hara menjadi rendah. Umumnya pH tailing ≥ 7 di ModADA karena dalam
proses pengolahan bijih menggunakan bahan kapur dari batu gamping di sekitar Grasberg untuk pemisahan tembaga, emas, dan perak melalui proses pengapungan.
Meningkatnya nilai pH berhubungan erat dengan ketersediaan kation-kation basa yang terkandung di tailing. Kation Ca
2+
menjadi sangat tinggi karena berasal dari penambahan kapur pada proses pemisahan bijih, sehingga pH tailing cenderung netral
- agak alkali. Kation Mg
2+
rendah hingga sedang, sedangkan K
+
dan Na
+
rendah. Hasil analisis sifat kimia tailing oleh Istalaksana et al. 2000 menunjukkan bahwa
ketersediaan N dan C organik rendah, sehingga tingkat kesuburan tailing tergolong rendah. Sementara kation basa Ca meningkat, temasuk unsur mikro Fe dan Cu.
Menurut Tordoff et al. 2000 dan Ross 1994, bahwa konsentrasi tinggi dari Ca adalah baik bagi tanaman, namun kandungan logam berat yang diperoleh dari batuan
induk jika terlarut berlebihan akan menghambat pertumbuhan tanaman.
2.5 Geologi dan Geomorfologi di ModADA