100
V. PEMBAHASAN UMUM
Secara umum dari tahapan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV dapat dinyatakan bahwa : 1. Karakteristik morfologi, fisik, kimia, dan mineralogi
tanah yang terbentuk dari tailing masih dipengaruhi oleh karakteristik bahan induk, dikategorikan ordo Entisol, yaitu tanah yang baru berkembang karena masa akhir
pengendapan tailing berakhir sekitar 8 - 20 tahun; 2. Ukuran partikel tailing akibat pelapukan fisik mempengaruhi proses pelapukan mineral primer dan perkembangan
tanah; 3. Tanah yang berkembang dari tailing memperlihatkan karakteristik spesifik terhadap kandungan unsur makro-mikro tersedia dan vegetasi yang telah tumbuh di
atasnya. Beberapa faktor utama yang berperan terhadap pembentukan tanah di
ModADA sebagai berikut.
5.1 Proses Pengendapan Tailing di ModADA
Sebagian besar tanah di ModADA berasal dari bahan tailing yang dikeluarkan dari Mile 74. Hal ini terlihat pada pemantauan ukuran partikel dari contoh tailing yang
diambil di Jembatan sungai Otomona Mile 40, sebelum tailing memasuki ModADA memiliki ukuran partikel berkisar antara 38-150 µm adalah 80, disajikan pada
Tabel 11 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel tailing di ModADA
Mile 28-21 termasuk dalam kisaran tersebut dengan variasi ukuran partikel, yaitu 2 µm liat, 2 - 50 µm debu, dan 50 µm - 2 mm pasir.
Sementara ukuran partikel ≥ 500 µm pada sebagian besar lapisan dari profil
pewakil di bagian utara diduga berasal dari batuan dan kerikil yang terikut dari sungai Ajkwa dan sungai Otomona sebelum tailing memasuki ModADA. Partikel kasar
hanya ditemukan di bagian utara Area Reklamasi, yaitu IPR-4 dan IPR-6. Fenomena ini terjadi karena letak lokasi dari kedua profil pewakil ini berdekatan dan sejajar
dengan aliran sungai Ajkwa, sehingga dimungkinkan partikel berukuran kerikil dan batuan kecil terikut bersama aliran tailing dan mengendap pada lokasi tersebut.
Berbeda dengan profil pewakil di Area Suksesi tidak ditemukan partikel berukuran ≥ 500 μ karena lebih jauh dari sungai Ajkwa.
101
Tabel 11
. Rata-rata Ukuran Partikel Tailing Akhir dari Sungai Otomona,Mile 40 pada Pemantauan Tailing Periode Tahun 2006 - 2007
Ukuran Partikel Tailing μm
2006 2007 2 14.30
14.44 5 29.32
29.85 10 42.26
45.15 20 59.84
65.74 38 81.39
87.23 53 86.08
92.37 75 89.40
95.40 150 96.16
98.34 300 32.74
19.93 300
12.50 16.66
Sumber : Laboratorium Lingkungan Timika, PTFI
Penyebaran partikel tailing di Area Suksesi lebih teratur dan hanya sedikit
bervariasi dalam membentuk stratifikasi lapisan dari atas ke bawah maupun dari utara ke selatan ModADA. Umumnya pada lapisan permukaan didominasi partikel
berdebu, sedangkan lapisan bawah cenderung berpasir. Pada Gambar 23, bagian utara didominasi partikel berpasir PS-1, sedangkan ke arah selatan didominasi
berdebu kasar PS-2, PS-3, PS-4 dan berlempung halus PS-5. Area Suksesi
memiliki kedalaman air tanah dangkal dengan partikel berdebu mendominasi sebagian besar lapisan hingga batas perakaran Phragmites karka pada kedalaman 50
cm, dan partikel berpasir setelah kedalaman 50 cm dari permukaan tanah. Perakaran P.karka sangat berperan dalam menahan pergerakan tailing halus,
sehingga pada lapisan atas akan ditemukan fraksi halus lebih dominan dibandingkan lapisan di bawahnya. Menurut Wilding dan Rehage 1985 bahwa sebagian besar
tanah dengan regim kelembaban aquik mempunyai perbedaan ukuran partikel di antara lapisan permukaan dan lapisan bawah. Fenomena ini ditemukan ke arah selatan
Area Suksesi, yaitu partikel berdebu mendominasi lapisan permukaan dengan perkembangan struktur tanah lemah dibandingkan lapisan bawah yang berpasir.
102
Gambar 23 . Penyebaran Ukuran Partikel di Area Suksesi, ModADA
Berpasir PS-1 - Berdebu kasar PS-2, PS-3, PS-4 - Berlempung halus PS-5 Lokasi : Mile 28 - Mile 25 Utara Æ Selatan
10 Ag
10 24
38 50
Ag Ag2
ACg
ACg2 Berdebu
Berdebu
Pasir
……… ………
PS-5MA 160 Typic Endoaquent
Berlempung halus PS-4MA 170
Typic Endoaquent Berdebu kasar
19 28
35 50
Debu
………
Lempung Pasir
Ag2 Ag3
Ag4 Cg
………
Lempung berdebu
Ag ACg
ACg2 ACg3
ACg4 9
21 26
28 50
………
……… ………
……… ………
………
PS-1MA 220 Typic Endoaquent
Berpasir
Lempung berpasir
PS-3MA 175 Typic Endoaquent
Berdebu kasar
5 17
22 30
50 Ag
ACg ACg2
ACg3 ACg4
Lempung berdebu
Debu Pasir
Pasir Debu
PS-2MA 180 Typic Endoaquent
Berdebu kasar
6 13
19
32 43
60
Lempung
Debu
Lempung berdebu
Ag2 ACg
ACg2 ACg3
ACg4 Ag
103
Area Reklamasi
memiliki kedalaman air tanah dalam dan didominasi partikel berpasir dengan stratifikasi lapisan bervariasi terutama di bagian utara ModADA,
sementara di bagian selatan memiliki kedalaman air tanah lebih dangkal dengan
partikel berlempung kasar dan berdebu kasar, disajikan pada Gambar 24a-c.
Umumnya partikel pasir mengendap lebih dahulu dan ditemukan di bagian utara terutama pada lapisan-lapisan bawah, sementara partikel debu dan liat mudah terbawa
jauh ke arah selatan oleh aliran air permukaan. Hal ini terlihat di bagian utara profil-
profil pewakil IPR-4, IPR-8, dan VPR-3 didominasi partikel berpasir Gambar 24a
, sedangkan ke arah selatan didominasi partikel berlempung kasar VIPR-7 dan Mile 21 Gambar 24b, dan partikel berdebu kasar VIPR-10 dan Mile 21.5
Gambar 24c. Distribusi penyebaran partikel demikian menunjukkan bahwa aliran
air permukaan dan pola pengaturan air mengalir berperan penting menciptakan
stratifikasi lapisan tailing di ModADA.
Secara morfologi, sebagian besar Area Suksesi dan Area Reklamasi di ModADA masih memperlihatkan kemiripan sifat, namun secara kimia terjadi
perubahan yang sangat cepat. Sebagian besar lapisan bawah belum memperlihatkan perkembangan tanah, kecuali lapisan permukaan telah menunjukkan perkembangan
struktur tanah dan lemah, sehingga dikategorikan sebagai epipedon okhrik. Lapisan bawah umumnya didominasi partikel berpasir, terutama Area Reklamasi bagian utara
hingga kedalaman 100 cm dan Area Suksesi hingga kedalaman 50 - 60 cm.
Sementara Area Reklamasi bagian selatan dengan partikel berlempung kasar dan berdebu kasar
hingga kedalaman 100 cm. Area yang didominasi partikel berlempung kasar dan berdebu kasar ini telah memperlihatkan perkembangan
struktur tanah dibandingkan partikel berpasir. Transportasi partikel tailing secara gravitasi melalui aliran air sungai dan
banjir ketika curah hujan tinggi berperan penting dalam menciptakan stratifikasi pengendapan tailing di ModADA. Hal ini sejalan dengan pendapat Collinson 1986
yang mengatakan bahwa faktor pendukung utama pengendapan akhir main depositional agent
adalah air permukaan yang dilanjutkan dengan proses
pengendapan. Walaupun penyebaran partikel tailing lebih teratur di Area Suksesi daripada di Area Reklamasi bagian utara, kecuali bagian selatan, namun proses
horisonisasi belum intensif, sehingga pelapisannya masih berhubungan dengan hasil deposisi oleh aliran tailing dari Mile 74.
104
Ap AC
C C2
C3 10
14
27 42
50
IPR-4 Typic Udorthent
Pasir berlempung Pasir
Pasir
76 89
96 103
115 C4
C5 C6
C7 C8
C9
Pasir berlempung
Pasir berlempung Pasir
……… ………
……… ………
……… ………
……… • · • · •
Gambar 24a
. Kelas Ukuran Partikel di Area Reklamasi, ModADA Partikel Berpasir profil pewakil IPR-4, 6, 8, VPR-3
Lokasi : Mile 28 - Mile 26 Utara Æ
Gambar 24b . Partikel Berlempung Kasar
Profil pewakil VIPR-7 dan Mile 21 Lokasi : Mile 26 dan Mile 21
Æ Selatan
Gambar 24c. Partikel Berdebu Kasar Profil pewakil VIPR-10 dan Mile 21.5
Lokasi : Mile 25 dan Mile 21.5 Æ Selatan
VIPR-10 Aquic Udorthent
Berdebu kasar
10 27
39 Ap
AC AC2
22 29
43 48
68 AC4
AC5 C
C2 Cg
53 59
AC3
C3 C4
Debu Lempung berdebu
Lempung Debu
Lempung berdebu Lempung berdebu
Debu
Mile 21.5 Typic Epiaquent
Berdebu kasar
13 30
A AC
Cg2 19
Cg Cg3
Cg4 Cg5
9
37 45
55 ACg
Debu
Ap A2
A3 AC
AC2 5
10
29 48
VIPR-7 Oxyaquic Udothernt
Berlempung kasar
Lempung berdebu
Pasir
68 75
C C2
C3 C4
C5 Cg
Lempung berpasir
Pasir berlempung
20 35
81 88
97 112
C6 C7
Pasir berlempung
Lempung berpasir
Lempung berdebu
……… ………
Mile 21 Typic Epiaquent
Berlempung kasar
7 19
35 A
AC 12
50 Cg2
Lempung berdebu
Pasir
……… ………
……… ………
………
C Cg
IPR-8 Aquic Udorthent
Berpasir
8 26
32 48
A AC
C C2
Lempung Pasir
Pasir berlempung
Pasir berlempung
Lempung berpasir
Pasir berlempung
Pasir Pasir
berlempung Pasir
Pasir berlempung
15 41
54 64
79 C3
C4 C5
C6 C7
Cg Cg2
……
……… ………
VPR-3 Typic Udipsamment
Berpasir
Ap AC
Pasir
……… ………
………
……… ………
1215 1819
32 42
50 55
63 85
95 118
………
……… • · • · •
……… • · • · •
………
……… ………
……… ………
C C2
C3 C4
C5 C6
C7 C8
C9
105 Secara fisik, Area Suksesi di bagian utara memiliki ukuran partikel lebih kasar
pasir dan secara gradual partikel lebih halus ke arah selatan. Fenomena ini terjadi karena perubahan kemiringan mendadak di Mile 40, sehingga kecepatan aliran air
menurun. Penurunan kecepatan ini menyebabkan terjadinya proses pengendapan yang mana partikel kasar akan mengendap lebih dahulu, sedangkan partikel halus
mengendap lebih jauh ke arah selatan. Sementara partikel halus bersifat liat clay dapat mencapai Laut Arafura oleh karena membentuk suspensi dan partikel liat
tersebut terflokulasi setelah mencapai laut dan mengendap yang dapat menyebabkan pendangkalan.
Berdasarkan berakhirnya waktu pengendapan tailing memperlihatkan bahwa pelapukan cukup intensif pada partikel berdebu kasar di bagian selatan Area
Reklamasi VIPR-10 dan Mile 21.5 karena memiliki masa tidak aktif lebih lama ≤
20 tahun dan proses oksidasi lebih nyata. Hal ini terlihat pada penampang lapisannya telah mengalami perubahan warna dan struktur. Warna coklat kekuningan gelap
10YR 44 - coklat gelap 7.5YR 44 pada sebagian besar horison Ap-C4 VIPR- 10 dan coklat kekuningan 10YR 56-58 pada horison Ap, A2, A3, dan AC Mile
21.5. Warna matriks ini menunjukkan bahwa besi telah mengalami oksidasi membentuk oksida besi, sehingga menghasilkan warna merah kekuningan.
Golongan mineral Fe-oksida juga ditemukan tinggi pada partikel berpasir, yaitu 7.14 dan berlempung kasar, yaitu 5.27, sedangkan partikel berdebu kasar
lebih rendah, yaitu 1.72 karena proses pelapukan lebih lama yang ditunjukkan oleh warna matriks bercampur dengan coklat kekuningan. Walker et al. 1978 melaporkan
bahwa warna sedimen merah kekuningan karena proses pelapukan menghancurkan mineral fero-magnesian menjadi liat dan hematit.
Dalam kondisi oksidatif dan pH tinggi pada partikel berpasir di bagian utara Area Reklamasi terdapat kecenderungan Fe
2+
akan teroksidasi menjadi Fe
3+
dan setelah itu Fe
3+
cenderung membentuk hidroksida FeOH
3
, yang selanjutnya menjadi Fe
2
O
3
n H
2
O yang tidak larut. Sementara pada partikel berdebu kasar di bagian selatan, pH relatif rendah dan sering mengalami basah-kering. Kondisi ini
menciptakan warna kelabu dan bercak-bercak coklat kekuningan karat.
106
5.2 Faktor-faktor Pembentukan Tanah di ModADA