45
VIPR-7
Nilai pH Tailing
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Hori son
Cg C7
C6 C5
C4 C3
C2 C
AC2 AC
A3 A2
Ap
pH H2O pH KCl
Mile 21
Nilai pH Tailing
7.4 7.6
7.8 8.0
8.2 8.4
8.6 8.8
Ho ris
o n
Cg2 Cg
C AC
A
pH H2O pH KCl
Gambar 11c
. Nilai pH di Area Reklamasi, Mile 25 dan Mile 21 ModADA
Partikel Berlempung Kasar VIPR-7 dan Mile 21
VIPR-10
Nilai pH Tailing
4 5
6 7
8 9
10
Ho ri
so n
Cg C4
C3 C2
C AC5
AC4 AC3
AC2 AC
Ap
pH H2O pH KCl
Mile 21.5
Nilai pH Tailing
7.2 7.4
7.6 7.8
8.0 8.2
8.4
Hor is
o n
Cg5 Cg4
Cg3 Cg2
Cg ACg
AC A
pH H2O pH KCl
Gambar 11d . Nilai pH di Area Reklamasi, Mile 25 - Mile 21.5 ModADA
Partikel Berdebu Kasar
VIPR-10 dan Mile 21.5
Umumnya penurunan pH ini tidak berlangsung lama, karena sejak awal tailing telah diatur agar memiliki kemampuan untuk menetralkan asam. Pemberian CaO
sebelum tailing memasuki ModADA memberi dampak sangat nyata terhadap nilai pH di ModADA. Oleh karenanya ketika terjadi penurunan pH terutama pada lapisan-
lapisan permukaan, segera dapat dinetralkan dengan OH
-
dari pelarutan bahan kapur tersebut. Fenomena ini yang menyebabkan sebagian besar lapisan tailing di ModADA
memiliki nilai pH sekitar 7 - 8.
C-organik dan Kapasitas Tukar Kation KTK
Kandungan bahan organik menurun secara tidak teratur dengan meningkatnya
kedalaman lapisan. Di Area Suksesi, bahan organik bervariasi dari rendah hingga
sedang, yaitu 1 - 3 terutama pada horison permukaan, kemudian menurun sangat rendah, yaitu 1 pada lapisan-lapisan di bawahnya. Diketahui bahwa Area Suksesi
46 memiliki kedalaman air tanah dangkal dan sering basah, sehingga bahan organik
cenderung tidak terdekomposisi secara sempurna sebagai akibat dari kondisi reduktif lebih intensif ketika curah hujan tinggi. Dampak dari lahan sering tergenang air ini
menyebabkan proses dekomposisi bahan organik lebih lambat, sehingga kandungan bahan organik dapat mencapai 3 pada beberapa horison permukaannya.
Kandungan bahan organik juga bervariasi terhadap ukuran partikel tailing.
Gambar 12a pada partikel berdebu kasar PS-2, PS-3, PS-4 dan berlempung halus
PS-5 ditemukan kandungan bahan organik lebih tinggi dengan fluktuasi peningkatan tidak teratur terhadap kedalaman lapisan. Sementara pada partikel berpasir PS-1
memiliki kandungan bahan organik lebih rendah. Umumnya kandungan bahan organik ditemukan lebih tinggi hanya pada lapisan-lapisan permukaan.
Peningkatan bahan organik juga berkorelasi positif terhadap KTK. Seperti kandungan bahan organik, kecenderungan nilai KTK meningkat hanya ditemukan
pada lapisan-lapisan permukaan, kemudian menurun terhadap kedalaman lapisan,
disajikan pada Gambar 12a. Nilai KTK berkisar dari rendah hingga mendekati
sedang pada PS-2 13.45 me100g, PS-3 4.29 me100g, PS-4 4.29 me100g, dan PS-5 horison Ag : 20.07 me100g ditemukan hanya pada lapisan-lapisan permukaan,
dan cenderung lebih rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya, yaitu 1.17 me100g PS-1, 1.75 me100g PS-2, 0.39 me100g PS-3, dan 0.97 me100g PS-4.
Meningkatnya nilai KTK pada beberapa lapisan permukaan tersebut dikarenakan kandungan bahan organik tinggi yang berasal dari biomassa Phragmites
karka yang telah mati. Keberadaan vegetasi pionir ini merupakan sumber bahan
organik karena dapat tumbuh dan berkembang cepat, sehingga menghasilkan biomassa yang besar Husin et al., 2005. Keberadaan P.karka di Area Suksesi selain
sebagai sumber bahan organik, juga berperan menahan partikel tailing halus karena memiliki perakaran banyak hingga mencapai kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.
Oleh karenanya sebagian besar Area Suksesi yang didominasi vegetasi ini memiliki partikel halus hingga kedalaman lapisan 50 cm dari permukaan tanah.
Selain kandungan bahan organik lebih tinggi, terutama pada partikel berlempung halus dan berdebu kasar, sehingga meningkatkan KTK, terdapat juga
mineral liat hasil pelapukan mineral primer. Hasil analisis mineral liat XRD di ModADA menunjukkan bahwa rata-rata mineral liat agak tinggi, yaitu 9.82 di
bagian selatan, berasal dari montmorillonit 4.05 pada horison permukaan PS-5
Ag : 18.63 dan Ag2 : 14.90. Gambar 12a memperlihatkan bahwa persentase
47 mineral liat lebih tinggi pada horison Ag menyebabkan KTK agak meningkat seperti
terlihat pada partikel berlempung halus PS-5. Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapatnya bahan organik dan mineral liat, terutama montmorillonit berdampak
positif untuk meningkatkan KTK tanah.
5 10
15 20
25
Ko n
se n
tr a
si
Ag ACg
ACg2 ACg3
ACg4
Horison
PS-1 Berpasir
BO KTK me100 g
5 10
15 20
25
Ko n
se n
tr a
si
Ag Ag2
ACg ACg2 ACg3 ACg4
Horison
PS-2 Berdebu Kasar
BO KTK me100 g
5 10
15 20
25
Ko n
se n
tr a
si
Ag ACg
ACg2 ACg3
ACg4
Horison
PS-3 Berdebu Kasar
BO KTK me100 g
5 10
15 20
25
Ko n
se n
tr a
si
Ag Ag2
Ag3 Ag4
Cg
Horison
PS-4 Berdebu Kasar
BO KTK me100 g
5 10
15 20
25
Ko n
sen tr
a si
Ag Ag2
ACg ACg2
Horison
PS-5 Berlempung Halus
BO KTK me100 g
Gambar 12a . Bahan organik dan KTK di Area Suksesi PS-1 - PS-5, Mile 28 - Mile 25 ModADA
Partikel Berpasir PS-1, Berdebu Kasar PS-2, PS-3, PS-4,
Berlempung Halus PS-5
Robert et al. 1988 menyatakan bahwa tanah-tanah tambang yang masih muda cenderung menunjukkan suatu distribusi ukuran partikel yang dikontrol
langsung oleh tipe bahan induknya. Pada lapisan-lapisan permukaan akan dijumpai fraksi pasir halus yang telah mengalami hancuran iklim lebih cepat dibandingkan
lapisan di bawahnya. Fenomena ini menyebabkan KTK mengalami peningkatan,
48 sedangkan pH lebih rendah Schafer et al., 1980 karena terjadi proses pelapukan
mineral primer menjadi mineral sekunder, termasuk pelapukan mineral sulfida.
Di Area Reklamasi bagian utara, umumnya memiliki kandungan bahan
organik lebih rendah, yaitu 1, dan lebih tinggi di bagian selatan ModADA. Di bagian utara pada profil-profil pewakil IPR-4, IPR-6, IPR-8, IIPR-1, IIIPR-2, dan
VIPR-9 dengan ukuran partikel berpasir ditemukan kandungan bahan organik 1, sedangkan kandungan bahan organik 1 pada partikel berdebu kasar Mile 21.5
dan berlempung kasar Mile 21, terutama pada lapisan permukaannya. Kandungan bahan organik Mile 21 adalah 1.84 1.07 C-org dan Mile 21.5 adalah 4.18
2.43 C-org Gambar 12b.