Era Tambang Grasberg di PTFI Deskripsi Kegiatan Penambangan di PTFI dan Pengendapan Tailing di ModADA

7 mengandung kalkopirit CuFeS 2 . Selama tahun 1976, dari hasil bor diperoleh 40 juta ton bijih dalam cadangan GBT dengan kadar tembaga rata-rata 2.5, namun pada saat itu dianggap kurang memiliki nilai ekonomis, sehingga tidak menjamin bahwa operasi penambangan ini akan memiliki nilai ekonomis dan juga akses pengeboran relatif sulit di GBT Mealey, 1999. Pada akhir tahun 1980, tambang bawah tanah di GBT dimulai dan pada tahun 1982 mencapai kapasitas pengolahan sebesar 4500 ton bijihhari. Pada saat itu produksi bijih GBT cukup banyak, sehingga produksi bijih dari tambang terbuka Ertsberg diperkecil menjadi 5000 tonhari dari total 9500 tonhari. Selanjutnya produksi bijih mencapai 12 . 500 tonhari pada tahun 1984 dan 20 . 000 tonhari pada tahun 1988. Menjelang pertengahan Juni 1988, Freeport melakukan pengeboran dangkal pada zona utama di Grasberg yang terletak sekitar 3 km dari Ertsberg yang baru dibor 15 tahun kemudian setelah tambang Ertsberg di sebelahnya dikerjakan. Pada pengeboran sedalam 611 m tegak lurus kedalaman batuan ditemukan endapan emas dan tembaga berkadar tinggi. Sepanjang kedalaman 591 m dari lobang bor ini mengandung 1.69 tembaga dan 1.77 gton emas, sehingga membuat Grasberg merupakan cadangan emas terbesar dan cadangan tembaga ketiga terbesar di dunia Mealey, 1999.

2.2 Era Tambang Grasberg di PTFI

Tambang Grasberg terletak di daerah pegunungan bagian selatan pulau Papua Irian Jaya pada ketinggian 4200 m dari permukaan laut. Endapan bijih di Grasberg berupa intrusi yang telah berumur tiga juta tahun. Berbeda dengan endapan skarn Ertsberg, endapan bijih di Grasberg terdapat dalam batuan beku yang disebut intrusi ilaga meliputi diorit, diorit kuarsa, monzonit, monzonit kuarsa, stok, retas, dan sills Rusmana et al., 1995. Tubuh batuan bijih Grasberg adalah bagian dari batuan intrusi yang mengandung mineral tembaga dan emas Mealey, 1999. Endapan bijih ini terjadi pada saat cairan magma yang menembus permukaan bumi membeku dan membentuk kristal-kristal yang mengandung mineral tembaga dan emas. Proses pengendapan dan pembentukan kristal yang disebut intrusi ini berlangsung secara berulang-ulang dari waktu ke waktu selama jutaan tahun dengan menghasilkan endapan tembaga dan emas pada daerah intrusi Kirkham dan Sinclair, 1995; Mealey, 1999. Menurut MacDonald dan Arnold 1994, rata-rata analisis unsur 8 utama yang terkandung pada kompleks batuan Grasberg meliputi SiO 2 61.41, Fe 2 O 3 11.18, Al 2 O 3 10.27, CaO 1.97, MgO 1.30, Na 2 O 1.51, K 2 O 5.17, S 1.59, Au 2.27, dan Cu 1.46. Intrusi-intrusi di Grasberg ini menghasilkan daerah mineralisasi berbentuk kerucut terbalik berukuran 2.3 km x 1.7 km di bagian atas dekat permukaan pada ketinggian 4100 m, kemudian mengecil ke bawah dengan ukuran 900 m pada ketinggian 3000 m. Dari ketinggian tersebut, kerucut kemudian mengecil pada ukuran 500-600 m. Pada ketinggian 2650 m masih terdapat endapan mineral cukup berharga hingga kedalaman maksimum yang dapat dicapai dengan alat bor. Mineralisasi tembaga terutama terdapat dalam kalkopirit CuFeS 2 , selain itu juga dalam bornit Cu 5 FeS 4 . Bagian yang memiliki kandungan tembaga dan emas terbanyak terdapat pada ketinggian 3550 m dan 3350 m Mealey, 1999.

2.3 Deskripsi Kegiatan Penambangan di PTFI dan Pengendapan Tailing di ModADA

Kegiatan penambangan yang berlangsung saat ini didasarkan pada Kontrak Karya Kedua antara Pemerintah Republik Indonesia dengan PTFI yang ditandatangani tahun 1991. Saat ini PTFI mengoperasikan tambang terbuka Grasberg dan tambang bawah tanah DOZ Deep Ore Zone dengan target produksi harian sekitar 240 . 000 ton bijih PTFI, 2007. Proses pengolahan bijih tambang ini dilakukan secara mekanis, yaitu menghancurkan batuan yang mengandung mineral tembaga, emas, dan perak. Pabrik Pengolahan bijih terletak di dataran tinggi pada ketinggian 2800 m dpl. Pengolahan bijih mineral tembaga, emas, dan perak diekstrak menggunakan teknik pengapungan flotasi. Sebelumnya bijih yang ditambang digiling sampai halus dan dicampur dengan air dalam jumlah tertentu pada mesin penggilingan yang kemudian dialirkan ke dalam tangki-tangki flotasi. Pada tangki-tangki flotasi diberikan gelembung-gelembung udara dan reagen yang bergerak dari dasar tangki menuju ke permukaan. Dalam perjalanannya ke permukaan, gelembung-gelembung tersebut menangkap dan mengumpulkan mineral berharga dari permukaan butir-butir halus hasil gerusan batuan bijih. Setelah mencapai permukaan, gelembung berubah menjadi buih yang telah kaya dengan mineral berharga. Buih tersebut kemudian dikumpulkan sebagai bubur konsentrat dan dikirim melalui jalur pipa menuju Pabrik Pengeringan 9 Konsentrat ke Pelabuhan Amamapare. Pengeringan dilakukan dengan penyaringan bertekanan tinggi dan pemanasan. Pada kuartal pertama 1999, kapasitas pengolahan bijih mencapai 220 . 000 tonhari PTFI, 2000. Dari total bijih olahan di pabrik, yang merupakan konsentrat sekitar 3 - 4 tembaga, emas, dan perak. Konsentrat kering berupa butiran pasir halus berwarna hitam yang merupakan produk akhir PTFI. Sementara pasir yang tersisa dari proses pengolahan bijih yang disebut tailing berjumlah sekitar 96-97 atau 212 . 000 tonhari PTFI, 2000 yang kemudian diangkut melalui sistem sungai Aghawagon- Otomona menuju area pengendapan tailing di ModADA. Hingga tahun 2007 jumlah tailing yang dihasilkan PTFI telah mengalami peningkatan sekitar 230 . 000 tonhari PTFI, 2003; 2006; 2007. Secara umum proses pemisahan bijih di dataran tinggi Mile - 74 hingga menghasilkan konsentrat mineral berharga dan tailing, disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 . Proses Pemisahan Bijih di Mile 74, PTFI Tailing selama perjalanannya dari dataran tinggi ke dataran rendah tidak mengalami pengendapan, namun mengalami pengenceran pada anak-anak sungai Aghawagon dan Otomona. Supaya tidak terjadi perluasan dampak secara lateral, maka dibangun dua buah tanggul yang membujur arah utara ke selatan yang dikenal sebagai Tanggul Barat ± 50 km dan Tanggul Timur ± 54 km. Jarak kedua tanggul Produksi Bijih 240 . 000 tonhari Konsentrat 3 - 4 Cu, Au, Ag 96 - 97 Tailing 230 . 000 tonhari Penggilingan dan Pengapungan di Dataran Tinggi Mile 74 Pengeringan Pengapalan Pengendapan di ModADA Transportasi melalui jalur Pipa ke Amamapare Tailing dialirkan ke Dataran Rendah 10 bervariasi antara 4 - 7 km dengan luas total area pengendapan tailing di antara kedua tanggul adalah 230 km 2 atau 23 . 000 Ha merupakan bagian daratan PTFI, 2006 dan 220 km 2 merupakan bagian estuari PTFI, 2000. Pembangunan tanggul dirancang sebagai proses yang bertahap. Perubahan ketinggian dasar ModADA karena pengendapan tailing diprediksi sekitar 6-12 bulan sebelumnya, dan kemudian elevasi tanggul dinaikkan sesuai dengan laju sedimentasi yang terjadi. Ketinggian tanggul dirancang sedemikian rupa, sehingga mampu menampung ketinggian banjir 100 tahunan Q 100 . Tinggi Tanggul Barat dibangun 1 m di atas tinggi banjir rencana 100 tahunan dan tinggi Tanggul Timur 0.5 m di atas Q 100 . Sejalan dengan naiknya dasar sungai akibat pengendapan tailing aktif, maka kedua tanggul dipertinggi secara bertahap hingga mencapai ketinggian maksimum yang diperkirakan antara 10 - 15 m PTFI, 2000. Pengendapan tailing di ModADA yang disebabkan oleh gaya gravitasi dari dataran tinggi ke dataran rendah terdistribusi menurut ukuran partikel. Partikel kasar cenderung akan ditemukan lebih banyak mengendap di bagian utara hulu ModADA, partikel berukuran sedang mengendap di bagian selatan hilir ModADA, dan partikel halus mengendap hingga ujung selatan hilir ModADA ke arah Estuari muara Ajkwa. Sementara partikel sangat halus mengendap di Estuari Ajkwa dan sisanya terbawa hingga ke Laut Arafura di bagian selatan pantai Mimika PTFI, 2006; 2007.

2.4 Karakteristik Umum Tailing di ModADA