Ketuntasan Belajar Landasan Teori

2.1.10 Ketuntasan Belajar

Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 KKM Individual Seorang peserta didik dikatakan tuntas belajar secara individual apabila peserta didik tersebut telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan sekolah. Dalam penelitian ini, KKM individual peserta didik kelas VII SMP Negeri 41 Semarang pada mata pelajaran matematika adalah 75. 2 KKM Klasikal Di SMP Negeri 41 Semarang, suatu kelas dikatakan telah mencapai ketuntasan secara klasikal jika banyaknya peserta didik yang telah mencapai ketuntasan individual di kelas tersebut sekurang-kurannya 75. Artinya jika banyaknya peserta didik yang mencapai ketuntasan individual kurang dari 75 maka KKM klasikal tersebut belum tercapai. Sehingga dalam penelitian ini ketuntasan belajar dalam aspek kemampuan pemecahan masalah matematis tercapai apabila sekurang-kurangnya 75 dari peserta didik yang berada pada kelas tersebut memperolah nilai lebih dari atau sama dengan 75. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar dalam aspek kemampuan pemecahan masalah tercapai apabila sekurang-kurangnya 75 dari peserta didik yang berada pada kelas tersebut memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75.

2.2 Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika selama ini kurang mendorong peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya. Biasanya pembelajaran matematika di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal, mengingat, menimbun informasi ataupun rumus-rumus dan tidak disadarkan untuk meningkatkan kemampuan memahami, mengolah informasi yang diterimanya serta memecahkan masalah yang ada untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, kenyataan dilapangan menyebutkan bahwa pembelajaran saat ini masih didominasi oleh paradigma “teacher centered”. Menurut Sanjaya 2014: 96, proses pengajaran yang berorientasi pada guru atau “teacher centered” adalah kegiatan belajar mengajar dimana guru memegang peranan yang sangat penting. Guru menentukan segalanya. Karena begitu pentingnnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada proses pembelajaran tanpa guru. Pembelajaran yang bersifat searah ini membuat peserta didik bergantung pada guru, sehingga selama pembelajaran berlangsung peserta didik cenderung pasif. Peserta didik hanya mendengarkan, mencatat dan dituntut menghafal lalu disuruh mengerjakan soal-soal latihan. Pembelajaran yang berpusat pada guru ini menyebabkan peserta didik bosan dengan pelajaran matematika, dikarenakan peserta didik tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik tidak diajarkan untuk belajar mandiri akibatnya peserta didik selalu bergantung pada guru ketika mereka dihadapkan pada permasalah. Pembelajaran dengan paradigma “teacher centered” akan menyebabkan kemandirian belajar