Model Pembelajaran Konvensional Kemampuan Pemecahan Masalah

Sanjaya 2014: 220 menjelaskan bahwa model PBL mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut. 1 Kelebihan 1 Meningkatkan minat, motivasi dan aktivitas pembelajaran peserta didik. 2 Menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3 Membantu peserta didik mentransfer pengetahuan peserta didik untuk memahami masalah dunia nyata. 4 Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 5 Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 6 Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 2 Kelemahan 1 Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. 2 Ketika peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.

2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas. Menurut Sanjaya 2014: 147 metode ceramah diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada peserta didik. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan peserta didik, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Guru dalam pembelajaran konvensional ini memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Langkah-langkah yang digunakan pada pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah 1 pendahuluan yang berisi apersepsi dan motivasi; 2 pengembangan materi berisi kegiatan menjelaskan materi dan memberi contoh soal; 3 penerapan materi berisi kegiatan memberikan latihan, memberikan waktu kepada peserta didik untuk mengerjakan soal latihan; dan 4 penutup yang berisi kegiatan membahas soal latihan dan merangkum materi serta pemberian PR.

2.1.6 Pendekatan Saintifik

2.1.6.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Suherman 2003: 74, pendekatan dalam pembelajaran matematika merupakan cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan peserta didik. Menurut Daryanto 2014: 51, pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu. 2.1.6.2 Karakteristik Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto 2014: 53, pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut. 1 Berpusat pada peserta didik. 2 Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip. 3 Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, dan 4 Dapat mengembangkan karakter peserta didik.

2.1.6.3 Tujuan pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Daryanto 2014: 54 adalah sebagai berikut. 1 Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. 2 Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3 Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4 Diperoleh hasil belajar yang tinggi. 5 Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah. 6 Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

2.1.6.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Daryanto 2014: 58 adalah sebagai berikut: 1 Pembelajaran berpusat pada peserta didik 2 Pembelajaran membentuk students self concept 3 Pembelajaran terhindar dari verbalisme 4 Pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip 5 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik 6 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar guru 7 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi 8 Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi dalam struktur kognitifnya.

2.1.6.5 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran Kemendikbud, 2014: 36-37 dinyatakan bahwa proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1 Mengamati; 2 Menanya; 3 Mengumpulkan informasi; 4 Mengasosiasi; 5 Mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan pembelajaran sebagai tercantum dalam tabel berikut. Tabel 2.3 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya LANGKAH PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang aoa yang diamati dimulai dari pernyataan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengumpulkan Informasieksperimen - Melakukan eksperaimen - Membaca sumber lain selain buku teks - Mengamati objekkejadianaktivitas Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, - Wawancara dengan narasumber menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasimengol ah informasi - Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperime n maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepda pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya Mengambangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam uraian di atas, pendekatan saintifik dalam pembelajaran memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam menerima dan mengelola kembali pembelajaran. Peserta didik diajarkan berani dan percaya diri untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, proses berpikir peserta didik lebih ditekankan pada fakta-fakta untuk menarik kesimpulan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tahap-tahap pendekatan saintifik pada penelitian ini yaitu: 1 mengamati; 2 menanya; 3 mengumpulkan informasi; 4 mengasosiasikanmengolah informasi; 5 mengkomunikasikan.

2.1.7 Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut Suherman 2003: 89 pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, peserta didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Suyadi, dkk seb agaimana dikutip oleh Suherman 2003: 89 dalam survenya tentang “Current situation mathematics and science education in Bandung” yang disponsori oleh JICA, antara lain menemukan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun peserta didik di semua tingkatan dari Sekolah Dasar sampai SMU. Branca sebagaimana dikutip oleh Effendi 2012: 2 mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik penting untuk dikembangkan karena kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika. Hal ini sejalan dengan NCTM 2000: 52 yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepasakan dari pembelajaran matematika. Selanjutnya Ruseffendi sebagaimana dikutip oleh Effendi 2012: 3 juga mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah amat penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari. NCTM 2000: 52 menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika diharapkan peserta didik mampu: 1 Menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan masalah 2 Memecahkan masalah yang timbul dengan melibatkan matematika dalam konteks lain 3 Menambahkan pengetahuan baru matematika melalui pemecahan masalah 4 Mengamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah matematika Menurut Polya 1973: 6-19 ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Adapun keempat langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1 Understanding the problem memahami masalah 2 Devising a plan merencanakan penyelesaian 3 Carrying out the plan menyelesaikan masalah sesuai rencana 4 Looking back memeriksa kembali proses dan hasil Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang diukur adalah kemampuan menyelesaikan masalah yang menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya yaitu: 1 memahami masalah, 2 merencanakan penyelesaian, 3 menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan 4 melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.

2.1.8 Kemandirian Belajar