menimbulkan tumor walaupun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan enak rasanya Beck, 1980.
Kontroversi penggunaan siklamat bermula dari ditemukannya kasus tumor kandung kemih pada beberapa tikus percobaan yang diberi siklamat
dosis tinggi CCC, 2006. Pada Oktober 1969 siklamat secara resmi dilarang pemakaiannya di Amerika Serikat dan beberapa negara membatasi
penggunaannya. Penelusuran bukti-bukti ilmiah baru tahun 1970 hingga 1978 mengindikasikan tidak terdapatnya sifat karsinogenik dari siklamat sehingga
JECFA 1982 menetapkan keamanan konsumsi siklamat oleh manusia. Pada tahun 1984, FDA Food and Drug Administration menegaskan bahwa
berdasar sejumlah 75 studi eksperimen terhadap hewan percobaan menunjukkan keseluruhan hasil tidak mengindikasikan siklamat dan hasil
metabolitnya sikloheksilamin bersifat karsinogenik JECFA, 2001; CCC, 2006.
Saat ini siklamat telah meluas penggunaannya di lebih dari 50 negara. Oleh Codex Alimentarius, siklamat dimasukkan sebagai BTP yang diijinkan
untuk pemanis buatan. Dalam bentuk garam sodium dan kalsium, siklamat diperbolehkan pemakaiannya di Uni Eropa dan Inggris sebagai pemanis dalam
berbagai produk pangan, termasuk tabletop sweeteners. Sementara pemakaian siklamat masih dilarang di Amerika Serikat; Kanada membatasi
penggunaannya hanya sebagai tabletop sweeteners FSANZ, 2007.
1. Identifikasi Bahaya
Risiko bahaya kimia sangat dipengaruhi oleh hubungan dosis- respon yang tergantung pada perbedaan jumlah bahan kimia yang tercerna
dan variasi
dalam respon
konsumen. Beberapa
aspek yang
dipertimbangkan adalah aspek biokimia, studi toksikologi dan studi epidemiologi.
Metabolisme siklamat terjadi di usus besar yaitu pengubahan menjadi sikloheksilamin cyclohexylamine oleh mikroorganisme. Jumlah
maksimum konversi siklamat menjadi sikloheksilamin sekitar 63, sementara 37 siklamat yang dikonsumsi akan diserap oleh tubuh
Branen et al. 1990; FSANZ, 2007.
Studi toksikologi meliputi efek toksisitas akut, toksisitas jangka pendek, toksisitas jangka panjangkarsinogesitas, genotoksisitas dan
toksisitas reproduktif Sparringa et al. 2004. Nilai toksisitas akut siklamat yang dapat membahayakan kesehatan dinyatakan sebagai LD-50
lethal median dose adalah 12,000 mgkg bb Beck, 1980. Studi toksisitas yang dilakukan Ershoff 1972 menunjukkan tikus
muda yang diberi natrium siklamat dosis 25,000; 50,000; dan 100,000 mgkg; mengalami gangguan pertumbuhan, alopesia bulu dan diare.
Pengamatan Green dan Schnider 1980 pada tikus putih yang diberi natrium siklamat konsentrasi 20,000 mgkg selama 10 minggu,
menunjukkan kasus nekrosis ginjal, perdarahan, pembentukan endapan kalsium pada duktus papilaris, papilla renalis, hyperplasia papilla
renalis, pelvis renalis, papiloma, karsinoma pada pelvis renalis, ureter dan kantong kemih.
Pada studi karsinogenisitas, observasi Gaunt et al. 1976 diacu dalam JECFA 1982, terhadap tikus yang diberi sikloheksilamin
hidroklorida CHA.HCl berkadar 0; 600; 2,000; dan 6,000 mgkg selama 104 minggu; menunjukkan tidak terdapat indikasi efek tumorigenic pada
semua level diet. Tingkat tanpa pengaruh buruk no-effect level ditemukan pada dosis 600 mgkg berdasar efek terhadap testis. Dosis ini
oleh JECFA pada tahun 1980 kemudian ditetapkan menjadi 100 mgkg bb untuk sikloheksilamin.
Penelitian Takayama et al. 2000 berupa studi toksisitas jangka panjang dan karsinogenik terhadap kera yang diberi dosis 100 dan 500
mgkg sodium siklamat 5 kali seminggu selama 24 tahun, menunjukkan beberapa kasus kelainan testis atrophy, focal germ cell aplasia, focal
spermatogenic interruption serta kasus sporadis malignant tumour carcinoma, adenocarcinoma, leiomyoma. Kasus-kasus tersebut terjadi
setelah 20 tahun, sehingga disimpulkan tidak terdapat bukti secara jelas efek toksik dan karsinogenik sodium siklamat.
Data toksisitas jangka panjang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat dosis tertinggi tanpa pengaruh buruk NOEL= No Observed Effect
Level. JECFA 1982 menyatakan penetapan NOEL siklamat dapat ditentukan setelah mempertimbangkan faktor : 1 tingkat tanpa pengaruh
buruk pada tikus diperoleh 100 mgkg bb, 2 perkiraan siklamat terabsorpsi 37 dan 63 lainnya diubah oleh flora usus, 3 tingkat
konversi siklamat menjadi sikloheksilamin sebesar 30, dan 4 perbandingan mol siklamat dengan mol sikloheksilamin adalah 2:1.
Sehingga NOEL siklamat menjadi 1,100 mgkg bb [100 x 2 0.63 x 0.3].
Studi genotoksisitasmutagenisitas
cytogenetic, aktivitas
mutagenik, sintesis DNA oleh Brusick et al. 1989 pada tikus menyebutkan bahwa Ca-siklamat tidak berpengaruh aktif secara genetik
pada konsentrasi maksimum, yang mengindikasikan bahwa Ca-siklamat dan cyclohexylamine tidak secara langsung mempengaruhi sifat intrinsik
genotoksisitas. Sejumlah studi toksikologi siklamat pada beberapa populasi
manusia menggunakan dosis 0–16 ghari dan periode pengujian 1-213 hari. Hasil studi menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan risiko
terkena kanker JECFA, 1982. 2. Karakteristik Bahaya
Berdasarkan uji toksikologi jangka panjang pada tikus dengan NOEL siklamat 1,100 mgkg bb dan mempertimbangkan faktor keamanan
100, maka perkiraan ADI untuk siklamat adalah 11 mgkg bbhari JECFA, 1982. Sebelumnya pada tahun 1967, JECFA menetapkan
temporary ADI siklamat sebesar 50 mgkg bbhari, kemudian pada tahun 1977 direkomendasikan menjadi 4 mgkg bbhari dinyatakan sebagai
cyclamic acid. Pada tahun 2000 SCF Scientific Committee on Food mengusulkan batas keamanan siklamat menjadi 7 mgkg bbhari, dengan
perhitungan metabolisme siklamat 85 dan faktor keamanan 32 SCF, 2000.
Akan tetapi FSANZ 2007 menyatakan bahwa tingkat konversi 85 merupakan konversi maksimum yang sangat konservatif, yang
diperoleh dari metabolisme siklamat pada suatu hari tertentu terhadap satu
orang tertentu Renwick et al.2004. Jika menggunakan konversi rata-rata 7 hari sebesar 58 serta faktor keamanan 32, akan diperoleh nilai ADI
yang mendekati sama dengan JECFA ADI yaitu 10.78 mgkg bbhari. Untuk itu FSANZ menyatakan tetap menggunakan acuan nilai JECFA
ADI sebesar 11 mgkg bbhari.
3. Kajian Paparan