maupun penambahan agen pewarna pada siklamat. Pengembangan metode oleh German Food Act 1999 yang menggunakan komposisi fase gerak
metanol dan bufer fosfat, belum mencakup prosedur pemisahan siklamat dan baru diterapkan terbatas untuk sampel minuman ringan. Adapun metode
Wasik dan Buchgraber 2007 yang menggunakan komposisi fase gerak metanol dan bufer format dan detektor ELSD Evaporative Light Scattering
Detector, sudah menerapkan prosedur ekstraksi yaitu SPE, tetapi sebagai sampel masih memakai standar siklamat.
E. KAJIAN RISIKO
Kajian paparan adalah salah satu komponen kajian risiko yang merupakan elemen penting analisis risiko. Kajian risiko pada dasarnya
merupakan evaluasi ilmiah terhadap peluang dan tingkat keparahan gangguan kesehatan akibat terpapar bahaya yang terdapat dalam makanan. Proses kajian
risiko–dalam hal ini kajian risiko kimia–terdiri dari empat tahap Gambar 1 yaitu identifikasi bahaya hazard identification, karakterisasi bahaya hazard
characterization, kajian paparan exposure assesment dan karakterisasi risiko risk characterization Sparringa Rahayu, 2004.
Gambar 1 Proses kajian risiko kimia Sparringa Rahayu, 2004.
IDENTIFIKASI BAHAYA
Bahaya kimia
KAJIAN PAPARAN
Evaluasi asupanpaparan dan konsentrasi
KARAKTERISASI BAHAYA
Evaluasi pengaruh bahaya dan kajian
dosis-respon
KARAKTERISASI RISIKO
Integrasi 3 komponen dan penentuan risk
estimate perbandingan
dengan standar ADI
Identifikasi bahaya merupakan proses identifikasi terhadap bahaya kimia serta evaluasi terhadap kemungkinan bahaya tersebut jika terdapat
dalam pangan. Karakterisasi bahaya adalah evaluasi kualitatif atau kuantitatif mengenai pengaruh bahaya terhadap kesehatan jika terdapat dalam pangan.
Tahap kajian paparan merupakan evaluasi kualitatif atau kuantitatif terhadap kemungkinan asupan dari bahaya kimia melalui pangan atau sumber lain yang
relevan. Adapun karakterisasi risiko didefinisikan sebagai perkiraan bahaya yang berdampak buruk terhadap kesehatan yang terjadi pada populasi tertentu,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, berdasarkan kegiatan identifikasi bahaya, karakteristik bahaya, dan kajian paparan yang telah dilakukan Barraj
Petersen, 2004. Pada tahap karakterisasi risiko, semua data dari tiga tahap terdahulu digabung untuk mendapatkan respon terhadap masalah yang timbul.
Hasil karakterisasi risiko merupakan suatu perkiraan risiko risk estimate tentang kemungkinan dan keparahan pengaruh buruk pada suatu populasi,
yang disertai dengan penjelasan mengenai tingkat ketidakpastian uncertainty Kusumaningrum et al. 2004.
Berdasarkan obyeknya, kajian risiko dapat dibedakan menjadi kajian risiko kimia dan kajian risiko mikrobiologis Tabel 3. Kajian risiko kimia
menitikberatkan pada
keberadaan bahan
kimia, seperti
BTP, cemarankontaminan kimiawi maupun residu obat-obatan ternak; sedangkan
kajian risiko mikrobiologis menitikberatkan pada evaluasi kemungkinan munculnya efek terhadap kesehatan setelah terpapar dengan mikroba patogen
atau dengan media yang mengandung mikroba patogen Sparringa Rahayu, 2004.
F. KAJIAN RISIKO SIKLAMAT