PENETAPAN KADAR SIKLAMAT DENGAN KCKT

yang diperoleh dari senyawa murni menunjukkan identitas senyawa Gritter et al. 1991, sehingga cuplikan yang mempunyai waktuvolume tambat di sekitar waktuvolume tambat senyawa murni diduga kuat mengandung komponen senyawa tersebut. Tabel 2 Kisaran nilai pH beberapa larutan bufer sebagai eluen pada KCKT Sistem buffer pH H 3 PO 4 KH 2 PO 4 K 2 HPO 4 KOH 2–12 Asam asetatNa-asetat 3–6 Asam asetatNH 4 -asetatNH 4 OH 3–9 NH 4 -bikarbonatNH 4 -karbonatNH 4 OH 3–10 Na-bikarbonatNa-karbonatNaOH 9–11 H 3 BO 3 Na 3 BO 3 NaOH 7–11 Sumber : Krstulovic Brown 1982 Kromatografi kuantitatif menunjukkan kadar relatif masing-masing komponen terhadap komponen lain, atau kadar mutlak jika menggunakan baku pembanding. Metode kuantitatif dipakai untuk penetapan kadar cuplikan secara rutin, sebagai bagian dari pengendalian mutu Gritter et al. 1991. Perhitungan kuantitatif didasarkan pada perbandingan luas atau tinggi puncak komponen dengan baku pembanding Johnson Stevenson, 1991. Dalam praktek, biasanya dibuat kurva kalibrasi dari larutan baku dengan rentang konsentrasi tertentu, kemudian luas puncak senyawa yang tak diketahui ditentukan dengan interpolasi.

D. PENETAPAN KADAR SIKLAMAT DENGAN KCKT

Sejumlah riset mengenai aplikasi KCKT pada siklamat telah banyak dilakukan. Secara garis besar, prosedur yang umum digunakan adalah derivatisasi siklamat menjadi senyawa turunannya cyclohexylamine dan reaksi dengan reagen yang dapat menghasilkan warna. Pada proses derivatisasi, Schwedt dan Hauck 1988 menggunakan o- phthaldialdehyde OPA untuk mengoksidasi siklamat. Deteksi pada spektrum UV 242 nm menghasilkan kisaran konsentrasi 2–400 mgl dengan RSD 4. Ruter dan Raczek 1992 yang juga menggunakan OPA menghasilkan limit deteksi 0.5–5 mgkg dengan RSD 1.0–2.6 dan rata-rata penemuan kembali 90. Hauck dan Kobler 1990 yang mempelajari penetapan siklamat pada pangan kaya protein menggunakan NBDF 4-fluoro-7-nitrobenzofuran sebagai pengoksidasi, menghasilkan LOD 5 mgkg dan tingkat penemuan kembali berkisar 88–104. Lehr 1991 yang meneliti prosedur KCKT untuk penetapan siklamat pada minuman jus buah, menggunakan derivat reagen sodium hypochlorite dengan eluen metanol-air 80:20 serta laju alir 1 mlmenit. Ofitserova et al. 2005 mempelajari penetapan pemanis buatan golongan sulfonamide pada produk pangan, menggunakan reagen hexadecyltrimethyl-ammonium bromide 10 -3 M dan 1,6 diphenyl-1,3,5- hexatriene 4 x 10 -6 M, dengan suhu reaktor 40 C serta laju alir 0.3 mlmenit. Kebanyakan metode derivatisasi tersebut menggunakan pereaksi yang spesifik dan kurang umum untuk aplikasi KCKT. Ditambah dengan masalah ketersediaan yang terbatas, terutama di Indonesia; sehingga kemungkinan sulit untuk dikembangkan. Lawrence 1987 menggunakan metode ekstraksi pasangan ion secara postcolumn dengan berbagai pewarna berbeda methylene blue, methyl violet dan violet crystal pada panjang gelombang 546 nm. Konsentrasi siklamat 20 ng pada minuman dapat dideteksi dengan mudah. Lawrence dan Charbonneau 1988 pada penelitian penetapan beberapa pemanis buatan pada makanan diet diet pudding, dessert toping, menerapkan teknik ekstraksi pasangan ion antara siklamat dengan reagen pewarna secara postcolumn. Adapun Choi et al. 2000 yang mempelajari penetapan siklamat pada pangan kalori rendah, menggunakan pewarna merah metil dalam campuran fase gerak metanol dan bufer fosfat, sehingga siklamat dapat dideteksi pada panjang gelombang UV. Hasil uji penemuan kembali menunjukkan kisaran nilai 93.2–99.2. Menurut Swadesh 2001 pemakaian reagen pewarna dalam kolom kromatografi dapat menyebabkan destruksi partikel silika sehingga menurunkan kinerja partikel sebagai fase diam. Studi kolaboratif berbagai laboratorium yang diacu oleh German Food Act 1999 serta Wasik dan Buchgraber 2007 mencoba mengembangkan prosedur analisis siklamat dengan KCKT tanpa melakukan reaksi derivatisasi maupun penambahan agen pewarna pada siklamat. Pengembangan metode oleh German Food Act 1999 yang menggunakan komposisi fase gerak metanol dan bufer fosfat, belum mencakup prosedur pemisahan siklamat dan baru diterapkan terbatas untuk sampel minuman ringan. Adapun metode Wasik dan Buchgraber 2007 yang menggunakan komposisi fase gerak metanol dan bufer format dan detektor ELSD Evaporative Light Scattering Detector, sudah menerapkan prosedur ekstraksi yaitu SPE, tetapi sebagai sampel masih memakai standar siklamat.

E. KAJIAN RISIKO