MODEL UMUM KAJIAN PAPARAN BTP

G. MODEL UMUM KAJIAN PAPARAN BTP

Paparan didefinisikan sebagai total BTP yang dikonsumsi oleh manusia. Untuk memperkirakan tingkat paparan bahan tambahan pangan, JECFA Joint FAOWHO Expert Committe on Food Additives menggunakan tiga pendekatan yaitu perkiraan per kapita, perkiraan dari survei konsumsi pangan dan analisis bahan tambahan pangan dengan metode TDS Total Diet Study. TDS merupakan metode untuk melakukan suatu kajian paparanstudi yang memprediksi paparan bahan kimia melalui analisis kontaminan, BTP, bahan berbahaya dan atau zat gizi dalam sampel pangan, yang didasarkan pada data konsumsi pangan dalam suatu populasi market basket study Egan et al. 2002; Sparringa Fardiaz, 2002. Kajian paparan mengkombinasikan data konsumsi pangan dengan data tingkat penggunaan dalam pangan. Hasil perkiraan tersebut kemudian dibandingkan dengan health reference ADI. Secara umum persamaan dalam kajian paparan adalah JECFA, 2001: konsumsi x konsentrasi bahan kimia Paparan = .......4 Berat badan kg Data konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan, baik tingkat nasional, rumah tangga atau individu. Data dari survei konsumsi pangan individu merupakan data yang paling sesuai untuk kajian paparan. Data konsentrasi dapat diperoleh dari data pengawasan pemerintah, data surveilan, data survei industri, atau data konsentrasi dengan estimasi, seperti MPL s . Contohnya, peraturan CAC tentang pemakaian BTP pada pangan, maksimum penggunaan siklamat berkisar 100–2,000 mgkg JECFA, 2001. Pendekatan MPL s umumnya menghasilkan perkiraan yang lebih tinggi overestimate karena diasumsikan semua pangan mengandung bahan tambahan dengan jumlah maksimum. Pendekatan data kosentrasi dengan metode MPL s konsentrasi maksimum yang diijinkan lebih efektif digunakan dalam kajian paparan di luar negeri dimana terdapat kepatuhan tinggi terhadap regulasi. Pendekatan MPL s menghasilkan perkiraan paparan yang overestimate, sehingga untuk perkiraan paparan yang sesungguhnya akan lebih kecil. Suatu hasil survei di Australia menunjukkan paparan tinggi persentil 95 th konsumsi siklamat pada kelompok usia 12–17 tahun melebihi ADI 245 ADI. Hasil kajian paparan ini dijadikan dasar usulan skenario perubahan regulasi penggunaan siklamat. Standar konsentrasi siklamat pada minuman berperisa direkomendasikan untuk diubah dari MPL s 600 mgkg menjadi 300 mgkg. Diharapkan dengan pengurangan MPL s ini, semua pengkonsumsi produk yang mengandung siklamat masih dibawah ADI, termasuk pengkonsumsi tinggi persentil 95 th . Dinyatakan juga bahwa meskipun terdapat pengurangan konsentrasi siklamat, hal ini masih memungkinkan industri minuman berperisa untuk menghasilkan produk yang layak FSANZ, 2004. Serupa dengan hal itu, Uni Eropa juga melakukan revisi penggunaan siklamat pada minuman berperisa dari 400 mgkg menjadi 250 mgkg FSANZ, 2004. Hal ini didasarkan pada suatu kajian model diet di Inggris yang menunjukkan bahwa beberapa anak usia 1 ½ dan 4 ½ tahun mempunyai asupan siklamat dua kali nilai ADI. Di Indonesia asumsi pendekatan MPL s menghasilkan perkiraan yang overestimate belum tentu berlaku. Hal ini terlihat pada program monitoring Badan POM terhadap pemakaian BTP termasuk siklamat dan kontaminan, menggunakan acuan MPL s berdasar Permenkes No. 7221988. Hasil inspeksi menunjukkan beberapa sampel pangan mengandung pemanis buatan siklamat melebihi batas maksimum yang diijinkan yaitu produk sirup dan minuman ringan berperisa, masing-masing 3,430 mgkg dan 4,836 mgkg standar 3,000 mgkg Sintawatie 2006, diacu dalam Indrotristanto 2006.

H. TOTAL DIET STUDY DAN PILOT PROJECT KAJIAN PAPARAN