luar negeri dimana terdapat kepatuhan tinggi terhadap regulasi. Pendekatan MPL
s
menghasilkan perkiraan paparan yang overestimate, sehingga untuk perkiraan paparan yang sesungguhnya akan lebih kecil. Suatu hasil survei di
Australia menunjukkan paparan tinggi persentil 95
th
konsumsi siklamat pada kelompok usia 12–17 tahun melebihi ADI 245 ADI. Hasil kajian paparan
ini dijadikan dasar usulan skenario perubahan regulasi penggunaan siklamat. Standar konsentrasi siklamat pada minuman berperisa direkomendasikan
untuk diubah dari MPL
s
600 mgkg menjadi 300 mgkg. Diharapkan dengan pengurangan MPL
s
ini, semua pengkonsumsi produk yang mengandung siklamat masih dibawah ADI, termasuk pengkonsumsi tinggi persentil 95
th
. Dinyatakan juga bahwa meskipun terdapat pengurangan konsentrasi siklamat,
hal ini masih memungkinkan industri minuman berperisa untuk menghasilkan produk yang layak FSANZ, 2004.
Serupa dengan hal itu, Uni Eropa juga melakukan revisi penggunaan siklamat pada minuman berperisa dari 400 mgkg menjadi 250 mgkg
FSANZ, 2004. Hal ini didasarkan pada suatu kajian model diet di Inggris yang menunjukkan bahwa beberapa anak usia 1 ½ dan 4 ½ tahun mempunyai
asupan siklamat dua kali nilai ADI. Di Indonesia asumsi pendekatan MPL
s
menghasilkan perkiraan yang overestimate belum tentu berlaku. Hal ini terlihat pada program monitoring
Badan POM terhadap pemakaian BTP termasuk siklamat dan kontaminan, menggunakan acuan MPL
s
berdasar Permenkes No. 7221988. Hasil inspeksi menunjukkan beberapa sampel pangan mengandung pemanis buatan siklamat
melebihi batas maksimum yang diijinkan yaitu produk sirup dan minuman ringan berperisa, masing-masing 3,430 mgkg dan 4,836 mgkg standar
3,000 mgkg Sintawatie 2006, diacu dalam Indrotristanto 2006.
H. TOTAL DIET STUDY DAN PILOT PROJECT KAJIAN PAPARAN
SIKLAMAT
TDS Total Diet Study merupakan metode pengukuran konsentrasi bahan kimia termasuk BTP melalui analisis langsung pada pangan yang
dikonsumsi as consumed level pada suatu populasi. Sejak tahun 1999 TDS direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan dalam kajian paparan, karena
keakuratan tinggi dan ketidakpastian.yang rendah WHO, 1985. Metode TDS dilakukan dengan cara melibatkan campuran pangan atau tunggal yang
merepresentasikan diet spesifik untuk populasi umum atau populasi terpilih. Pangan dibeli dari toko-toko pengecer kemudian dilakukan preparasi, dimana
jenis pangan dari kelompok pangan yang sama digabung sesuai dengan proporsi pada diet dan selanjutnya dianalisis keberadaan bahan tambahan
pangannya. Total asupan perhari diperkirakan dengan mengalikan konsentrasi bahan tambahan pangan pada setiap kelompok pangan dengan rerata konsumsi
grup tersebut dan selanjutnya dijumlahkan untuk menghitung asupan pada semua grup Badan POM, 2005.
Di Indonesia, program pilot kajian paparan telah dilaksanakan oleh Badan POM sejak tahun 2002 terhadap BTP dan kontaminan. Pelaksanaan
program dilakukan melalui tahapan: pengembangan metode kajian paparan BTP berdasarkan batas maksimum yang diijinkan MPL
s
2002, kajian paparan BTP pada murid SD dengan metode TDS 2002–2003, pilot project
survei konsumsi pangan individu terpadu untuk tujuan kajian paparan dan gizi 2003–2004, persiapan TDS di Indonesia 2004–2006, kajian paparan
BTP dan kontaminan pada murid SD 2006–2007, dan implementasi TDS di Indonesia 2007–2009 Sparringa Rahayu, 2006.
Pada tahap awal yaitu pengembangan metode kajian paparan berdasarkan batas maksimum yang diijinkan, dilakukan survei terhadap 192
responden dari 15 provinsi dengan metode 24 hour food diary. Rata-rata paparan siklamat berdasar Permenkes No. 7221988 dinyatakan aman.
Sparringa Fardiaz, 2002. Pilot project survei konsumsi pangan individu terpadu untuk tujuan kajian paparan dan gizi yang dilakukan terhadap 270
responden keluarga di Bogor dengan metode 24 hour food dietary recall dan food diary menunjukkan rerata paparan siklamat berdasar Permenkes No.
7221988 berkisar 11.29–12.74 mgkg bbhari 102–116 ADI pada kelompok anak usia 6–12 tahun dan paparan pengkonsumsi tinggi persentil
95
th
sebesar 34.64 mgkg bbhari 315 ADI Sarifudin, 2004. Hal ini menunjukkan masih adanya potensi penyimpangan terhadap penggunaan
siklamat di Indonesia.
Berdasar hal itu dilakukan kajian paparan dengan pendekatan data konsentrasi menggunakan metode TDS, dengan pertimbangan lebih cost
effective dibanding metode lain seperti data survei industri dan data surveilan. Pada kajian paparan BTP terhadap 72 murid SD di Malang, diterapkan
pengukuran kadar siklamat dengan instrumen kromatografi gas sebagai pendekatan data konsentrasi dengan metode TDS. Adapun untuk pendekatan
data konsumsi, digunakan metode survei 24 hour food dietary recall dan food diary. Hasil kajian menunjukkan rerata paparan siklamat sebesar 26.4 mgkg
bbhari 240 ADI Slamet, 2004. Ringkasan program pilot kajian paparan disajikan pada Tabel 4.
Hasil-hasil program pilot kajian paparan tersebut menunjukkan kecenderungan tingkat asupan siklamat yang melebihi ambang batas
keamanan ADI. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan kajian paparan siklamat dengan metode TDS terhadap populasi anak sekolah dasar di
Surabaya. Sebagai pendekatan data konsentrasi dilakukan pengukuran kadar siklamat dengan instrumen KCKT. Keuntungan penggunaan KCKT dibanding
kromatografi gas adalah senyawa yang dianalisis tidak harus volatil dan analisis dapat dilakukan tanpa proses derivatisasi. Untuk pendekatan data
konsumsi digunakan hasil survei konsumsi pangan Badan POM RI dengan metode Food Frequency Questionnaire FFQ yang telah didesain untuk
pelaksanaan TDS Nasional dan bukan hanya untuk siklamat saja tetapi juga TDS untuk kontaminan, BTP dan zat gizi.
Tabel 4. Program pilot kajian paparan di Indonesia No.
Program Tahun
Data konsumsi Data konsentrasi
Hasil 1
Pengembangan Metode Kajian Paparan BTP berdasarkan
MPL
s
Sparringa Fardiaz, 2002
2002 24 h food diary
method 7 hari MPL
s
Permenkes No. 7221988
- Rerata paparan siklamat aman
3 Kajian Paparan BTP pada
Murid SD di Malang Slamet, 2004
2002 24 h food dietary
recall dan food diary method 6
hari - Direct GC
- MPL
s
Permenkes No. 7221988
- Rerata paparan siklamat = 26.4 mgkg bbhari 240 ADI
- Rerata paparan siklamat = 8.5 mgkg bbhari 77.27 ADI
2 Survei Konsumsi Pangan
Terpadu untuk Kajian Paparan dan Gizi di Bogor Sarifudin,
2004 2003
24 h food dietary recall dan food
diary method 3 hari
MPL Permenkes No. 7221988
- Rerata paparan siklamat = 11.29– 12.74 mgkg bbhari 102–116
ADI - Paparan
pengkonsumsi tinggi
persentil 95
th
siklamat = 34.64 mgkg bbhari 315 ADI
4 Pilot Project Survei Konsumsi
Pangan pada Murid SD di Surabaya untuk Persiapan TDS
Nasional 2006
FFQ Food Frequency
Questionnaire
Direct KCKT dan MPL
s
SK Ka Badan POM No:HK.00.05.5.1.45472004
Akan dikaji dalam penelitian ini
III. BAHAN DAN METODE
A. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB; Laboratorium Pangan Balai Besar
POM Surabaya, dan Badan POM RI Jakarta mulai Agustus 2006 hingga April 2008.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan penelitian ini terdiri dari standar siklamat kemurnian 99.78, petroleum-eter, larutan H
2
SO
4
10, larutan NaCl jenuh, kertas pH, air destilata bebas ion, metanol HPLC grade, larutan bufer fosfat pH 4.6 0.5
ml H
3
PO
4
dilarutkan hingga 1 l dengan air, ditambahkan 17 g KH
2
PO
4
, gula pasir, tepung terigu, telur, bubuk agar. Digunakan juga data sekunder hasil
Survei Konsumsi Pangan Badan POM RI terhadap 716 anak sekolah dasar dari 31 SD di wilayah Surabaya tahun 2006; serta berbagai sampel produk
pangan hasil survei konsumsi. Alat-alat yang dipergunakan antara lain sejumlah peralatan
laboratorium dari gelas beker glass, gelas piala, pipet, corong, gelas ukur, labu takar, corong pemisah, timbangan, neraca analitik, blender atau mortar,
mixer, kertas saring Whatman No.4, membran millipore 0.45 μm, ultrasonic bath, tabung vial, serta seperangkat instrumen KCKT.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian terdiri dari 2 bagian yaitu pengembangan metode penetapan kadar siklamat dan kajian paparan siklamat. Eksperimen pengembangan
metode dilakukan terhadap food model model pangan. Metode terpilih hasil pengembangan kemudian digunakan untuk mengukur konsentrasi siklamat
pada sampel pangan hasil survei. Selanjutnya, data konsentrasi digabung dengan data konsumsi pangan anak sekolah dasar untuk menentukan perkiraan
paparan siklamat pada populasi anak sekolah dasar di Surabaya.