Gambar 13. Diagram alir proses pembuatan hand and body cream Sumber : Mardiah, 2002
4. Karakterisasi Hand and Body Cream Jahe
Analisis yang dilakukan terhadap produk hand and body cream jahe yang dihasilkan meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan
distribus globula, serta uji kesukaan. Analisis terhadap produk hand and body cream
jahe dilakukan untuk mengetahui karakteristik produk hand and body cream
yang dihasilkan serta membandingkannya dengan produk hand and
Pemanasan dan pengadukan 70-75
o
C 5 menit hingga homogen
Pendinginan 50-60
o
C Sediaan 1
Cremophor A6 1
Cremophor A25 1
GMS 2.5
Setil Alkohol 1.5
Parafin Cair 3
Anti Foam 0.1
Pengadukan hingga homogen
Pendinginan Analisis pH, bobot jenis, total
mikroba, ukuran dan distribusi globula dan organoleptik
Sediaan cream Sorbitol
3 Metil Paraben
0.1 Aquadest
+100
Pemanasan dan pengadukan 70-75
o
C 5 menit hingga homogen
Pendinginan 50-60
o
C Sediaan 2
body cream yang ada di pasaran. Prosedur analisis karakteristik produk hand
and body cream disajikan pada Lampiran 1.
Uji kesukaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Uji kesukaan yang dilakukan
terhadap produk meliputi : uji kesukaan terhadap homogenitas, warna, bau, kemudahan menyebar, kesan lengket, dan rasa hangat pada kulit. Panelis yang
melakukan uji kesukaan ini adalah 30 orang mahasiswa yang termasuk panelis tidak terlatih. Lembaran uji hedonik disajikan pada Lampiran 2.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISASI MINYAK JAHE
Penggunaan minyak jahe pada pembuatan hand and body cream diawali dengan analisis fisiko kimia terhadap minyak yang akan digunakan. Analisis
fisiko kimia ini meliputi warna, indeks bias, bobot jenis, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, kadar lemak,
dan kromatografi gas GC. Hasil analisis fisiko kimia minyak jahe disajikan pada Tabel 4, sedangkan hasil kromatrografi gas GC minyak jahe disajikan
pada Lampiran 18. Tabel 4. Hasil karakterisasi minyak jahe
Parameter analisis Nilai
SNI 1998
a
Minyak jahe yang digunakan
b
Warna -
Kuning agak gelap Indeks bias
1.4853-1.4920 25
o
C 1.4827 20
o
C Bobot jenis
0.8720-0.8890 25
o
C 0.8819 20
o
C Putaran optik
-32
o
--14
o
+11.0
o
Bilangan asam Maks 2
1.53 Bilangan ester
Maks 15 15.85
Bilangan ester setelah asetilasi
Maks 90 87.77
Kadar lemak Negatif
Negatif Kandungan sabinen dengan
metode GC Tidak tercantum
23.99 Kandungan
α-zingiberen dengan metode GC
Tidak tercantum 9.54
a
sumber : SNI 1998
b
sumber : PT. SCENT INDONESIA LABORATORY Berdasarkan hasil karakterisasi minyak jahe yang dibandingkan dengan
Standar Nasional Indonesia, dapat diketahui bahwa minyak jahe yang digunakan masih berada dalam kisaran SNI. Sehingga minyak jahe tersebut
dapat digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan uji kromatografi gas, diketahui bahwa terdapat dua komponen utama yang terkandung dalam minyak jahe yang digunakan, yaitu
sabinen sebanyak 23.99 dan α-zingiberen sebanyak 9.54. Penggunaan
senyawa sabinen tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan minyak lada sintetik. Senyawa
α-zingiberen merupakan komponen utama minyak jahe yang menyebabkan bau harum pada
jahe. Kedua zat ini tidak memberikan pengaruh terhadap rasa hangat.
B. PENELITIAN PENDAHULUAN
Emulsi merupakan suatu sistem yang heterogen yang mengandung dua fasa cairan fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi atau fasa
internal dapat disebut juga fasa diskontinyu fasa diam dan fasa pendispersi atau fasa eksternal disebut juga fasa kontinyu fasa bergerak.
Selain memiliki fasa terdispersi dan fasa pendispersi, pada sistem emulsi perlu juga ditambahkan substansi ketiga yang mampu mencegah
bersatunya kembali droplet-dropplet fasa terdispersi untuk membentuk suatu emulsi yang stabil. Substansi ketiga tersebut biasa disebut sebagai emulsifier.
Pembentukan sistem emulsi disajikan pada Gambar 14.
air minyak emulsi
emulsifier stirrer
Hidrofob Mediator Hidrofil
Fasa minyak Emulsifier
fasa air
Gambar 14. Pembentukan Sistem Emulsi Campuran minyak dan air tidak dapat saling melarut karena kedua fasa
ini memiliki kepolaran yang berbeda. Oleh karena itu, perlu ditambahkan suatu emulsifier yang dapat menyatukan kedua fasa tersebut. Emulsifier
memiliki kemampuan untuk menyatukan kedua fasa yang tidak saling melarut karena molekulnya terdiri dari dua gugus yaitu gugus polar yang dapat
mengikat air dan gugus non polar yang dapat berikatan dengan minyak. Menurut Suryani, et. al., 2000 selain memiliki gugus polar dan non
polar dalam satu molekulnya, suatu emulsifying agent memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar muka dan tegangan permukaan. Dengan
menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan sebaliknya meningkatkan daya adesi. Emulsifying agent ini membentuk
lapisan tipis film yang akan menyelimuti partikel dan akan mencegah partikel tersebut bersatu dengan pertikel sejenis lainnya.
Dalam suatu sistem emulsi dapat menggunakan lebih dari satu jenis emulsifier
yang akan dapat menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi tersebut. Satu emulsifier memiliki kelebihan dan kelemahan
sehingga kelemahan tersebut akan dapat tertutupi oleh emulsifier yang lainnya. Selain emulsifier, perlu juga ditambahkan stabilizer untuk
menigkatkan stabilitas emulsi tersebut. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari
gum xantan dan polietilen glikol yang digunakan sebagai emulsifier. Gum xantan dipilih sebagai emulsifier dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam
air, aman, tidak toksik, serta dapat berfungsi pula sebagai zat pengental. Pada penambahan dengan konsentrasi yang sedikit sudah dapat memberikan
viskositas yang cukup besar pada sistem emulsi yang dihasilkan. Mcneely 1973 menjelaskan bahwa pada penggunaan sebanyak 1 dapat memberikan
viskositas kurang lebih sebesar 1000 cps, pengukuran dilakukan pada suhu 25
o
C dengan menggunakan viskometer Brookfield Model LVF pada 60 rpm. Pemilihan polietilen glikol PEG sebagai emulsifier pada penelitian ini
dikarenakan PEG bersifat mudah larut dalam air, tidak toksik, dan dapat berfungsi sebagai humektan. Selain itu, PEG sudah banyak digunakan sebagai
emulsifier oleh industri.
Hal yang dilakukan pada penelitian pendahuluan adalah menambahkan gum xantan dan PEG masing-masing dengan konsentrasi 1, 2, dan 3
dalam formulasi cream dengan tujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari
kedua jenis emulsifier tersebut. Dasar dari pemilihan rentang konsentrasi adalah pada umumnya emulsifier digunakan dalam jumlah sedikit di industri,
hal ini dikarenakan harga emulsifier yang cukup mahal oleh karena itu diperlukan pemilihan jenis emulsifier dan konsentrasi yang tepat pada
penggunaannya. Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi terbaik
untuk gum xantan adalah 2 dan konsentrasi terbaik untuk PEG adalah 2. Pada penambahan gum xantan 1 dan PEG 1; gum xantan 1 dan PEG
2; serta gum xantan 1 dan PEG 3, cream yang terbentuk masih sangat cair bahkan lebih cair daripada lotion, viskositas yang sangat rendah ini akan
menyulitkan pada saat pemakaian. Pada penambahan gum xantan 2 dan PEG 1; gum xantan 2 dan PEG 2; serta gum xantan 2 dan PEG 3,
cream yang dihasilkan cukup kental dan hampir sama dengan produk cream
pada umumnya, tetapi pada penambahan PEG sebanyak 1 cream yang terbentuk belum stabil, hal ini terlihat dari adanya komponen yang memisah
ketika cream tersebut didiamkan selama satu hari. Ketika konsentrasi PEG dinaikkan menjadi 2 cream yang terbentuk sudah cukup stabil dan tidak
terlihat adanya pemisahan ketika cream tersebut didiamkan selama 1-2 hari. Pada penambahan gum xantan sebanyak 3 dengan PEG sebanyak 1, 2,
dan 3 menghasilkan cream yang sangat kental dan sulit untuk dilakukan pengadukan.
C. PENELITIAN UTAMA
Hand and body cream merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetika,
berupa emulsi kental yang memiliki kandungan air tidak kurang dari 60. Terdapat dua tipe emulsi untuk golongan sediaan dalam bentuk cream, yaitu
tipe emulsi ow oil in water dan tipe emulsi wo water in oil. Pada tipe emulsi ow minyak berperan sebagai fasa terdispersi fasa internal dan air
berperan sebagai fasa pendispersi fasa eksternal tetapi berlaku sebaliknya untuk tipe emulsi wo, minyak berperan sebagai fasa pendispersi fasa
eksternal dan air berperan sebagai fasa terdispersi fasa internal.
Menurut Schmitt 1996, umumnya produk cream berbentuk ow dengan fasa minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk lotion.
Terdiri dari 15-40 fasa minyak dan 5-15 fasa humektan, karakteristik penampakannya hampir sama dengan produk lotion.
Pada penelitian utama dilakukan proses pembuatan produk hand and body cream
dengan mengaplikasikan minyak jahe sebagai komponen aktif dan gum xantan serta PEG sebagai emulsifier, konsentrasi penambahan kedua
emulsifier tersebut didapat dari penelitian pendahuluan. Minyak jahe yang
ditambahkan yakni sebesar 5, 10, dan 15. Banyaknya minyak jahe yang ditambahkan ditentukan secara subjektif. Pada produk hand and body cream
yang dihasilkan dilakukan uji karakteristik yang meliputi pH, bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji penerimaan
konsumen uji kesukaan. Gambar produk hand and body cream yang dihasilkan disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. Produk hand and body cream yang dihasilkan
D. KARAKTERISASI HAND AND BODY CREAM JAHE
Analisis yang dilakukan terdahap produk hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh
dari analisis produk tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik produk sejenis yang ada di pasaran. Analisis yang dilakukan meliputi pH,
bobot jenis, total cemaran mikroba, ukuran dan distribusi globula serta uji kesukaan.
1. pH