65
Jenahara dalam paragraf yang sama. Setelah itu muncul pernyataan dari Jenahara, namun setelahnya dimunculkan lagi pendapat Irna Mutiara. Di akhir tulisan
wartawan menggunakan lagi pendapat Jenahara yang diakuinya didapatkan pada kesempatan terpisah. Dengan pola seperti ini, wartawan menyulitkan pembaca
untuk berpikir secara runut. - Penyebutan konsep busana muslimah yang juga tidak teratur. Awalnya,
wartawan menyebutkan konsep busana muslimah yang sesuai dengan cuaca sekitar. Kemudian dipaparkan pendapat Restu Anggraini tentang busana
muslimah yang sesuai dengan karakter personalnya. Konsep ini sebenarnya sudah diperkuat dengan pernyataan Irna Mutiara yang juga memiliki pendapat sejenis.
Namun pada paragraf yang sama, wartawan menambahkan pendapat Jenahara tentang konsep padu-padan. Setelah itu wartawan menambahkan pendapat
Jenahara yang justru menyebut model two pieces. Tidak hanya bicara model, Jenahara juga bicara tentang pemilihan warna sesuai daerah. Pembahasan ini
dilanjutkan dengan pendapat Irna Mutiara tentang memilih bahan baju sesuai iklim negara tropis. Setelah dibawa jauh kepada pemilihan warna dan bahan,
wartawan ternyata mengembalikan pembaca kepada konsep busana yang telah dibahas di awal yaitu busana yang menonjolkan karakter personalnya. Setelah itu
wartawan menyebut kembali busana padu padan yang juga telah disebut sebelumnya. Akhirnya wartawan menutup tulisan dengan paparan mengenai
memilih busana muslim yang sesuai dengan cuaca. Hal ini sudah disebutkan pada lead sebelumnya. Pola tidak runut seperti ini akan menyulitkan pembaca untuk
berpikir dan mencerna pesan secara teratur. Namun pada artikel bagian kedua, koherensi paragraf justru tersusun rapi. Ini
terlihat dari cara wartawan memaparkan tips berbusana yang dimulai dari pemilihan jilbab, pakaian, bawahan, sepatu lalu aksesoris. Urutan ini bisa dinilai
dari posisi anggota tubuh yaitu dimulai dari yang paling atas sampai ke bawah. Di sisi lain, urutan ini juga disusun berdasarkan nilai kepentingannya. Jilbab masih
dimunculkan sebagai yang utama kemudian diakhiri dengan aksesoris sebagai item yang tidak terlalu penting.
4.2.4 Retoris Artikel 1
Universitas Sumatera Utara
66
Dalam menekankan fakta, wartawan menggunakan idiom yang berasal dari dunia fashion seperti classic-feminine untuk menyebut gaya berbusana yang dipengaruhi
oleh gaya berbusana zaman dahulu, sederhana, namun tetap menunjukkan sisi feminim dari pemakainya. Two pieces adalah istilah untuk menyebut pakaian dua
potong yang terbagi menjadi atasan dan bawahan, pakaian ini tidak merujuk kepada gamis, jubah, abaya dan sejenisnya. Pada artikel bagian kedua juga
disebutkan beberapa item yang berasal dari dunia fashion seperti : Kerudung paris, kerudung katun, pashmina, sweater, jeans, rok maxi, legging, boots dan
syal. Penyebutan item dari dunia fashion ini menonjolkan busana muslim sebagai bagian dari fashion dan tren.
Wartawan juga melakukan penekanan pada pengulangan kata-kata seperti : “Gaya” disebut sebanyak 8 kali, “Tren” sebanyak 4 kali dan “Model” sebanyak 4
kali. Wartawan melakukan penekanan terhadap kata gaya sehingga busana muslim berkaitan erat dengan aspek gaya dan bergaya.
Dilihat dari unsur grafisnya, artikel ini tidak banyak melakukan penonjolan. Terlihat dari font yang sama besar, tidak ada eye catcher maupun tulisan yang di-
bold untuk melakukan penegasan. Headline juga hanya ditulis dengan huruf serif berwarna hitam dan biru.
Noor melakukan penegasan pada foto. Artikel ini banyak menggunakan foto sebagai pendukung tulisan. Pada halaman pertama, terdapat sebuah foto dua orang
model permepuan yang menggunakan busana model two piece. Model yang berada di sebelah kanan menggunakan pashmina tidak menutup dada,
mengenakan baju lengan panjang berwarna hitam dan rok satin berwarna abu-abu dengan sepatu berwarna coklat. Model yang berada di sebelah kiri menggunakan
pashmina yang juga tidak menutup dada. Mengenakan baju berwarna biru terang dengan bawahan berwarna cokelat dan sepatu berwarna hitam. Pada halaman ini,
Noor menonjolkan sisi fashion busana muslim dengan model pakaian two piece. Dilihat dari ukurannya, foto ini berdimensi 19.5 cm x 11.5 cm. Luas foto adalah
224.25 cm
2
. Satu halaman majalah Noor memiliki dimensi 27.2 cm x 21 cm sehingga luas keseluruhannya adalah 571.2 cm
2
. Perbandingan foto dengan teks
Universitas Sumatera Utara
67
adalah 224.25 cm
2
: 346.92 cm
2
yaitu sebesar 1 : 1.5. Pada halaman ini Noor lebih menonjolkan isi tulisan dibandingkan foto.
Pada halaman kedua, hanya terdapat sebuah foto perempuan menggunakan busana muslimah satu potong berwarna biru dengan corak dan motif yang ramai. Model
menggunakan jilbab berwarna biru gelap namun tidak menutup dada. Perbandingan dimensi foto dengan teks pada halaman ini adalah 381.45 cm
2
: 189.75 cm
2
yaitu sebesar 2 : 1. Pada halaman ini, Noor lebih menonjolkan foto dibandingkan dengan isi teks.
Pada halaman ketiga terdapat 5 buah foto yang menjadi penjelas gaya berbusana untuk musim kemarau mencakup bahan baju, bahan jilbab, gaya berjilbab hingga
sepatu. Dilihat dari dimensinya, kelima foto ini seluruhnya berukuran 178.92 cm
2
. Perbandingan foto dengan teks pada halaman ini adalah 178.92 cm
2
: 392.28 cm
2
yaitu sebesar 1 : 2. Pada halaman ini Noor lebih menonjolkan isi teks. Pada halaman keempat terdapat 5 buah foto yang menjadi penjelas gaya
berbusana untuk musim hujan mencakup bahan baju, gaya berbusana, gaya berjilbab serta sepatu. Tidak terdapat foto penjelas untuk aksesoris berupa syal.
Dilihat dari dimensinya, seluruh foto pada halaman ini berukuran 285.84 cm
2
. Perbandingan foto dengan teks adalah 285.84 cm
2
: 285.36 cm
2
yaitu sebesar 1 : 1. Pada halaman ini Noor tidak menonjolkan salah satu aspek. Foto dan teks
memiliki porsi yang sama. Dilihat dari rubriknya, artikel ini diletakkan di rubrik Fashion Issue yang berarti
Noor menempatkan busana muslimah sebagai isu fashion. Ditinjau dari halamannya, artikel ini terletak pada halaman 32-35 dari total 130 halaman isi.
Dengan jumlah total 4 halaman, Noor menempatkan artikel ini sebagai pembahasan penting.
Tabel 4 Analisis Framing Artikel 1 “Menilik Gaya Berbusana Muslim”
Universitas Sumatera Utara
68
No. Elemen yang diteliti Analisis
1 Sintaksis
Dilihat dari struktur sintaksisnya, Noor
mengangkat headline untuk mengajak pembaca melihat dengan teliti gaya berbusana muslim.
Pada lead, Noor menawarkan salah satu cara dalam memilih gaya busana yang disesuaikan
dengan musim dan cuaca. Ini terkait dengan tips yang diberikan Noor pada tulisan bagian kedua
tentang kesulitan bergaya dengan busana muslim di musim kemarau dan hujan. Musim kemarau
identik dengan panas dan berkeringat sehingga busana muslim yang tertutup akan menambah
panasnya sedangkan pada musim hujan yang dingin dan identik dengan sweater akan
menyulitkan untuk bergaya. Keduanya masih menonjolkan busana muslim sebagai gaya. Latar
informasi yang digunakan adalah model-model busana muslim yang digemari saat ini dan cara
memilih busana muslim sesuai dengan musim di negara tropis seperti Indonesia. Untuk kutipan dan
pernyataan, Noor mengambil langsung dari ketiga narasumbernya yang semuanya berprofesi sebagai
desainer busana. Ini menunjukkan bahwa busana muslim sangat berkaitan dengan fashion. Noor
menutup artikel ini dengan pemaparan bahwa busana muslim kekinian dapat memenuhi
kebutuhan perempuan untuk tampil gaya.
2
Skrip Dilihat dari struktur skripnya, artikel ini memiliki
kelengkapan unsur berita yang mencakup 5W+1H. Unsur What adalah unsur yang paling
Universitas Sumatera Utara
69
menonjol dalam artikel ini. Unsur What menggambarkan jenis dan bentuk busana muslim
yang masih disukai sampai saat ini. Pada artikel bagian kedua, unsur How adalah unsur yang
sangat dominan digunakan karena tulisan ini berjenis tips. Artikel bagian kedua ini
memaparkan cara berbusana yang disesuaikan dengan negara tropis yang memiliki dua musim,
yakni musim kemarau dan musim hujan. Paragraf dibuka dengan dominasi unsur What. Wartawan
banyak memaparkan bentuk-bentuk busana muslim dalam setiap paragrafnya. Ini
menunjukkan bahwa busana muslim memiliki bentuk yang sangat beragam dan dipengaruhi pula
oleh banyak faktor sehingga menimbulkan variasi busana.
3 Tematik
Dilihat dari struktur tematiknya, artikel ini memiliki detail yang sangat baik dalam
menggambarkan model dan konsep busana muslim kekinian. Begitu pula dalam
menggambarkan detail busana yang cocok dipakai pada musim kemarau dan hujan mulai dari jilbab,
baju, bawahan, sepatu hingga aksesoris. Koherensi paragraf tidak tersusun rapi baik dalam
mengurutkan pendapat narasumber maupun dalam memaparkan konsep busana muslim yang
diulang-ulang secara tidak runut. Namun pada tulisan bagian kedua, koherensi paragraf justru
sangat rapi. Noor mengurutkan tips berpakaian mulai dari anggota tubuh paling atas hingga
paling bawah dan mengurutkan sesuai
Universitas Sumatera Utara
70
kepentingan yaitu mulai dari jilbab sampai ke aksesoris tambahan yang tidak terlalu penting.
4 Retoris
Dilihat dari struktur retorisnya, Noor banyak menggunakan istilah dari dunia fashion. Ini
menunjukkan bahwa busana muslim menjadi bagian dari fashion. Pada artikel ini kata “Gaya”
disebutkan sebanyak 8 kali. Noor melakukan penekanan pada kata gaya sehingga busana
muslim adalah sarana untuk bergaya. Dilihat dari grafisnya, Noor tidak melakukan penekanan pada
bagian tertentu. Namun pada artikel ini terdapat banyak foto dengan dimensi yang besar dan
jumlah yang cukup banyak. Satu halaman majalah Noor memiliki luas 571.2 cm
2
maka total luas dari 4 halaman artikel ini adalah sebesar 2284.8 cm
2
. Sedangkan dimensi foto yang digunakan pada
empat halaman tersebut seluruhnya berukuran 1070.46 cm
2
. Perbandingan antara teks dengan foto adalah 2284.8 cm
2
: 1070.46 cm
2
yaitu sebesar 2 : 1. Noor lebih menonjolkan isi tulisan
dibandingkan dengan foto. Ditinjau dari posisinya, artikel ini terletak pada rubrik Fashion
Issue yang terletak pada halaman 32-35 dengan jumlah 4 halaman. Noor memberikan porsi yang
cukup besar kepada rubrik ini dan dianggap penting karena diletakkan di bagian depan dari
total 130 halaman isi. Sumber : Hasil Penelitian
4.3 Analisis Framing Artikel 2