Sintaksis Artikel 3 Analisis Framing Artikel 3

91 disangkutpautkan dengan persoalan menstruasi, termasuk kaitannya dengan kain penutup kepala atau jilbab. “Sejak datangnya Islam, semua perempuan harus memakai jilbabuntuk menutup kepala rambut dan leher, yang dirangkai dengan baju menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Tujuannya agar perempuan tidak dilecehkan. “Pada era kekinian, muncul pula istilah kerudung, khimar, hijab, dll. “Dengan demikian, jilbab memiliki banyak istilah. Terlepas dari berbagai pandangan mengenai makna, batasan, bentuk dan modelnya. Yang penting, cara muslimah berjilbab tidak menghilangkan esensi jilbab itu sendiri seperti yang sudah diajarkan oleh agama,” pungkas Nasaruddin.

4.4.1 Sintaksis Artikel 3

Headline dari artikel ini berjudul “Nasaruddin Umar : Ribuan Tahun Lalu Jilbab Sudah Ada” yang mengedepankan penjelasan seorang tokoh agama yaitu Nasaruddin Umar tentang eksistensi jilbab. Dari headlinenya terlihat adanya penekanan tentang keberadaan jilbab sebelum kemunculan agama Islam. Ini tentunya mengkonfrontasi pendapat yang menyatakan bahwa jilbab hanya dimiliki oleh orang-orang Islam dan berasal dari budaya Arab. Noor memilih kutipan ayat Al-Quran surat An-Nur ayat 31 sebagai lead yang berbunyi : “...dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung jilbab ke dadanya...” QS. An-Nur24:31 Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang dijadikan pedoman dalam setiap urusan. Penggunaan ayat ini sebagai lead menjelaskan perintah berjilbab sebagai sebuah keharusan bagi muslimah. Larangan untuk tidak menunjukkan perhiasan kecuali yang biasa tampak merujuk kepada kalung dan anting. Sedangkan perhiasan yang biasa tampak yaitu merujuk kepada cincin dan gelang. Larangan ini masih berkaitan dengan perintah selanjutnya yaitu untuk menutupkan kain kudung jilbab ke dada yang berarti kalung dan anting adalah perhiasan yang tidak boleh ditampakkan karena harus ditutup dengan jilbab. Universitas Sumatera Utara 92 Latar informasi yang digunakan adalah sejarah penggunaan jilbab dalam literatur Yahudi salah satunya dikitab Talmud kitab umat Yahudi. Menurut kajian Nasaruddin Umar, dahulu menstruasi dianggap sebagai salah satu kutukan bagi perempuan. Perempuan yang sedang menstruasi menuntut berbagai ritual dan perlakuan khusus seperti diasingkan atau memakai penanda tertentu. Perempuan menstruasi dianggap berbahaya, karenanya untuk lebih aman, perempuan yang sedang menstruasi harus menggunakan jilbab atau cadar. Inilah yang menjadi latar belakang eksistensi jilbab sebelum kemunculan agama Islam. Untuk kutipan, wartawan menggunakan pernyataan langsung Nasaruddin Umar. Dari lima paragraf, terdapat enam kutipan yang dinyatakan langsung oleh narasumber. Kutipan disertai dengan profil Nasaruddin yang menunjukkan kredibilitasnya sebagai orang yang memahami pembahasan ini. Penyebutan gelar, profesi dan jabatan menunjukkan kredibilitas narasumber. “...Kutukan perempuan lebih berat karena, salah satunya, harus menjalani siklus menstruasi,” kata Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A.” “...Perempuan harus mengenakan signal of warning. Tujuannya agar perempuan jangan melakukan sesuatu ketika ada darah menstruasi menstrual blood,” ucap Rektor IIQ Institut Ilmu Al-Quran, Lebak Bulus, Jakarta Selatan ini.” “...Selain itu untuk lebih aman, perempuan yang sedang menjalani menstruasi juga dituntut menggunakan jilbab atau cadar,” jelas wakil menteri agama RI ini pada era pemerintahan SBY.” “...Semua bagian tubuh perempuan itu harus diberi kalung, gelang, cincin berwarna kuning yang berfungsi sebagai kosmetik atau perhiasan untuk menolak bala. Setan takut dengan warna kuning,” ungkap profesor kelahiran Ujung-Bone, 23 Juni 1959.” Sumber yang digunakan pada artikel ini didominasi oleh pernyataan dan penjelasan Nasaruddin Umar sebagai narasumber. Sumber lainnya yang menjadi acuan adalah kitab Talmud Eruvin pasal 100B yang menjelaskan tentang 10 kutukan laki-laki dan 10 kutukan perempuan. Penggunaan kitab Talmud sebagai sumber tentunya bertujuan untuk menguatkan sejarah eksistensi jilbab sebelum datangnya Islam. Dalam literatur Yahudi sendiri sudah ada sejarah tentang jilbab. Ini berarti jilbab bukan bersumber dari Islam dan tidak berasal dari budaya Arab. Universitas Sumatera Utara 93 Artikel ini ditutup dengan kesimpulan bahwa jilbab sudah menjadi bagian tradisi sebelum kedatangan Islam. Jilbab menjadi pengganti menstrual hut tenda menstruasi saat perempuan haid dalam masa pengasingan. Begitu pula dengan cadar yang dulunya digunakan sebagai pakaian menstruasi. Perintah berjilbab sudah ada jauh sebelum Islam datang. Kemudian Islam hadir untuk menegaskan penggunaan jilbab kepada para muslimahnya. Di akhir tulisan, pernyataan Nasaruddin Umar bahwa perbedaan pandangan tentang makna, batasan, bentuk dan model jilbab saat ini, yang paling penting adalah cara muslimah berjilbab itu tidak menghilangkan nilai utama dari kewajiban berjilbab. Penggunaan jilbab haruslah mengikuti tuntunan agama seperti yang sudah diajarkan serta tidak menghilangkan esensi jilbab sebagai penutup aurat bagi muslimah. “...Sejak datangnya Islam, semua perempuan harus memakai jilbab untuk menutup kepala rambut dan leher, yang dirangkai dengan baju menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Tujuannya agar perempuan tidak dilecehkan”. “...Dengan demikian, jilbab memiliki banyak istilah. Terlepas dari berbagai pandangan mengenai makna, batasan, bentuk dan modelnya. Yang penting, cara muslimah berjilbab tidak menghilangkan esensi jilbab itu sendiri seperti yang sudah diajarkan oleh agama,” pungkas Nasaruddin.”

4.4.2 Skrip Artikel 3