Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kajian Pustaka

18

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menfokuskan masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut : Bagaimana media, dalam hal ini majalah Noor melakukan konstruksi terhadap jilbab?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan berupa : 1. Untuk mengetahui konstruksi yang dilakukan majalah Noor terhadap jilbab 2. Untuk mengetahui nilai jilbab yang dikonstruksi oleh majalah Noor dalam pemberitaannya

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan peneliti dan pembaca tentang peranan media dalam mengkonstruksi nilai jilbab. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dan juga mahasiswa mengenai analisis framing khususnya konstruksi nilai jilbab di media. 3. Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih untuk Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta praktisi Komunikasi lainnya dalam kajian analisis framing dan konstruksi media massa. Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandang terhadap dunia. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran yang dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model- model tertentu. Model itu yang disebut dengan paradigma Moleong, 2001 : 49 Paradigma sangat penting dalam mempengaruhi teori, analisis maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas dikatakan bahwa tidak ada suatu pandangan atau teori yang bersifat netral dan objektif, melainkan salah satu di antaranya sangat bergantung pada paradigma yang digunakan. Karena menurut Kuhn 1970 paradigma menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak kita inginkan, tidak ingin kita lihat dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma mempengaruhi pandangan seseorang yang apa yang baik dan buruk, suka atau tidak suka. Oleh karena itu, jika ada dua orang yang melihat sebuah realitas sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda pula. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan paradigma yang dimiliki, secara otomatis mempengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorang. Ada bermacam-macam paradigma dalam mengungkap hakekat realitas atau ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini yaitu : positivisme, postpositivisme, konstruktivisme dan teori kritik. Perbedaan paradigma ini dilihat dari cara mereka memandang realitas dan melakukan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan ditinjau dari empat dimensi pertanyaan : epitimologis, ontologis, metodologis dan aksiologis. Universitas Sumatera Utara 20

2.1.1 Paradigma Konstruktivis

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme dalam penelitian ini. Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan definisi sosial Eriyanto, 2004 : 13 K. Bertens 1993 menyatakan bahwa di dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Sokrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan itu lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilahinformasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya. Ia juga mengatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan dengan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta. Ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno 1997: pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme biasa. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran. Bentuk itu tidak selalu representasi dari dunia nyata. Pengetahuan adalah refleksi suatu realitas objektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Dalam pandangan realisme hipotetis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan untuk konstruktivisme biasa memandang bahwa pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Universitas Sumatera Utara 21 Sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme dapat dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Konstruktivisme semacam inilah yang oleh Berger dan Luckmann 1990 disebut dengan konstruksi sosial Bungin, 2011:14. Pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat, yaitu: 1. Faktaperistiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda Gans, dalam Eriyanto, 2002:19 2. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai, media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan dapat juga menyebutnya sebagai perusuh. 3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik 4. Berita bersifat subjektifkonstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. 6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan satu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Universitas Sumatera Utara 22 7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai tafsiran sendiri yang bisa saja berbeda dari pembuat berita Zamroni, 2009:95

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada dan mengisi celah-celah dalam penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya mengenai konstruksi nilai jilbab diantaranya : 1. KONTRUKSI BERITA LARANGAN PEMAKAIAN JILBAB PADA SITUS WWW.REPUBLIKA.COM Penelitian yang dilakukan oleh Ita Septiyani dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mencoba menemukan konstruksi berita di media online www.republika.com dimana media ini memiliki basis keislaman yang kuat. Sehingga pemberitaan dan rubrikasi banyak mengacu pada bahasan keislaman. Penelitian ini berusaha mengetahui konstruksi berita kasus larangan pemakaian jilbab di SMA Negeri Bali ditinjau dari kacamata Islam. Analisis dilakukan dengan menggunakan konsep Critical Discourse Analysis CDA yang diterapkan oleh Teun Van Dijk. Peneliti menemukan bahwa secara garis besar kecenderungan berita yang dikonstruksi oleh Republika tentang pelarangan penggunaan jilbab di SMA Negeri Bali merupakan pelanggaran hak asasi manusia. 2. KONSTRUKSI JILBAB DI KALANGAN MAHASISWI Studi Fenomenologi Mahasiswi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dalam Memaknai Jilbab Universitas Sumatera Utara 23 Penelitian yang disusun oleh Marthalena ini membahas serta menganalisis hal-hal yang melatarbelakangi mahasiswi UII untuk mengenakan jilbab melalui tiga proses simultan yakni obyektivasi, internalisasi dan eksternalisasi. Peneliti mencoba menggali lebih dalam tentang proses konstruksi sosial seorang mahasiswi dalam menggunakan jilbab melalui dialektika dalam perspektif Berger. Peneliti menemukan bahwa makna jilbab bagi seorang muslimah adalah sebagai bentuk identitas dirinya untuk mencitrakan citra ideal positif yang mereka inginkan dan juga bermakna sebagai bentuk representatif atas keinginan subyektif yang ada pada diri pribadi mereka. Penelitian ini berfokus pada kajian sosiologis sehingga belum mencakup kajian media. 3. KONSTRUKSI MAKNA JILBAB GAUL BAGI PENGGUNA JILBAB GAUL DI BANDUNG MENGENAI MAKNA JILBAB GAUL DI KALANGAN MAHASISWA BANDUNG. Penelitian yang disusun oleh Vivi Suhandayani dari Universitas Padjajaran ini bertujuan untuk mengetahui motif penggunaan jilbab gaul, pemaknaan pesan artifaktual mahasiswa Bandung terhadap penggunaan jilbab gaul, dan mengetahui konstruksi yang terdapat pada jilbab gaul di kalangan mahasiswi penggunanya. Peneliti menggunakan teori konstruksi realitas sosial dari Berger dan Luckmann dan teori interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jilbab gaul memiliki keunikan tersendiri yaitu motif psikologis, motif modis, motif dorongan dari mimpi, motif adaptif, dan motif kombinasi yaitu yang bukan merupakan satu motif melainkan multi-motif. 4. KONSTRUKSI JILBAB SEBAGAI SIMBOL KEISLAMAN. Penelitian ini dilakukan oleh Dadi Ahmadi dan Nova Yohana yang dimuat di jurnal Mediator, Vol.8 no.2 Desember 2007. Penelitian ini bertujuan Universitas Sumatera Utara 24 untuk menginvestigasi muslimah pengguna jilbab dari berbagai kalangan di Universitas Islam Bandung Unisba. Peneliti melihat bahwa jilbab pada dasarnya adalah simbol keagamaan namun belakangan berubah menjadi fenomena fashion dan menjadi bagian dari tren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga motif penggunaan jilbab yaitu : motif teologis, motif psikologis dan motif fashion.

2.3 Kerangka Teoritis