Skor Warna Uji organoleptik

74 terdistribusi ke dalam air sehingga intensitas derajat kekuningannya tentu akan berkurang.

5. Uji organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik kesukaan pada sembilan sampel teh hijau instan seduhan dari perlakuan evaporasi dan pengeringan. Uji organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan kesukaan panelis terhadap warna, rasa dan aroma. Format penilaian uji hedonik dapat dilihat pada lampiran 15. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan Berdasarkan tes Kruskal-Wallis pada uji mutu hedonik.

5.1. Skor Warna

Skor warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor warna dapat dilihat pada lampiran 16. Warna merupakan parameter yang menentukan mutu suatu bahan pangan deMan, 1989. Hasil analisis organoleptik terhadap warna teh hijau instant berkisar antara 4,27 sampai 4,63. Tes Kruskal-Wallis pada uji mutu hedonik terhadap warna menunjukkan bahwa semua sampel teh hijau instan hasil kombinasi perlakuan pemekatan dan suhu pengeringan tidak berbeda nyata lampiran 20a P0,05 yang berarti bahwa perlakuan pemekatan dan pengeringan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penilaian panelis pada warna teh hijau instan. Berdasarkan rangkingnya diketahui bahwa penilaian tertinggi diberikan pada teh hijau instan dengan kombinasi perlakuan tingkat pemekatan hingga 50 Brix dan perlakuan suhu pengeringan 180 C yang memiliki skor rata-rata 4.63. Sedangkan penilaian terendah dengan skor rata-rata 4.27 diberikan panelis pada teh hijau instant dengan kombinasi perlakuan tingkat pemekatan hingga 30 Brix dan perlakuan suhu pengering 120 C. 75 Dari hasil penelitian lampiran 16 terlihat bahwa rata-rata panelis memberikan nilai yang bervariasi dengan kisaran nilai 4.27- 4.63. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa panelis tidak dapat membedakan warna antar sampel. Berarti dari kisaran nilai tersebut, secara umum panelis menyukai warna dari sembilan sampel yang disajikan. Hal ini terjadi diduga karena perlakuan pemekatan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi 80 C dibawah suhu ekstraksi, sehingga walaupun perlakuan pemekatan hingga konsentrasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama, komponen katekin teh hijau dan pigmen klorofil yang berkontribusi terhadap warna tidak rusakterdegradasi secara signifikan pada semua perlakuan. Pengaruh suhu pengeringan 120, 150 dan 180 C juga tidak mengakibatkan perbedaan warna dari sampel, karena kontak bahan dengan udara panas pada setiap level suhu pengering terjadi dalam waktu yang sangat cepat sehingga komponen katekin dan pigmen klorofil tidak rusakterdegradasi secara signifikan pada semua perlakuan suhu pengeringan. Katekin dan klorofil langsung atau tidak langsung perubahannya selalu dihubungkan dengan sifat teh yaitu warna Arifin, 1994. Dari hasil uji warna objektif dengan chromameter, ternyata nilai b teh hijau instan bubuk dengan perlakuan pemekatan hingga konsentrasi 30 Brix menghasilkan derajat kekuningan teh hijau instan tertinggi sebesar 47.17. Tetapi berdasarkan data subjektif dengan uji organoleptik terhadap parameter warna, panelis tidak dapat membedakan warna teh hijau instan tersebut.

5.2 Skor Rasa