Konsumsi energi OPTIMASI PROSES EVAPORASI DAN PENGERINGAN

63 Hasil uji lanjut menggunakan metode Duncan lampiran 6c menunjukkan semua perlakuan suhu inlet spray dryer memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil rendemen teh hijau instan. Dari uji Duncan tersebut terlihat perlakuan suhu inlet spray dryer 180 C menghasilkan rendemen teh hijau instan tertinggi dengan nilai rata–rata rendemen sebesar 14,97, perlakuan suhu inlet spray dryer 150 C menghasilkan nilai rata-rata rendemen sebesar 11,17 . Sedangkan nilai rata-rata rendemen teh hijau instan terendah dihasilkan pada teh hijau instan dengan perlakuan suhu inlet spray dryer 120 C yaitu sebesar 8,1 . Maka dilihat dari parameter rendemen dapat dipilih perlakuan pemekatan hingga 30 Brix dan perlakuan suhu inlet spray dryer 180 C. Dipilihnya perlakuan pemekatan 30 Brix dikarenakan perlakuan pemekatan tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen maka pilih perlakuan dengan konsentrasi pemekatan paling rendah konsentrasinya sehingga lebih hemat energi. Dari hasil penelitian nilai rata-rata rendemen teh hijau instan yang dihasilkan berkisar antara 6,92-15,65 . Pada penelitian ini, perlakuan suhu inlet spray dryer 120 C dan 150 C tidak menghasilkan rendemen yang baik karena menghasilkan produk yang lengket sehingga banyak sampel yang menempel pada dinding ruang pengering dari spray dryer. Dari kejadian tersebut, maka suhu 120 C dan 150 C tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pengolahan teh instan yang menggunakan spray dryer sebagai alat pengeringnya. Untuk data lengkapnya tentang berat ekstrak, konsentrat serta teh instan yang dihasilkan selama proses optimasi dapat dilihat pada lampiran 6a.

2. Konsumsi energi

Analisis energi bertujuan untuk menghitung energi yang digunakan dalam setiap tahapan didalam suatu sistem produksi secara keseluruhan. Analisis energi ini dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki bagaimana, dimana dan bila energi digunakan secara efektif dan efisien Kamarudin et al., 1989. 64 Menurut Chapman 1974 dan Pimentel 1974 dikutip Alifah 1994, analisis energi suatu industri tergantung pada tujuan yang akan dicapainya. Tiga metode analisis yang dikemukakan adalah : 1. Analisis statistik Menentukan energi tersimpan per satuan waktu luaran atau output dengan menggunakan data statistik 2. Analisis Input-Output Menganlisis secara langsung atau tidak langsung terhadap aliran bahan yang masuk ke dalam sistem untuk menghasilkan bahan luaran tertentu. 3. Analisis Proses Merupakan identifikasi jaringan kerja atau proses yang harus diikuti untuk memperoleh produk akhir. Setiap tahapan proses atau kerja dianalisis untuk menentukan masukkan sehingga akan diperoleh kebutuhan energinya. Pada penelitian ini, dianalisis energi yang dibutuhkan untuk membuat teh hijau instan dengan menggunakan metode analisis proses. Analisis ini dapat memberikan gambaran aliran energi berdasarkan tahapan proses, sehingga dapat dipilih proses produksi yang hemat energi. Histogram energi total yang dibutuhkan untuk membuat teh hijau instan dapat dilihat pada gambar 10, data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7a. 5 10 15 20 En a rg i k W h 30 40 50 Derajat brix Konsumsi energi pembuatan teh hijau instan c b a Gambar 10. Histogram konsumsi energi pada proses pembuatan teh hijau instan 65 Hasil uji sidik ragam lampiran 7b, menunjukkan bahwa perlakuan tingkat pemekatan 30, 40, dan 50 Brix berpengaruh nyata sig0.05 terhadap konsumsi energi. Sedangkan perlakuan suhu inlet spray dryer dan interaksi antara perlakuan pemekatan dengan suhu inlet spray dryer tidak berpengaruh nyata sig0.05 terhadap konsumsi energi. Hasil uji lanjut menggunakan metode Duncan menunjukkan bahwa semua perlakuan pemekatan memberikan hasil yang berbeda terhadap konsumsi energi total proses pembuatan teh hijau instan. Dari uji lanjut ini terlihat perlakuan pemekatan hingga konsentrasi 30 Brix membutuhkan energi paling rendah dalam proses pembuatan teh hijau instan dengan rata- rata konsumsi energi sebesar 9,23 kWh. Untuk proses pembuatan teh hijau instan dengan perlakuan pemekatan hingga konsentrasi 40 Brix membutuhkan energi rata-rata sebesar 11,24 kWh. Sedangkan pada proses pembuatan teh hijau instan dengan perlakuan pemekatan hingga konsentrasi 50 Brix membutuhkan energi lebih tinggi dari perlakuan pemekatan yang lain 30 dan 40 Brix dengan jumlah konsumsi rata-rata energi sebesar 15,15 kWh. Dari parameter konsumsi energi dapat disimpulkan bahwa teh hijau instan dengan kombinasi perlakuan pemekatan hingga konsentrasi 30 Brix dan suhu inlet spray dryer 180 C merupakan kombinasi perlakuan terpilih. Berdasarkan hasil penelitian lampiran 7a terlihat kecenderungan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemekatan yang dilakukan, maka energi yang dibutuhkan semakin tinggi. Semakin tingginya konsumsi energi dikarenakan untuk membuat konsentrasi ekstrak teh menjadi lebih pekat dibutuhkan waktu evaporasi yang semakin lama, sehingga energi yang dibutuhkan untuk memekatkan juga menjadi semakin tinggi. Semakin kental konsentrasi larutan yang dipekatkan total padatan semakin meningkat, maka titik didih cairan akan meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan air dalam cairan akan semakin lama Wirakartakusumah, 1992. Keadaan ini mengakibatkan konsumsi energi pada proses evaporasi akan meningkat pula. 66

3. Aktifitas antioksidan