Uji Hedonik Poste et al., 1991

48

3.3. Analisis Energi

Analisis energi bertujuan untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahap didalam suatu sistem produksi. Analisis energi ini dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki bagaimana, di mana dan bila energi digunakan secara efektif dan efisien Kamaruddin et al., 1989. Pada penelitian ini analisis energi yang dipakai adalah anlisis proses. Analisis ini merupakan identifikasi jaringan kerja dan proses yang harus diikuti untuk memperoleh produk akhir. Setiap tahapan proses dianalisis untuk mengukur masukan sehingga akan diketahui kebutuhan energinya. Rumus E = P x t Keterangan : E = Energi P = Daya Watt t = waktu

3.4. Uji Organoleptik

Uji Organoleptik merupakan uji dengan menggunakan indera manusia sebagai instrumennya. Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji penerimaan dimana setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan pribadinya terhadap produk yang disajikan.

3.4.1. Uji Hedonik Poste et al., 1991

Tujuan dari uji penerimaan ini adalah untuk mengetahui apakah teh hijau instan seduhan ini disukai. Uji penerimaan yang dilakukan adalah uji hedonik yang dilakukan di Laboratorium PAU Pangan dan Gizi IPB dengan menggunakan 30 panelis tidak terlatih. Pada uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap warna, rasa dan aroma dari sampel minuman teh hijau instan yang diberikan. Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka 49 ataupun ketidaksukaan. Skala hedonik yang digunakan adalah 1-5, dimana angka 5 = sangat suka, 4 = suka, 3 = netral, 2 = tidak suka, 1 = sangat tidak suka. Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis dengan Kruskal- Wallis. 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. OPTIMASI EKSTRAKSI TEH HIJAU

Untuk memanfaatkan komponen bioaktif dalam teh dan memperluas aplikasinya, maka diperlukan suatu bentuk produk yang mudah digunakan. Adapun bentuk teh yang praktis tersebut adalah ekstrak teh Hartoyo, 2003. Teh yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis peko super. Jenis teh ini adalah teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilin, berwarna hijau sampai hijau kehitaman, sangat sedikit tercampur tulang SNI 01-3945-1995. Pada penelitian optimasi ekstraksi teh hijau ini, teh hijau kering diperkecil dahulu ukuran partikelnya dengan cara digiling kemudian teh yang telah hancur diayak dengan ayakan goyang ukuran 32 mesh. Tujuan dari pengecilan ukuran adalah untuk mengurangi sifat kamba dari bahan dan membantu penentrasi pelarut ke dalam sel tumbuhan sehingga mempercepat pelarutan komponen bioaktif dan meningkatkan rendemen ekstraksi. Semakin kecil ukuran bahan maka luas permukaan bahan yang melakukan kontak dengan pelarut semakin besar. Sedangkan tujuan pengayakan adalah untuk memperoleh partikel bahan dengan ukuran yang kecil dan seragam. Menurut Purseglove et al. 1981, partikel bahan setelah pengecilan sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah difusi pelarut ke dalam bahan. Bila ukurannya tidak seragam maka butir-butir yang lebih halus dapat masuk ke dalam celah-celah butir yang lebih kasar, sehingga kontak antara pelarut dengan bahan yang diekstrak menjadi berkurang dan rendemen yang dihasilkan semakin kecil. Bahan yang terlalu halus juga dapat menggumpal sehingga sukar ditembus pelarut. Oleh karena itu, ukuran partikel yang baik untuk proses ekstraksi adalah serbuk dengan ukuran mendekati 0,5 mm Bombardelli, 1991. Teh hijau jenis peko super yang telah diperkecil dan diayak tersebut kemudian diekstrak dengan air panas menggunakan waterbath goyang agar teh dan pelarut lebih cepat bercampur. Kombinasi perlakuan ekstraksi yang diterapkan adalah suhu 75 C, 85 C dan 95 C, perbandingan 10 : 100, 15 : 100 dan 20 : 100 wv dan waktu ekstraksi 2, 4, 6, 8, 10, 15 dan 20 menit.