Kebijakan Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang 1. Kebijakan BKSDA Jawa Barat II

B.3. Pelayanan Pelayanan suatu kegiatan menyangkut penjualan jasa membutuhkan suatu pelayanan yang baik. Mutu pelayanan bernilai 15, terdiri dari tiga bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengunjung yaitu keramahan petugas, kemampuan berkomunikasi dan kerapian berpakaian. Namun kemampuan petugas dalam berkomunikasi masih kurang sehingga diberi nilai 10. Dengan demikian perlu mengikutsertakan petugas lapang TWA Kawah Kamojang dalam kursus bahasa asing karena pengunjung yang datang ke TWA Kawah Kamojang ada pengunjung mancanegara. Pengunjung mancanegara ini biasanya tamu-tamu dari Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power, pengunjung dari Kampung Sampireun dan pengunjung mancanegara yang sengaja mengunjungi TWA Kawah Kamojang. C. Kebijakan Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang C.1. Kebijakan BKSDA Jawa Barat II Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 pasal 34 ayat 1, yaitu pengelolan TWA dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini adalah BKSDA Jawa Barat II. Ayat 2, yaitu di dalam blok pemanfaatan TWA dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan dalam hal ini Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Bandung Selatan selaku pihak yang diberikan ijin pengusahaan hutan wisata. Ayat 3, yaitu untuk kegiatan kepariwisataan dan rekerasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas blok pemanfaatan TWA dengan mengikutsertakan rakyat dalam hal ini yaitu Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dalam pengusahaan bumi perkemahan. Kerjasama pengelolaan dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang ini berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Seksi Wilayah II BKSDA Jawa Barat II dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang Desa Laksana Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung tanggal 21 Maret 2005 tentang program pembangunan bumi perkemahan di kawasan TWA Kawah Kamojang di luar wilayah pengusahaan oleh Perum Perhutani. Kerjasama tersebut merupakan realisasi dari Pengelolaan Kawasan Konservasi Bersama Masyarakat PKKBM. Gagasan implementasi PKKBM ini didasarkan pada nilai- nilai positif, artinya mencoba untuk lebih berfikir praktis dalam melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi sesuai dengan undang-undang serta perlindungan dan pengamanan dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat sumberdaya hutan sekarang dan ke depan. Maka dengan adanya kerjasama dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang akan membantu dalam pengamanan kawasan dari penebangan dan perburuan liar di TWA Kawah Kamojang, karena petugas BKSDA untuk wilayah Resort Kamojang Barat sangat terbatas. C.2. Kebijakan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Bandung Selatan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170KptsUm31979 tanggal 13 Maret 1979 telah menunjuk kawasan Kawah Kamojang seluas 500 Ha sebagai TWA. Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam upaya peningkatan sumber devisa negara dari sektor non migas, maka dalam rangka pemanfaatan potensi TWA Kawah Kamojang secara optimal dan lestari, Departemen Kehutanan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 284Kpts-II1990 telah memberikan kepercayaan kepada Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Bandung Selatan untuk mengembangkan lokasi tersebut sebagai obyek wisata. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Bandung Selatan dengan segera mengambil langkah-langkah kebijaksanaan operasional dan pengembangan TWA Kawah Kamojang yaitu berupa pembangunan sarana dan prasarana fisik sebagai fasilitas pelayanan wisata. C.3. Kebijakan Pertamina Area Panas Bumi Eksplorasi dan Produksi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power tidak mempunyai kewenangan dan kebijakan secara langsung berhubungan dengan pengembangan dan pengelolaan TWA Kawah Kamojang karena pengelolaan wisata alam TWA Kawah Kamojang diserahkan pengusahaannya kepada Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Bandung Selatan dan pengelola kawasannya oleh BKSDA Jawa Barat II. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang hanya sebagai pengguna kawasan pinjam pakai di CA Kawah Kamojang dan TWA Kawah Kamojang, sedangkan PT. Indonesia Power hanya sebagai pengguna lahan pinjam pakai di CA Kawah Kamojang. Sebagai pengguna lahan pinjam pakai, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power memberikan kebijakan membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat maupun untuk pengembangan TWA Kawah Kamojang. Fasilitas yang dibuat dan kerjasama yang dilakukan untuk pengembangan TWA Kawah Kamojang yaitu pembuatan jalan aspal ke arah Garut oleh Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan untuk jalan aspal ke arah Bandung dibuat oleh PT. Indonesia Power, pemasangan pagar pengaman dan jembatan pengaman serta papan nama obyek. PT. Indonesia Power pada tanggal 5 sampai 7 Agustus 2005, bekerjasama dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang mengadakan kegiatan Jambore Rimba Alam Raya JAMBALAYA yang diadakan di Bumi Perkemahan Kamojang. JAMBALAYA merupakan kegiatan kepedulian dari PT. Indonesia Power terhadap lingkungan dan memperkenalkan potensi wisata alam dan teknologi khususnya kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Umum SMU di sekitar TWA Kawah Kamojang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Kegiatan JAMBALAYA diikuti oleh 100 peserta tingkat SMU. Kegiatan paket wisata Bumi Perkemahan Kamojang di dalamnya ada kegiatan kunjungan ke Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan Indonesia Power. Walaupun sampai saat ini belum ada Memorandum of Understanding MoU tentang kerjasama ini, pihak Pertamina Area Panas Bumi EP Kawah Kamojang dan PT. Indonesia Power bersedia membantu kegiatan tersebut dalam perijinan masuk dan penyediaan tenaga interpretasi di kawasan eksplorasi dan produksi Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power. C.4. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Kemauan dan keinginan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung menjadikan pariwisata sebagai sumber penghasilan baik pusat, daerah maupun lokal merupakan modal besar. Hal ini akan menjadi dorongan yang sangat kuat dalam pengembangan TWA Kawah Kamojang, sehingga pihak pengelola tidak harus bersusah payah meyakinkan semua orang bahwa pariwisata mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Namun demikian semuanya sangat tergantung dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam mengoptimalkan potensinya. Sejalan dengan itu, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah RIPDA Kabupaten Bandung tahun 2004. Kebijakan pengembangan dan pengelolaan pariwisata Kabupaten Bandung secara umum, yaitu pariwisata berbasiskan religius dan budaya, lingkungan alam, ekonomi kerakyatan, pemberdayaan dan pelibatan masyarakat pada seluruh tahap pengembangan pariwisata. Kebijakan secara khusus untuk wilayah Bandung Selatan, yaitu diarahkan pada pengembangan agrowisata atau wisata alam dan peranan lebih besar diberikan kepada swasta dan Badan Usaha Milik Negara BUMN atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD dengan pelibatan masyarakat secara optimal. Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2001 tentang Rencana Strategi RENSTRA Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2001 – 2005, juga dijelaskan strategi bidang pengelolaan sumberdaya alam yaitu memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki secara optimal dan berwawasan lingkungan, melalui kebijakan pengembangan potensi-potensi sumberdaya alam yang dimiliki daerah yang mempunyai keunggulan komperatif menjadi keunggulan kompetitif seperti kepariwisataan sebagai landasan pengembangan ekonomi unggulan di daerah dan daya tarik daerah dengan meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui program pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut dijelaskan juga dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 14 tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah PROPEDA tahun 2001 – 2005. Pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, dalam arti memberikan fasilitas yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan kepariwisataan, seperti dalam hal investasi di bidang pariwisata dan peningkatan kedatangan wisatawan Riyanto, 2004b. Sayangnya di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah RIPDA Kabupaten Bandung tersebut, TWA Kawah Kamojang belum masuk ke dalam Satuan Kawasan Wisata SKW. Hanya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bandung periode 2001 – 2005 dikemukakan Kawasan Hutan Pelestarian di Bandung Selatan yang telah dimanfaatkan sebagai obyek dan daya tarik wisata, salah satu diantaranya adalah Kawah Kamojang seluas 10 Ha. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung mengenai pajak pendapatan wisata alam TWA Kawah Kamojang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pajak Hiburan Bab III tentang Dasar Pengenaan Pajak yaitu 70 untuk Perum Perhutani dan 30 untuk kabupaten. C.5. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut Pemerintah Daerah Kabupaten Garut tidak mempunyai kebijakan secara langsung dalam pengelolaan dan pengembangan TWA Kawah Kamojang karena secara administrasi blok pemanfaatan TWA Kawah Kamojang berada di Kabupaten Bandung. Hanya saja, Pemerintah Daerah Kebupaten Garut mempunyai kebijakan secara tidak langsung dalam mendukung pengembangan TWA Kawah Kamojang, yaitu dengan membangun sarana dan prasarana di jalur ke arah TWA Kawah Kamojang seperti pembangunan hotelpenginapan, restoran, papan petunjuk arah serta melakukan promosi melalui internet, leaflet dan pameran. Kebijakan kepariwisataan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut secara umum, yaitu terdiri dari kebijakan pokok, kebijakan spasial pengembangan pariwisata, kebijakan pengembangan produk wisata, kebijakan pengembangan obyek dan daya tarik wisata, kebijakan pengembangan sarana dan promosi pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2005. Dalam Rencana Strategi Kabupaten Garut 2001 – 2005, dijelaskan dengan misi mewujudkan Garut sebagai daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal melalui kebijakan meningkatkan recruitment investor bidang pariwisata, meningkatkan sistem perencanaan berdasarkan tata ruang Satuan Kawasan Wisata SKW serta meningkatkan penyelenggaraan wisata dan atraksi wisata.

D. Potensi Pasar