Alternatif strategi pengelolaan Taman Wisata Alam kawah Kamojang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat

(1)

ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN

TAMAN WISATA ALAM KAWAH KAMOJANG

KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT

POPPY OKTADIYANI

E 34101006

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

RINGKASAN

Poppy Oktadiyani. E 34101006. Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc.

Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Kamojang merupakan salah satu TWA yang berlokasi di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang ada penggunaan kawasan oleh pihak lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi Eksplorasi dan Produksi (EP) Kamojang dan penggunaan kawasan di sekitar TWA Kawah Kamojang, yaitu PT. Indonesia Power. Permasalahan yang ada diantaranya adalah banyaknya stakeholder yang mengelola dan menggunakan kawasan, informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi yang terdapat di TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui masyarakat luas dan pendapatan TWA Kawah Kamojang yang selama ini relatif kecil, padahal untuk pengembangan kawasan wisata alam memerlukan biaya yang tidak sedikit. Agar TWA Kawah Kamojang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, berdasarkan permasalahan yang ada, penggunaan kawasan oleh pihak lain dan belum adanya sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata untuk kawasan konservasi, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat untuk pengelolaannya yang selama ini belum ada Rencana Pengelolaan TWA Kawah Kamojang secara tertulis. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menyusun alternatif strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan potensi TWA, pengelolaan, potensi pasar wisata dan penggunaan kawasan oleh pihak lain.

Penelitian dilaksanakan di TWA Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, selama dua bulan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2005. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu kuesioner, panduan wawancara dan peta lokasi TWA Kawah Kamojang. Alat-alat yang digunakan yaitu kamera, binokuler,

Geografis Position System (GPS) dan alat tulis. Data dan informasi yang dikumpulkan yaitu kondisi umum, potensi TWA, pengelolaan, perawatan dan pelayanan, kebijakan, potensi pasar wisata, pengunjung dan penggunaan kawasan oleh pihak lain. Metode pengambilan data melalui studi pustaka dan survei pendahuluan, wawancara dan penelaahan lapang. Analisis data menggunakan skoring modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi Daya Tarik Wisata Alam Tahun 2003 dari Dirjen PHKA dan analisis SWOT.

Potensi TWA Kawah Kamojang terdiri dari daya tarik nilai bobot 780 (sedang), kadar hubungan nilai bobot 1.000 (baik), keadaan penginapan nilai bobot 30 (buruk), sarana dan prasarana nilai bobot 105 (sedang), sarana dan prasarana penunjang nilai bobot 165 (baik), ketersediaan air bersih nilai bobot 720 (sedang) dan hubungan dengan obyek wisata lain nilai bobot 90 (buruk). Pengelolaan, perawatan dan pelayanan nilai bobot 460 (sedang). Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang lebih bersifat pasar lokal. Pasar wisata lokal yang berpotensi yaitu daerah Kamojang, Paseh, Majalaya, Ciparay, Samarang, Garut Kota dan Cicalengka. Pihak pengguna kawasan (Pertamina Area Panas Bumi EP


(3)

Kamojang) dan pengguna kawasan di sekitar TWA Kawah Kamojang (PT. Indonesia Power) cukup mendukung terhadap pengembangan TWA Kawah Kamojang.

Strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan analisis SWOT adalah dalam bentuk diversifikasi pengelolaan yang berinti pada kolaborasi pengelolaan. Strategi meliputi perlindungan aspek ekologis, identifikasi flora, fauna dan geologi, sistem pergantian pimpinan, pengembangan sumberdaya manusia, sistem pendanaan, pengembangan kegiatan wisata, pembuatan paket wisata, pengaturan pengunjung, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran serta komunikasi dan koordinasi antar

stakeholder. Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang terdiri dari instansi pemerintah (BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut), swasta (Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power), masyarakat (Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dan masyarakat sekitar) dan lembaga pendukung (Perguruan Tinggi, LSM, pencinta alam, pemerhati lingkungan dan peneliti).


(4)

ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN

TAMAN WISATA ALAM KAWAH KAMOJANG

KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT

POPPY OKTADIYANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(5)

Menyetujui, Komisi Pembimbing Ketua

Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. 131 124 017

Anggota

Ir. Arzyana Sunkar, MSc. 132 133 962

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. 131 430 799

Tanggal Lulus : Judul

Skripsi

: Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat

Nama : Poppy Oktadiyani NRP : E 34101006


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc. selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahannya.

2. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. dan Ir. Kasno, MS. sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Manajemen Hutan. 3. BKSDA Jawa Barat II dan Perum Perhutani KPH Bandung Selatan atas

ijin, fasilitas dan bantuannya selama penelitian berlangsung.

4. Keluarga tercinta : Papap, Mimih dan Eva atas segala kasih sayangnya. 5. Teman-teman Lab. Rekreasi Alam : Tri, Ayu, Siam, Bety, Novita, Erick

dan Bapak Iteng atas inspirasi dan dukungannya.

6. Mba Eva, Mba Resti dan Mba Yun atas masukan dan dukungannya. 7. Teman-teman Lab. SDAF : Aji, Ambang dan Arin atas bantuan pemetaan. 8. Dini, Ichey, Nanang, Andi, Ade, Ari, Aie, Eka, Galuh dan Inggar atas

dukungan, bantuan, dan waktunya.

9. Rekan-rekan seperjuangan KSH ’38 atas segala cerita dan kenangannya. 10.“Kemuning 25 Crew” : Iar, Ayu, Maya, Ima, Bellen, Nawang, Nia dan

Fitri atas kebersamaannya.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bogor, Januari 2006


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 15 Oktober 1982, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Yoyo Wartoyo, S.Pd dan Euis Komariah. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1988 di TK Merpati Ciamis. Pada tahun 1989 melanjutkan ke SD Negeri IX Ciamis dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMU Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Prenjak Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA).

Penulis pernah mengikuti magang di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis mengikuti kegiatan Surili HIMAKOVA di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H). Praktek Pengenalan Hutan dilaksanakan di BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat dan BKPH Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur. Praktek Pengelolaan Hutan dilakukan di KPH Ngawi. Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada tahun 2005. Pada tahun yang sama menjadi volunteer dalam acara Asia Europe Environment Forum.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul “Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”, di bawah bimbingan Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Wisata Alam ... 3

B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata ... 3

C. Kebijakan Pembangunan dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam C.1. Kebijakan Pembangunan Taman Wisata Alam ... 6

C.2. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam ... 7

D. Wisata Alam ... 10

E. Kegiatan Wisata Alam ... 10

F. Potensi Pasar Wisata ... 10

G. SWOT ... 11

III. KONDISI UMUM A.Sejarah Kawasan ... 13

B.Kondisi Fisik B.1. Letak ... 14

B.2. Tanah, Geologi dan Topografi ... 14

B.3. Iklim ... 15

C. Kondisi Biologi C.1. Flora ... 15

C.1.1. Vegetasi Hutan Alam ... 15

C.1.2. Vegetasi Hutan Tanaman ... 16

C.2. Fauna ... 16

D. Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam Kawah Kamojang D.1. Kependudukan ... 16

D.1.1. Kepadatan Penduduk ... 16

D.1.2. Pendidikan ... 16

D.2. Ekonomi ... 17

D.2.1. Mata Pencaharian ... 17

D.3. Budaya ... 18

IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19 B. Bahan dan Alat


(9)

B.1. Bahan ... 19

B.2. Alat ... 19

C. Metode C.1. Kategori Data ... 19

C.2. Parameter dan Variabel ... 20

C.3. Prosedur Kerja Penelitian ... 25

D. Metode Pengambilan Data D.1. Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan ... 25

D.2. Wawancara ... 26

D.3. Pengamatan/Penelaahan Lapang ... 28

E. Metode Analisis Data E.1. Metode Skoring ... 30

E.2. Analisis Deskriptif dan Analisis SWOT ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Taman Wisata Alam Kawah Kamojang A.1. Daya Tarik ... 34

A.1.1. Sumberdaya Alam yang Menonjol ... 36

A.1.2. Keunikan Sumberdaya Alam ... 39

A.1.3. Kepekaan Sumberdaya Alam ... 41

A.1.4. Jenis Kegiatan Wisata ... 42

A.1.5. Ruang Gerak Pengunjung ... 43

A.1.6. Kebersihan Kawasan ... 44

A.1.7. Keamanan Kawasan ... 45

A.2. Kadar Hubungan ... 47

A.2.1. Hubungan Lokal ... 47

A.2.2. Hubungan Nasional ... 50

A.3. Keadaan Penginapan ... 50

A.4. Sarana dan Prasarana ... 52

A.5. Sarana dan Prasarana Penunjang ... 57

A.6. Ketersediaan Air Bersih ... 59

A.7. Hubungan dengan Obyek Wisata Lain di Sekitar TWA Kawah Kamojang ... 60

B. Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan B.1. Pengelolaan ... 64

B.1.1. Struktur Organisasi ... 64

B.1.2. Kemantapan Organisasi ... 65

B.1.3. Personal ... 68

B.1.4. Kegiatan Pokok ... 69

B.1.5. Sikap Masyarakat ... 69

B.1.6. Permasalahan Pengelolaan ... 71

B.2. Perawatan ... 76

B.3. Pelayanan ... 77

C. Kebijakan Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang C.1. Kebijakan BKSDA Jawa Barat II ... 77

C.2. Kebijakan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan) ... 78 C.3. Kebijakan Pertamina Panas Bumi EP Kamojang dan


(10)

PT. Indonesia Power ... 78

C.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung ... 79

C.5. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut ... 81

D. Potensi Pasar ... 82

E. Pengunjung Taman Wisata Alam Kawah Kamojang E.1. Keadaan Pengunjung ... 84

E.2. Karakteristik Pengunjung ... 85

E.3. Motif Pengunjung ... 86

E.4. Penilaian Pengunjung terhadap Pelayanan ... 87

E.5. Penilaian Pengunjung terhadap Keberadaan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ... 87

E.6. Harapan dan Saran Pengunjung ... 89

F. Penggunaan Kawasan oleh Pihak Lain F.1. Surat Ijin Pinjam Pakai Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ... 94

F.2. Kondisi Kawasan ... 96

F.3. Dampak terhadap Lingkungan ... 96

G. Analisis Pendekatan SWOT ... 99

H. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kamojang ... 104

H.1. Inti Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ... 105

H.2.Unsur-unsur Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ... 107

H.2.1 Perlindungan Aspek Ekologis ... 107

H.2.2. Identifikasi Flora, Fauna dan Geologi ... 109

H.2.3. Sistem Pergantian Pimpinan ... 109

H.2.4. Pengembangan Sumberdaya Manusia ... 110

H.2.5. Sistem Pendanaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang . 111 H.2.6. Pengembangan Kegiatan Wisata ... 112

H.2.7. Pembuatan Paket Wisata ... 113

H.2.8. Pengaturan Pengunjung ... 113

H.2.9. Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 114

H.2.10. Promosi dan Pemasaran ... 116

H.2.11. Komunikasi dan Koordinasi Antar Stakeholder ... 117

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan

Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004... 16

Tabel 2. Persentase tingkat pendidikan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004... 17

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004... 17

Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004 ... 18

Tabel 5. Kondisi umum ... 20

Tabel 6. Potensi TWA Kawah Kamojang ... 21

Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan ... 23

Tabel 8. Kebijakan ... 24

Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang ... 24

Tabel 10. Pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 24

Tabel 11. Penggunaan kawasan oleh pihak lain ... 25

Tabel 12. Matrik SWOT ... 32

Tabel 13. Penilaian kriteria daya tarik TWA Kawah Kamojang ... 34

Tabel 14. Daya tarik TWA Kawah Kamojang ... 35

Tabel 15. Penilaian kriteria kadar hubungan TWA Kawah Kamojang ... 47

Tabel 16. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di Kabupaten Garut Tahun 2004 ... 49

Tabel 17. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di Kabupaten Bandung Tahun 2004 ... 49


(12)

Tabel 18. Frekuensi kendaraan umum dari berbagai asal pengunjung TWA Kawah Kamojang di Kabupaten Bandung menuju

TWA Kawah Kamojang ... 49

Tabel 19. Penilaian kriteria penginapan radius 15 km dari arah TWA Kawah Kamojang ... 52

Tabel 20. Fasilitas dan tarif penginapan dalam radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang ... 52

Tabel 21. Penilaian kriteria sarana dan prasarana TWA Kawah Kamojang ... 52

Tabel 22. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Perum Perhutani ... 53

Tabel 23. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang ... 53

Tabel 24. Penilaian sarana dan prasarana penunjang TWA Kawah Kamojang . 57 Tabel 25. Penilaian kriteria ketersediaan air bersih... 59

Tabel 26. Penilaian kriteria hubungan dengan obyek wisata lain ... 60

Tabel 27. Obyek wisata sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km... 61

Tabel 28. Obyek wisata tidak sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km... 62

Tabel 29. Penilaian kriteria Pengelolaan, perawatan dan pelayanan TWA Kawah Kamojang ... 63

Tabel 30. Rencana pendapatan dan realisasi pendapatan dari tahun 2000 sampai tahun 2005 ... 66

Tabel 31. Tarif masuk kawasan TWA Kawah Kamojang... 67

Tabel 32. Tarif pungutan masuk kawasan konservasi... 67

Tabel 33. Asal pengunjung hasil kuesioner pengunjung ... 82

Tabel 34. Jumlah penduduk asal pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 83

Tabel 35. Jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan daerah asal pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 84

Tabel 36. Jumlah pengunjung per bulan TWA Kawah Kamojang dari tahun 2000-bulan September tahun 2005 ... 84


(13)

Tabel 37. Karakteristik pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 86

Tabel 38. Motif pengunjung TWA Kawah Kamojang... 87

Tabel 39. Pelayanan pengelola terhadap pengunjung TWA Kawah Kamojang 87

Tabel 40. Penilaian pengunjung terhadap keberadaan Pertamina

Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ... 88

Tabel 41. Harapan dan saran pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 90

Tabel 42. Matrik SWOT TWA Kawah Kamojang... 100

Tabel 43. Matrik SWOT pengelolaan wisata alam

TWA Kawah Kamojang ... 102

Tabel 44. Peranan stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang .... 118


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan alir proses analisis strategi pengelola

TWA Kawah Kamojang ... 33

Gambar 2. Jenis-jenis flora yang ditemukan di TWA Kawah Kamojang ... 37

Gambar 3. Hutan tanaman di TWA Kawah Kamojang ... 38

Gambar 4. Kawah-kawah di TWA Kawah Kamojang ... 40

Gambar 5. Variasi kenampakan manifestasi panas bumi di TWA Kawah Kamojang ... 41

Gambar 6. Jenis kegiatan wisata di TWA Kawah Kamojang ... 43

Gambar 7. Tempat sampah yang masih terbatas ... 45

Gambar 8. Bentuk vandalisme pada batu dekat Kawah Hujan ... 45

Gambar 9. Tanggul pohon bekas penebangan liar di belakang pos tiket TWA Kawah Kamojang ... 46

Gambar 10. Kondisi jalan menuju TWA Kawah Kamojang ... 48

Gambar 11. Guest house TWA Kawah Kamojang ... 52

Gambar 12. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Perum Perhutani ... 55

Gambar 13. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang ... 56

Gambar 14. Pangkalan angkutan pedesaan (angdes) Kamojang... 58

Gambar 15. Penggunaan air bersih di Bumi Perkemahan Kamojang ... 60

Gambar 16. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang ... 64

Gambar 17. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang menurut Rencana Karya Lima Tahun (RKLT) Tahap II ... 64

Gambar 18. Pencinta wisata Karang Taruna Kamojang sedang bekerja bakti di Bumi Perkemahan Kamojang ... 70


(15)

Gambar 20. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang ... 88

Gambar 21. PT. Indonesia Power... 88

Gambar 22. Sarana dan prasarana pengadaan pengguna kawasan pihak lain .... 89

Gambar 23. Papan aturan di TWA Kawah Kamojang ... 91

Gambar 24. Kondisi jalur wisata TWA Kawah Kamojang... 92

Gambar 25. Papan petunjuk arah TWA Kawah Kamojang ... 93

Gambar 26. Papan peringatan Pertamina di Sumur KMJ-66 ... 96

Gambar 27. Strategi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang ... 105


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kriteria Penilaian Potensi TWA Kawah Kamojang,

Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan ... 124

Lampiran 2. Jenis tumbuhan tingkat tinggi di TWA Kawah KAmojang... 130

Lampiran 3. Jenis tumbuhan bawah (herba) di TWA Kawah Kamojang ... 131

Lampiran 4. Jenis tumbuhan epifit di TWA Kawah Kamojang ... 132

Lampiran 5. Jenis liana di TWA Kawah Kamojang ... 132

Lampiran 6. Jenis burung di TWA Kawah Kamojang ... 132

Lampiran 7. Jenis mamalia di TWA Kawah Kamojang ... 134

Lampiran 8. Jenis primata di TWA Kawah Kamojang ... 134

Lampiran 9. Jenis reptil di TWA Kawah Kamojang... 135

Lampiran 10. Jenis amfibi di TWA Kawah Kamojang ... 135

Lampiran 11. Panduan wawancara 11.1. Panduan wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung/Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Garut)... 136

11.2.Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II ... 136

11.3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT Indonesia Power ... 136

11.4. Panduan wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat... 137

11.5. Panduan wawancara dengan pengunjung ... 137

Lampiran 12. Kuisioner untuk para pengunjung ... 138


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusan Dirjen PHPA No. 129/Kpts/DJ-IV/1996, menyatakan bahwa Taman Wisata Alam (TWA) berfungsi sebagai kawasan yang terutama dimanfaatkan sebagai kepentingan wisata alam, kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Kemudian dikatakan pula bahwa dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai dengan potensinya. Sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, dan wisata alam dapat dibangun di blok pemanfaatan yang dalam pembangunannya harus memperhatikan arsitektur daerah setempat.

Taman Wisata Alam Kawah Kamojang merupakan salah satu TWA yang berlokasi di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No. 110/Kpts-II/1990. Pengelolaan kawasan oleh BKSDA Jawa Barat II, pengusahaan wisata alam oleh Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan pengelolaan Bumi Perkemahan Kamojang oleh Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang. Penggunaan kawasan oleh pihak lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan penggunaan di sekitar TWA Kawah Kamojang, yaitu PT. Indonesia Power.

Pengelolaan wisata alam di kawasan konservasi dengan pelibatan beberapa

stakeholder dapat menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan yang ada diantaranya adalah banyaknya stakeholder yang mengelola dan menggunakan kawasan, informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi yang terdapat di dalam TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas dan pendapatan TWA Kawah Kamojang yang selama ini relatif kecil, padahal untuk pengembangan kawasan wisata alam memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Agar TWA Kawah Kamojang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, berdasarkan permasalahan yang ada, penggunaan kawasan oleh pihak lain dan belum adanya sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata khusus untuk kawasan konservasi, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat untuk pengelolaannya


(18)

yang selama ini belum ada Rencana Pengelolaan TWA Kawah Kamojang secara tertulis.

Strategi pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) adalah usaha untuk meningkatkan keberadaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun alternatif strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan potensi TWA Kawah Kamojang, pengelolaan, potensi pasar wisata dan penggunaan kawasan oleh pihak lain.

C. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi Perum Perhutani/KPH Bandung Selatan dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Barat II dalam mengelola TWA Kawah Kamojang.

2. Memberikan informasi kepada pihak pengelola pengguna kawasan oleh pihak lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power dan masyarakat yang berminat untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan pemanfaatan obyek wisata TWA Kawah Kamojang.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Wisata Alam (TWA)

Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (PHKA, 2003a). Sedangkan menurut PHPA (1996), fungsi TWA adalah sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam.

PHPA (1995) menyatakan, TWA dalam penyelenggaraannnya harus didasarkan atas kelestarian dan merupakan usaha konservasi terhadap flora, fauna serta ekosistemnya. Kehadiran pengunjung yang diharapkan sebagai sumber pendapatan devisa dalam usaha pengembangan obyek wisata alam, perlu perhatian dan pengelolaan yang baik dan benar. Hal ini demi terselenggarannya obyek-obyek alamiah secara lestari dan tidak mengalami gangguan dan kerusakan.

B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Pasal 5, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata. Pasal 6, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan : a) kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, b) nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, c) kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup dan d) kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri (PHKA, 2003a).

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Sedangkan menurut Robert McIntosh dan Shashikant Gupta (1980) dalam Pendit (1999), pariwisata adalah gabungan gejala


(20)

dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya.

Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam. Di dalamnya juga menyangkut usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (PHKA, 2003a).

Kebijaksanaan kepariwisataan dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan kepariwisataan itu sendiri. Segala persoalan ditimbulkan oleh adanya sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari seseorang yang merasa asing oleh sebab keadaannya sendiri dipindahkan dari keadaan sehari-harinya yang biasa di rumahnya sendiri ke tempat baru, di mana kemudian kebutuhan-kebutuhan lain yang menyangkut paut peraturan dan tindakan politik pemerintah dalam bidang pariwisata (Pendit, 1999).

Selain perhatian-perhatian pemerintah terhadap promosi dan pengembangan pariwisata secara sistematis, sebagaimana tercermin dalam pembentukan atau pengakuan terhadap Organisasi Pariwisata Nasional, perlu juga perhatian ulang mengarahkan pariwisata ke dalam pengawasan dan kebijaksanaan negara tanpa menghambat inisiatif swasta. Semua itu jika dilihat pentingnya pariwisata dan sudut pandang ekonomi, sosial, budaya dan politik (Wahab, 1989). Ruang lingkup kegiatan pemerintah dalam kepariwisataan dewasa ini bervariasi menurut kepentingan keterlibatan negara dalam kepariwisataan dan kondisi yang terjadi dalam negara itu (sistem politik, ekonomi, perundang-undangan, perkembangan sosial ekonomi, tingkat perkembangan pariwisata, tingkat kematangan badan usaha swasta serta kemampuan keuangan). Intervensi negara dalam bidang pariwisata condong harus diperluas dan ditambahkan terus dengan harapan utama untuk merumuskan dan merencanakan pertumbuhan pariwisata dan membuka jalan untuk mencapai tujuan-tujuan utama dari kebijakan pariwisata (Wahab, 1989).

Fungsi lain yang penting dari negara dalam pariwisata yaitu mengawasi standar dan kualitas jasa-jasa wisata baik melalui Organisasi Pariwisata Nasional maupun departemen-departemen yang lain. Perluasan pengawasan adalah sebagian dari kebijakan pariwisata nasional yang harus diungkap dalam


(21)

ketentuan-ketentuan hukum, agar berbagai badan usaha pariwisata baik milik negara, swasta dan asing, dapat melihat dengan jelas tempat mereka berada dan memperbaiki kebijakan-kebijakan mereka sebagaimana mestinya. Suatu kebijakan yang moderat, mantap, jelas, dan tegas sangat didambakan di seantero negara pariwisata, tanpa memandang sistem ekonomi dan politiknya yang bermacam-macam (Wahab, 1989).

Manajemen pariwisata tidak terbatas pada kawasan, obyek, dan daya tarik wisatanya saja, tetapi juga para wisatawan dan berbagai unsur penunjangnya. Nuansa pariwisata perlu sekali diciptakan, agar dapat meningkatkan gairah dan suasana kegiatan pariwisata, hingga mudah untuk melaksanakan manajemennya (Darsoprajitno, 2002).

Pengusahaan pariwisata alam bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan gejala keunikan dan keindahan alam yang terdapat dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Pengusahaan pariwisata alam berupa usaha sarana pariwisata alam. Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam meliputi usaha akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata tirta, angkutan wisata, cinderamata, dan sarana wisata budaya (PHKA, 2003a).

Pengembangan ekowisata di Indonesia mempunyai kendala dan kelemahan dalam hal pendanaan dan sumberdaya manusia. Mengatasi permasalahan pengembangan ekowisata dibutuhkan suatu kerjasama dan kemitraan yang bersifat lintas sektoral, baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Banyaknya negara yang terlibat dalam pengembangan ekowisata dibutuhkan suatu bentuk kemitraan yang bersifat sinergis, saling menguntungkan, tidak bersifat eksploitatif, adil dan transparan (Sudarto, 1999).

Guna membantu industri pariwisata, negara dapat mengambil berbagai langkah mulai dari memantapkan suatu situasi yang layak bagi investasi swasta sampai pada pengeluaran ketentuan-ketentuan yang menjamin kestabilan ekonomi, dan secara aktif mempersiapkan para investor dalam pariwisata dengan subsidi-subsidi yang luar biasa. Stabilitas ekonomi merupakan persyaratan pokok untuk mendorong para investor dalam pariwisata. Persiapan suatu rencana pengembangan pariwisata adalah indikasi baik tentang kesediaan negara untuk menunjang dan membantu industri pariwisata (Wahab, 1989).


(22)

C. Kebijakan Pembangunan dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam C.1. Kebijakan Pembangunan Taman Wisata Alam

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya (PHKA, 2003a).

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/Kpts-II/1989 tentang Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut Pasal 11, dalam pembangunan sarana dan prasarana pengusahaan obyek wisata alam serta pengelolaannnya, pemegang ijin wajib mendasarkan pada Rencana Karya Pengusahaan (Perum Perhutani, 1994).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pasal 4, usaha sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan sebagai berikut : a) luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10 % dari luas zona pemanfaatan, b) bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya setempat dan c) tidak mengubah bentang alam yang ada (PHKA, 2003a).

Mackinnon et al. (1990), mengatakan bahwa dalam pembangunan kawasan yang dilindungi, tiap negara memiliki pertimbangan kebijaksanaan yang khas tersendiri. Ada kawasan yang ditetapkan terutama bagi kepentingan penelitian ilmiah atau pengawetan suatu ekosistem atau spesies yang terancam punah. Kawasan lain melayani kombinasi berbagai tujuan termasuk rekreasi dan perlindungan nilai-nilai budaya.

Dasar-dasar kebijaksanaan dalam pembangunan TWA menurut PHPA (1995), menyatakan bahwa dalam mewujudkan pembangunan TWA sebagai kekayaan alam untuk dimanfaatkan guna kepentingan dan kebijaksanaan rakyat semaksimal mungkin, atas dasar pelestarian alamnya. Obyek wisata alam tersebut dengan keunikan dan keindahan alamnya baik flora maupun faunanya serta kondisi alam sendiri, dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dalam hal rekreasi alam dan pendidikan serta sosial budaya.


(23)

Pengembangan integrasi dan koordinasi dapat dilakukan melalui, koordinasi dengan lintas sektoral sejak penyusunan rencana pengelolaan sampai pada tahap pelaksanaan pengelolaan kawasan dan pengembangannya. Bersama-sama organisasi pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri, dan masyarakat mengembangkan suatu sistem kemitraan dalam upaya pengelolaan maupun pengembangan TWA. Pembinaan daerah penyangga dititik beratkan pada pengikutsertakan secara aktif masyarakat sekitar dalam pengembangan wisata alam di kawasan tersebut (PHPA, 1996).

C.2. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA)

Strategi menurut Andrews (1980) dan Chaffe (1985) dalam Rangkuti (2000) adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal (Rangkuti, 2000). Adapun tujuan pengelolaan menurut PHPA (1996) adalah terjaminnya kelestarian kondisi lingkungan kawasan TWA, terjaminnya potensi kawasan TWA dan optimalnya pemanfaatan TWA untuk wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, budaya, bagi kesejahteraan masyarakat. Begitu pula menurut Jubenville et al. (1987), pengelolaan di kawasan yang digunakan sebagai tempat rekreasi dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan sumberdaya rekreasi, pengelolaan pengunjung dan pelayanan.

Pengelolaan rekreasi alam merupakan suatu sistem terbuka yang secara langsung dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di luar sistem, organisasi dan batas hukumnya. Menejemen rekreasi alam di dalamnya terdapat tiga input utama, yaitu pengunjung, sumberdaya alam dan pengelolanya. Sumberdaya alam merupakan media di mana kegiatan rekreasi tersebut dilaksanakan dan harus dikelola agar dapat memberikan kepuasan bagi para pengunjung. Pengelolaan


(24)

mengkoordinasikan kegiatan dengan pelayanan dan sumberdaya yang ada dengan kebutuhan para pengunjung (Jubnville et al, 1987).

Pengelolaan suatu obyek wisata alam merupakan bagian strategi pelindungan alam. Tujuan pengelolaannya harus sejalan dengan tujuan pengelolaan suatu kawasan konservasi. Hal ini berarti, bahwa pengelolaan harus dilandasi peraturan ketat perihal konservasi. Asas inilah yang kurang diperhatikan di banyak obyek wisata alam Indonesia khususnya yang berlokasi di luar kawasan konservasi yang dikelola oleh Departemen Konservasi (Ko, 2001).

Menurut Riyanto (2004a), tujuan pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Sedangkan pengelolaan kawasan dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan, yaitu :

a. Sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.

b. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya.

c. Untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan wisata alam berdasarkan PHPA (1996) dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan, kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai dengan potensinya. Blok perlindungan dapat dilakukan kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta wisata terbatas, dibangun sarana dan prasarana untuk kegiatan monitoring dan tidak dilakukan kegiatan yang bersifat merubah bentang alam. Blok pemanfaatan dapat dilakukan kegiatan pemanfaatan kawasan dan potensinya, pengusahaan wisata alam, kegiatan penangkaran, dibangun sarana dan prasarana pengelolaan.

Menurut PHPA (1996), prinsip pengelolaan TWA, yaitu :

1. Pendayagunaan potensi TWA (tumbuhan, satwa, ekosistem, dan daya tarik obyek wisata) untuk kegiatan wisata alam, penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penyedia plasma nutfah untuk budidaya, diupayakan tidak mengurangi luas dan merubah fungsi kawasan.


(25)

2. Dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai dengan fungsinya.

Menurut PHPA (1996), pengelolaan potensi kawasan TWA, meliputi inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan serta penanganan hasil-hasil melalui sistem database, pengembangan sistem pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kondisi dan potensinya, pembinaaan habitat, pembinaan populasi tumbuhan dan satwa, rehabilitasi kawasan, penyediaan plasma nutfah untuk menunjang kegiatan budidaya, pengkayaan dan penangkaran jenis untuk kepentingan penelitian. Sedangkan pengelolaan wisata alamnya meliputi inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik wisata alam; inventarisasi, identifikasi dan analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan pasar (pengunjung), kebijaksanaan sektor kepariwisataan daerah, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang berada di sekitar kawasan; peningkatan peran serta masyarakat sekitar kawasan dalam kesempatan dan peluang usaha dan kerja peningkatan kesejahteraan; penjagaan keunikan dan keindahan alam serta mutu kondisi lingkungan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; pemasaran obyek wisata alam dan pengusahaannya.

Tata laksana pengelolaan yang mengacu pada kualitas dan kuantitas obyek, biasanya lebih menyakinkan dan hasilnya lebih mantap. Jika pengelolaannya baik dan benar, kemungkinan timbulnya dampak negatif dapat dengan mudah diperhitungkan (Darsoprajitno, 2002).

Perencanaan pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam rangka pengelolaan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam yang disusun oleh menteri. Rencana karya pengusahaan pariwisata dalam kawasan yang bersangkutan, yang dibuat oleh pengusaha pariwisata alam yang didasarkan pada rencana pengelolaan alam hayati dan ekosistemnya (PHKA, 2003a).

Menurut PHKA (2003b), kriteria yang dipakai untuk menilai daerah operasi obyek dan daya tarik wisata alam adalah daya tarik (potensi kawasan), potensi pasar, kadar hubungan, kondisi lingkungan, pengelolaan dan pelayanan, iklim, akomodasi, prasarana dan sarana penunjang, ketersediaan air bersih,


(26)

hubungan dengan obyek wisata lain, keamanan, daya dukung, pengaturan pengunjung, pemasaran dan pangsa pasar.

D. Wisata Alam

Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati pada keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya dan, taman wisata alam (PHKA, 2003a). Begitu pula menurut Yoeti (2000), wisata alam adalah kegiatan perjalanan sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara, untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam. Sedangkan menurut Suwantoro (2002), wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Dan menurut Rahardjo (2005), wisata alam adalah wisata yang didasarkan pada kunjungan ke kawasan alami.

E. Kegiatan Wisata Alam

Kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata (Suwantoro, 2002). Hal serupa diungkapkan oleh Persatuan Peminat dan Ahli Kehutanan (1987), kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan wisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, serta cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata alam. Kegiatan-kegiatan wisata alam yang boleh dilakukan di taman nasional dan hutan wisata adalah rekreasi biasa, berkemah, mendaki, berenang,

snorkeling, menyelam, berselancar air dan angin, penelusuran gua serta penelitian. Menurut PHPA (1996), kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam.

F. Potensi Pasar Wisata

Pasar wisata menurut Soekadijo (2000), adalah daerah sumber wisatawan. Potensi pasar untuk menentukan jenis permintaan yang ada di pasar wisata,


(27)

berupa bentuk dan harga perjalanan wisata yang dikehendaki oleh pasar. Sedangkan menurut Wahab et al. (1997), pasar wisata adalah permintaan yang nyata atau yang masih potensial akan sesuatu produk wisata tertentu yang didasarkan pada sesuatu motivasi perjalanan. Pasar wisata maksudnya adalah mereka yang melakukan perjalanan atau bepergian ke suatu daerah tertentu (negara atau kawasan) untuk memenuhi suatu kebutuhan yang mendorong untuk bepergian atau menetapkan untuk bepergian sebagai suatu masalah pokok.

Pasar wisata dapat ditemukan dengan menggunakan indikator pasar yang pertama, jauh-dekatnya letak suatu daerah dari daerah yang lain menunjukkan bahwa daerah itu mudah atau sulit dikembangkan menjadi daerah sumber wisatawan atau pasar wisata bagi daerah yang lain. Dekat dan jauh tidak diukur dengan jarak, akan tetapi harus diukur berdasarkan kenyamanan (comfort), waktu dan biaya (rate) yang diperlukan untuk perjalanan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Kedua, untuk daerah-daerah yang sedikit banyak telah mendapat kunjungan wisata. Ketiga, dapat dilihat adanya transferabilitas yang menunjukan bahwa daerah yang satu dapat berinteraksi dengan daerah yang lain (Soekadijo, 2000).

Menurut PHKA (2003b), unsur-unsur potensi pasar meliputi jumlah penduduk per propinsi dimana obyek berada dibandingkan dengan kepadatan penduduk. Selain itu tingkat kebutuhan wisata yang meliputi tingkat pendaptan per kapita, tingkat kesejahteraan, tingkat kejenuhan, kesempatan dan perilaku berwisata.

G. SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2000). Begitu juga menurut Rahardjo (2005), SWOT adalah sebuah metode analisis dengan mengkaji kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats).


(28)

Strength atau kekuatan adalah kondisi, karakter, ciri, sumberdaya dan lain-lain yang bernilai positif. Kekuatan juga bisa dimaknai sebagai hal-hal positif dari dalam. Weakness atau kelemahan adalah kondisi yang menyangkut aspek-aspek negatif atau kelemahan dari dalam. Opportunities atau peluang kondisi di luar yang menyangkut aspek-aspek positif. Peluang juga menggambarkan suatu keadaan dimana kalau tidak dimanfaatkan maka akan merasa rugi. Threat atau ancaman adalah kondisi di luar yang menyangkut aspek-aspek negatif dan akan mempengaruhi. Ancaman ini dapat berupa perilaku orang luar, kebijakan politik pemerintah, konflik politik dan sebagainya (Rahardjo, 2005).

SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan

Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportinities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2000).

Selanjutnya Rangkuti (2000), menyatakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi .

Beranekaragam faktor harus diperhitungkan dalam analisis yang bersifat strategis, sehingga terpilihnya suatu alternatif tertentu yang diyakini merupakan keputusan yang paling tepat. Para pakar sependapat bahwa instrumen untuk menilai berbagai faktor yang layak diperhitungkan yakni analisis SWOT dan pendekatan matriks (Siagian, 2002 dalam Winarno, 2004).


(29)

III. KONDISI UMUM

A. Sejarah Kawasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat, Kamojang merupakan nama lain dari Kampung Pangkalan. Pangkalan dapat diartikan sebuah tempat untuk berkumpul. Pada masa pemerintahan Belanda, kawasan ini dipergunakan oleh orang-orang Belanda sebagai tempat berkumpul untuk beristirahat mencari ketenangan dan juga tempat melakukan berbagai penelitian. Pada masa perang kemerdekaan, kawasan ini merupakan basis pertahanan oleh para pemberontak Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII). Sedangkan menurut kuncen TWA Kawah Kamojang, Kamojang berasal dari kata mojang cantik. Ceritanya, di kawasan ini pernah hidup seorang perempuan yang cantiknya begitu kesohor di tatar Sunda.

Sejak dibukanya kawasan ini pada masa pemerintahan penjajahan Belanda hingga era tahun 1970-an, kawasan ini merupakan tempat persinggahan dan bermalam bagi orang yang melakukan perjalanan dari Bandung dan sekitarnya menuju Garut, begitu pula sebaliknya.

Pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1926-1928 oleh Belanda telah dilakukan penyelidikan yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber panas bumi di Kamojang. Pada masa itu telah dilakukan eksplorasi dengan pemboran lima sumur pemboran dangkal dengan kedalaman antara 66 m sampai dengan 128 m, karena situasi pada saat itu tidak memungkinkan maka usaha untuk mengembangkan panas bumi di Kamojang dihentikan (Pertamina, 2003).

Sedangkan menurut hasil analisis dokumen surat keputusan, kronologis pengelolaan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts/Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979, Kelompok Hutan Kawah Kamojang ditunjuk sebagai Cagar Alam Kawah Kamojang seluas 7.500 Ha dan TWA Kawah Kamojang seluas 500 Ha. Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan batas tahun 1982 yang tertuang dalam Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus 1982, luas CA Kawah Kamojang adalah 7.805 Ha. Sedangkan penetapan menjadi


(30)

CA Kawah Kamojang dan TWA Kawah Kamojang seluas 8.286 Ha (CA : 7.805 Ha dan TWA : 481 Ha) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret 1990. Berdasarkan Keputusan Menteri Kahutanan nomor 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994 menetapkan lahan kompensasi seluas 12,196 Ha menjadi bagian CA sehingga luas CA Kawah Kamojang menjadi 7.817,196 Ha dan luas TWA Kawah Kamojang 481 Ha.

Ijin pengusahaan wisata alam di TWA Kawah Kamojang diberikan kepada Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan), berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 284/Kpts-II/1990 tanggal 4 Juni 1990 (Perum Perhutani, 1994).

B. Kondisi Fisik B.1. Letak

Taman Wisata Alam Kawah Kamojang berdasarkan Peta Lokasi TWA Kawah Kamojang skala 1 : 25.000 dan Perum Perhutani (1997), berada pada koordinat 07000’12’’ – 07006’57’’ Lintang Selatan (LS) dan 107031’35’’ – 107053’50’’ Bujur Timur (BT). Menurut administrasi pemerintahan, kawasan konservasi TWA Kawah Kamojang terletak dalam dua wilayah, yaitu Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Desa Randukurung, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Berdasarkan Peta Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat skala 1 : 1.000.000 dan BKSDA Jawa Barat II (2003), batas-batas kawasan TWA Kawah Kamojang adalah :

• Sebelah Utara : Kecamatan Paseh dan Ibun, Kabupaten Bandung • Sebelah Barat : Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung

• Sebelah Timur : Kecamatan Leles dan Tarogong, Kabupaten Garut • Sebelah Selatan : Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut

B.2. Tanah, Geologi dan Topografi

Jenis tanah di kawasan TWA Kawah Kamojang berdasarkan Peta Tanah TWA Kawah Kamojang skala 1 : 25.000 dan Perum Perhutani (1997), seluruhnya


(31)

terdiri dari jenis tanah andosol yang berasal dari bahan batuan induk, basis dan intermedia dengan fisiografi gunung berapi. Geologi kawasan TWA Kawah Kamojang berdasarkan Peta Geologi TWA Kawah Kamojang dan Perum Perhutani (1997), seluruhnya terdiri dari batuan kuarter hasil gunung api yang tak teruraikan. Berdasarkan Peta Topografi TWA Kawah Kamojang skala 1 : 25.000 dan Perum Perhutani (1997), TWA Kamojang memiliki topografi lapang sebagaian besar berbukit dengan lereng lapang terjal, pada beberapa tempat terdapat areal dengan kelerengan lapangan datar, landai sampai bergelombang. Daerah yang memiliki topografi yang datar terletak di blok pangkalan yang merupakan areal pemukiman dan pusat pengelolaan TWA Kawah Kamojang. TWA Kawah Kamojang berada pada ketinggian antara 1.400 – 1.800 meter di atas permukaan laut (mdpl).

B.3. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, daerah TWA Kawah Kamojang termasuk ke dalam tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata 2.400 mm per tahun atau rata-rata curah hujan harian 213 mm per hari. Musim hujan berlangsung antara bulan September sampai bulan Maret dan musim kemarau antara bulan April sampai bulan Agustus. Temperatur udara sepanjang tahun cukup rendah yaitu antara 8,4 0C – 24,9 0C dan temperatur udara rata-rata 16,7 0C dengan kelembaban udara rata-rata tahunan relatif tinggi yaitu 87 % (BMG, 2004

dalam BKSDA Jawa Barat II dan IPB, 2005).

C. Kondisi Biologi C.1. Flora

TWA Kawah kamojang termasuk formasi hutan hujan tropika (tropical rain forest) tipe hutan pegunungan (mountana forest) dan merupakan hutan campuran. Terdapat dua kelompok tipe vegetasi, yaitu vegetasi hutan alam dan vegetasi hutan tanaman.


(32)

C.1.1. Vegetasi Hutan Alam

Jenis flora di kawasan TWA Kawah Kamojang didominasi oleh jenis Pasang (Quercus javanica), Saninten (Castanopsis argentea), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Kihujan (Engelhardtia spicata), Kitebe (Sloanea sigun) dan Kitambaga (Eugenia cumini), Kiara (Ficus glabela), Kibeureum (Viburnum sambucinum), Cangkuang (Pandanus sp.) dan Paku-pakuan (Dyplazzium sp.) (BKSDA Jawa Barat II, 2003).

C.1.2. Vegetasi Hutan Tanaman

Hutan tanaman di kawasan TWA Kawah Kamojang seluas 10,5 Ha. Jenis hutan tanaman ini yaitu jenis Rasamala (Altingia excelsa) yang ditanam tahun 1942 dan hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang ditanam tahun 1969 (Perum Perhutani, 2004).

C.2. Fauna

Jenis satwa yang ada di TWA Kawah Kamojang, meliputi Macan tutul (Panthera pardus), Musang (Paradoxurus hermaproditus), Trenggiling (Manis javanica), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus) dan Kutilang (Pycnonotus aurigaster) (BKSDA Jawa Barat II, 2003).

D. Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam Kawah Kamojang D.1. Kependudukan

D.1.1. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan tabel luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, terlihat bahwa Kecamatan Samarang memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Ibun. Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk tersebut disebabkan oleh relatif besarnya pendatang karena di Kecamatan Samarang lebih berpotensi untuk berbagai mata pencaharian.


(33)

Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1 Ibun 54,5653 68.104 1.248,12

2 Samarang 5,9710 65.201 10.919,61

Jumlah 60,5363 133.305 12.167,73

Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)

D.1.2. Pendidikan

Lulusan Sekolah Dasar (SD) atau pendidikan sederajatnya merupakan lulusan yang paling dominan dalam masyarakat sekitar TWA Kawah Kamojang, baik di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dengan persentase 70,3% maupun di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dengan persentase 61,15 %. Hal ini terjadi karena masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat disamping untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lanjutan harus ke luar kecamatan.

Tabel 2. Persentase tingkat pendidikan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004

No Tingkat Pendidikan Kecamatan Ibun (%) Kecamatan Samarang (%)

1 SD/MI 70,33 61,15

2 SLTP/MTs 25,37 26,02

3 SMU/MA 4,30 12,83

4 PT - -

Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)

D.2. Ekonomi

D.2.1. Mata Pencaharian

Masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang rata-rata mata pencaharian sebagai petani, buruh swasta, pedagang, buruh tani dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dilihat dari jenis mata pencahariannya bertani merupakan mata pencaharian utama. Sifat dari mata pekerjaan mereka ada yang sepanjang tahun dan musiman. Pekerjaan sepanjang tahun seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS),


(34)

pedagang, dokter dan TNI/POLRI. Sedangkan untuk pekerjaan musiman, seperti petani, buruh tani dan buruh swasta. Khusus untuk masyarakat Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung banyak pekerja musiman dengan sistem kontrak. Hal ini disebabkan karena adanya Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power yang merekrut tenaga kerja masyarakat sekitar untuk kegiatan musiman seperti pembersihan mesin-mesin, supir untuk kegiatan pemboran panas bumi dan tenaga pemboran panas bumi.

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004

No Mata Pencaharian Kecamatan Ibun (Orang) Kecamatan Samarang (Orang)

1 Petani 3.281 4.117

2 Buruh tani 1.284 1.682

3 Buruh swasta 3.894 42

4 Pegawai Negeri Sipil 241 586

5 Pengrajin 146 31

6 Pedagang 1.363 2.439

7 Peternak 128 2

8 Nelayan - -

9 Montir 34 7

10 Dokter - 2

11 Guru swasta 15 6

12 Penjahit 16 9

13 Supir 53 42

14 TNI/POLRI 6 237

15 Pertukangan 73 -

16 Pertambangan - -

17 Pensiunan - -

Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)

D.3. Budaya

Adat istiadat masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang pada umumnya sama dengan masyarakat Suku Sunda lainnya di Jawa Barat. Di Kamojang tidak ada kesenian, upacara adat dan kerajinan yang khas. Hubungan antara masyarakat desa pada umumnya sangat erat. Hal ini ditunjukkan masih


(35)

hidupnya kelembagaan gotong royong, terutama dalam pekerjaan kerja bakti dalam pembangunan sarana ibadah (mesjid dan langgar), membangun rumah penduduk, kantor desa, membuat saluran air serta jalan desa. Pola hidup sehari-hari mereka juga masih kuat dipengaruhi oleh norma agama Islam karena mayoritas beragama Islam.

Agama yang dianut oleh masyarakat sekitar TWA Kawah Kamojang adalah Islam (100%), baik di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung maupun di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut (Tabel 4).

Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004

Jumlah Pemeluk Agama (Jiwa) No Agama

Kecamatan Ibun Kecamatan Samarang

1 Islam 68.104 65.201

2 Protestan - -

3 Katolik - -

4 Hindu - -

5 Budha - -

6 Konghucu - -

7 Lainnya - -


(36)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, selama dua bulan, yaitu dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2005.

B. Bahan dan Alat B.1. Bahan

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner, panduan wawancara (Pemerintah Daerah Garut/Pemerintah Daerah Bandung, pengelola TWA Kawah Kamojang, pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang serta PT. Indonesia Power, tokoh masyarakat, masyarakat dan pengunjung) dan peta lokasi TWA Kawah Kamojang.

B.2. Alat

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kamera, binokuler,

Geografis Position System (GPS) tipe Magellan GPS 4000 XL dan alat tulis menulis.

C. Metode

C.1. Kategori Data

Data dan informasi yang dikumpulkan (Tabel 5 – Tabel 11). Data dan informasi tersebut dapat dikelompokan menjadi tujuh kategori, yaitu :

1. Kondisi umum, meliputi sejarah kawasan, kondisi fisik, kondisi biologi serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat (Tabel 5).

2. Potensi TWA Kawah Kamojang, meliputi daya tarik, kadar hubungan, keadaan penginapan, sarana dan prasarana, sarana dan prasarana penunjang, tersedianya air bersih dan hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan (Tabel 6).

3. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan, meliputi struktur organisasi, kemantapan organisasi, personal, kegiatan pokok, perawatan sarana dan prasarana serta mutu pelayanan (Tabel 7).


(37)

4. Kebijakan, meliputi kebijakan dari BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Tabel 8).

5. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang, meliputi daerah asal pengunjung, jumlah penduduk dan lokasi (jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan ) (Tabel 9).

6. Pengunjung, meliputi keadaan pengunjung, karakteristik pengunjung, motif pengunjung, penilaian pengunjung serta harapan dan saran (Tabel 10).

7. Penggunaan kawasan oleh pihak lain, meliputi administrasi, kondisi kawasan dan dampak terhadap lingkungan (Tabel 11).

C.2. Parameter dan Variabel

Kategori data tersebut dapat disajikan melalui beberapa parameter dan lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan antar variabel dengan sumber informasi dan teknik pengambilan data.

Tabel 5. Kondisi umum Parameter Variabel

Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Sejarah kawasan Asal-usul Luasan (Ha) Waktu penetapan Dokumen, panduan wawancara Dokumen Dokumen Analisis data, wawancara Analisis data Analisis data Kondisi fisik Letak Tanah Geologi Topografi Iklim Letak astronomis Letak administrasi Batas wilayah Jenis Batuan Kelerengan Ketinggian Tipe iklim Curah hujan

Bulan basah dan kering Suhu Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Analisis data Analisis data Analisis data Analisis data Analisis data


(38)

Kelembaban Kondisi biologi Flora Fauna Tipe ekosistem Jenis Jenis Lapang, Dokumen, panduan wawancara Lapang, Dokumen, panduan wawancara Penelaahan lapang, analisis data, wawancara Penelaahan lapang, analisis data, wawancara Masyarakat sekitar Penduduk Ekonomi Budaya Kepadatan penduduk Pendidikan Mata pencaharian Kesenian Religi Upacara adat Kerajinan Dokumen Dokumen Dokumen, panduan wawancara Dokumen, panduan wawancara Analisis data Analisis data Analisis data, wawancara Analisis data, wawancara

Tabel 6. Potensi Taman Wisata Alam Parameter Variabel

Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Daya tarik Sumberdaya alam

yang menonjol Keunikan Kepekaan sumberdaya alam Kegiatan rekreasi Ruang gerak Kebersihan lokasi Flora Fauna

Gejala alam (kawah)

Bentuk

Nilai ilmu pengetahuan Nilai pengobatan Nilai kepercayaan

Jenis kegiatan

Luas (Ha)

Pengaruh dari alam, industri, jalan ramai kendaraan, pemukiman penduduk, sampah, satwa dan corat-coret (vandalisme)

Lapang Lapang Lapang kuesioner, panduan wawancara Lapang, kuesioner, panduan wawancara Lapang, dokumen, panduan wawancara Lapang Penelaahan lapang Penelaahan lapang Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, analisis data, wawancara Penelaahan lapang


(39)

Keamanan kawasan

Penebangan liar Perambahan Kebakaran

Gangguan terhadap flora dan fauna Masuknya flora/fauna eksotik Lapang, panduan wawancara Penelaahan lapang, wawancara Kadar hubungan

Transportasi Kondisi jalan

Frekuensi kendaraan umum

Jarak

Jumlah kendaraan umum Waktu tempuh Lapang, dokumen, Penelaahan lapang, analisis data Keadaan penginapan (radius 15 km) Jumlah Kapasitas Lapang, dokumen Lapang, dokumen Penelaahan lapang, analisis data Penelaahan lapang, analisis data Sarana dan prasarana Sarana Prasarana Jenis Jumlah Kondisi Pengada Jenis Jumlah Kondisi Pengada Lapang Lapang Penelaahan lapang Lapang Sarana dan prasarana penunjang (radius 2 km) Sarana penunjang Prasarana penunjang Ketersediaan Jenis (rumah makan/minum, bank, pusat belanja dan toko cinderamata)

Ketersediaan

Jenis (kantor pos, telepon umum, Puskesmas, jalan, jembatan, areal parkir, jaringan listrik dan jaringan air minum)

Lapang Lapang Penelaahan lapang Penelaahan lapang Tersedianya air bersih Ketersediaan Kemudahan Lokasi Kelayakan dikonsumsi Volume Waktu Proses mendapatkannya Sumber air Jarak Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang


(40)

Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan (radius 50 km) Obyek wisata sejenis Obyek wisata tidak sejenis Jumlah Jumlah Lapang, dokumen Lapang, dokumen Penelaahan lapang, analisis data Penelaahan lapang, analisis data

Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan

Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik Pengelolaan Struktur organisasi

Kemantapan organisasi Personal Kegiatan pokok Sikap masyarakat Pembuatan struktur organisasi

Hubungan tata kerja

Status pengelolaan Dana anggaran Sumber dana

Rencana dan realisasi pendapatan Pergantian pimpinan Asal instansi Jumlah petugas Status petugas Tingkat pendidikan

Instansi yang mengurus Jenis Partisipasi masyarakat Jumlah Jenis kegiatan (formal/non formal) Dokumen Dokumen, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Analisis data Analisis data, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara

Perawatan Sarana dan prasarana Jenis Kondisi Frekuensi Lapang, panduan wawancara Penelaahan lapang, wawancara Pelayanan Mutu pelayanan Bentuk pelayanan

Kemampuan petugas Lapang, panduan wawancara Penelaahan lapang, wawancara

Tabel 8. Kebijakan

Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik

Sumber Teknik Kebijakan Kebijakan dari :

BKSDA Jawa Barat II

Perum Perhutani KPH Bandung Selatan

Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang

PT. Indonesia Power

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) Dokumen, panduan wawancara Analisis data, wawancara


(41)

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan)

Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang Parameter Variabel

Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Potensi pasar Daerah asal pengunjung Penduduk Lokasi Jumlah pengunjung Jumlah penduduk Jarak Waktu Biaya Panduan wawancara, kuesioner Dokumen Lapang, dokumen, panduan wawancara dan kuesioner Wawancara Analisis data Penelaahan lapang, analisis data, wawancara

Tabel 10. Pengunjung TWA Kawah Kamojang

Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik Pengunjung Keadaan pengunjung

Karakteristik pengunjung

Motif pengunjung

Penilaian pengunjung

Harapan dan saran pengunjung Jumlah Umur Jenis kelamin Asal Pendidikan Pekerjaan Tujuan

Obyek yang disukai Kegiatan rekreasi yang disukai

Pelayanan

Keberadaan pengguna kawasan oleh pihak lain Dokumen Kuesioner, panduan wawancara Kuesioner, panduan wawancara Kuesioner, panduan wawancara Kuesioner, panduan wawancara Analisis data Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara

Tabel 11. Penggunaan kawasan oleh pihak lain Parameter Variabel

Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Administrasi Surat perjanjian

pinjam pakai

Jenis Ketentuan Kewajiban

Dokumen Analisis data

Kondisi kawasan

Sarana fisik dan bangunan

Perkantoran Perumahan

Perhubungan (jalan) Penggunaan lahan

Lapang Penelahan lapang

Dampak terhadap

Luas kawasan TWA


(42)

lingkungan Flora

Fauna

Hidrologi

Tanah

Gangguan terhadap flora Perubahan struktur dan komposisi jenis

Gangguan terhadap fauna

Perubahan struktur dan komposisi jenis

Ketersediaan air

Pembukaan lahan

Lapang, dokumen

Lapang, dokumen

Dokumen

Dokumen

Penelaahan lapang, analisis data

Penelaahan lapang, analisis data

Analisis data

Analisis data

C.3. Prosedur Kerja Penelitian

1. Studi pustaka dan survei pendahuluan.

2. Pengambilan data diperoleh melalui penelaahan lapang, analisis data dan wawancara dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan TWA Kawah Kamojang, pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power, tokoh masyarakat, masyarakat dan pengunjung. Pengisian kuesioner dilakukan juga kepada pengunjung.

3. Analisis terhadap data yang diperoleh melalui skoring, deskriptif dan SWOT.

4. Pembuatan rencana strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang.

D. Metode Pengambilan Data

D.1. Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan

Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, majalah-majalah, brosur-brosur, dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Data yang diperoleh melalui studi pustaka diverifikasi di lapangan. Data ini diperoleh dari kantor-kantor yang berhubungan dengan penelitian seperti Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Barat II, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dan


(43)

Kabupaten Garut, Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut serta pustaka-pustaka yang menunjang penelitian ini.

D.2. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui wawancara terpandu dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung. Wawancara langsung secara terpandu dan penyebaran kuesioner dilakukan kepada :

• Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut)

Data yang dikumpulkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yaitu, kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai pariwisata alam (Lampiran 11). • Pengelola Kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH

Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II)

Data yang dikumpulkan meliputi kondisi biologi kawasan (flora dan fauna), luasan gerak pengunjung di TWA Kawah Kamojang, keamanan kawasan, asal daerah pengunjung, ketersediaan air bersih (ketercukupan, lokasi sumber air, kemudahan mengalirkannya), pengelolaan (status pengelolaan, dana anggaran, sumber dana dan sistem pergantian pimpinan, jumlah petugas, status petugas, tingkat pendidikan petugas dan kegiatan pokok), perawatan sarana dan prasarana (jenis dan frekuensi) serta pelayanan (bentuk pelayanan dan kemampuan petugas) dan kebijakan-kebijakan pengelolaan yang berlaku serta kebijakan-kebijakan pinjam pakai lahan (Lampiran 11).

• Pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power

Data yang dikumpulkan meliputi kebijakan dalam peranannya terhadap kegiatan pengelolaan dan pengembangan TWA Kawah Kamojang. (Lampiran 11).

• Tokoh masyarakat dan masyarakat

Wawancara tersebut dilaksanakan melalui wawancara terpandu kepada beberapa tokoh masyarakat, sedangkan untuk jumlah responden dari


(44)

masyarakat yang dipilih untuk kegiatan wawancara ± 30 orang dengan ketentuan dilakukan pada masyarakat yang mempunyai kontribusi terbesar pada kawasan TWA Kawah Kamojang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui sejarah kawasan, sikap masyarakat atau dukungan masyarakat terhadap kegiatan dan pengelolaan wisata di TWA Kawah Kamojang, jenis dan sifat mata pencaharian dan kebudayaan (adat-istiadat, kesenian, upacara adat dan kerajinan khas daerah setempat) dan saran serta harapan (Lampiran 11).

• Pengunjung

Wawancara terhadap pengunjung dilakukan dengan cara wawancara terpandu (Lampiran 11) dan penyebaran kuesioner di lokasi obyek wisata (Lampiran 12). Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan dan pekerjaan), motif pengunjung (tujuan, obyek yang disukai dan kegiatan rekreasi yang disukai), penilaian pengunjung terhadap pelayanan dan keberadaan pengguna kawasan oleh pihak lain, harapan dan saran pengunjung, kepekaan sumberdaya alam, jarak dari tempat tinggal ke TWA Kawah Kamojang, waktu yang diperlukan untuk mencapai lokasi dan biaya perjalanan menuju lokasi. Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Ukuran sample yang dibutuhkan ditetapkan dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Slovin (1990) dalam Sugiarto dan Kusmayadi (2000), yaitu :

Keterangan :

n = ukuran sample yang dibutuhkan

N = ukuran populasi pada waktu tertentu, dan

e = batas ketelitian (margin error) N

n = 1+N(e)2

14.097

n = = 99,30 ≈ 100 responden 1+14.097(10 %)2


(45)

Besarnya ukuran populasi (N) digunakan data jumlah pengunjung TWA Kawah Kamojang satu tahun sebelumnya, sedangkan besarnya prosentase batas ketelitian karena kesalahan (e) yang digunakan adalah 10% karena untuk mempermudah dalam penghitungan dan hasil yang didapat mendekatan angka bulat.

D.3. Pengamatan/penelaahan lapang • Kondisi biologi

Komponen yang diamati (Tabel 5). Kondisi biologi diamati di lapangan dan dilengkapi dari dokumen yang sudah ada serta wawancara dengan pengelola dan masyarakat.

• Daya tarik

Komponen daya tarik yang diamati (Tabel 6). Daya tarik dapat diamati langsung di lapangan yang meliputi sumberdaya alam yang menonjol, keunikan, kepekaan sumberdaya alam, jenis kegiatan yang dapat dilakukan, ruang gerak, kebersihan lokasi dan keamanan kawasan.

• Kadar hubungan

Komponen dari kadar hubungan yang diamati (Tabel 6). Keadaan jalannya dinilai dari penelaahan lapang. Jumlah kendaraan di sekitar obyek dapat diperoleh dari data statistik BPS Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut serta informasi pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Frekuensi kendaraan yang menuju TWA Kawah Kamojang diperoleh dari pengamatan di lapangan dan ditunjang oleh informasi dokumen dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

• Keadaan penginapan

Komponen yang diamati (Tabel 6), yaitu jumlah penginapan dan kamar dalam radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang.

• Sarana dan prasarana

Komponen yang diamati (Tabel 6), meliputi jenis, jumlah, kondisi dan pihak yang mengadakannya. Sarana dan prasarana ini hanya yang berada di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang.


(46)

• Sarana dan prasarana penunjang

Komponen yang diamati (Tabel 6). Sarana dan prasarana penunjang dapat diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dalam radius 2 km dari TWA Kawah Kamojang dan pengunjung dengan informasi dari masyarakat dan petugas di lapangan.

• Ketersediaan air bersih

Komponen yang diamati (Tabel 6). Ketersediaan air bersih dapat diamati di lapangan dengan melihat ketersediaan, kemudahan untuk mendapatkannya dari sumber air dan kelayakan dikonsumsi.

• Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan

Komponen yang diamati (Tabel 6). Hubungan dengan obyek wisata lain dipilah menjadi obyek sejenis dan tidak sejenis dari radius 50 km dari TWA Kawah Kamojang. Informasi ini dapat dilihat langsung ke lokasi dengan tambahan informasi dari dokumen.

• Pengelolan, perawatan dan pelayanan

Komponen yang diamati (Tabel 7). Keadaan pengelolaan tersebut diperoleh dari diskusi dengan pihak pengelola. Mutu pelayanan dan kemampuan bahasa petugas dapat dilihat langsung pada waktu petugas melayani pengunjung. Sarana dan prasarana pelayanan dapat dilihat langsung di lapangan dan informasi dari petugas di lapangan. Sikap masyarakat dapat dilihat langsung di lapangan dan melalui wawancara. • Potensi pasar

Komponen potensi pasar yang diamati (Tabel 9). Potensi pasar dilihat terlebih dahulu dari daerah asal pengunjung dari data pengunjung hasil kuesioner dan wawancara pengelola. Dari daerah asal pengunjung tersebut dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui waktu dan biaya perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai TWA Kawah Kamojang. Hal ini dilengkapi dengan data dari dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten yang bersangkutan mengenai jumlah penduduk.


(47)

• Sarana fisik dan bangunan yang digunakan oleh pihak lain

Komponen yang diamati (Tabel 11). Sarana fisik dan bangunan yang berada di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang berupa jenis bangunannya.

• Dampak terhadap lingkungan dari pengguna pihak lain

Komponen yang diamati (Tabel 11). Dampak terhadap lingkungan dapat dilihat di lapangan seperti gangguan, perubahan struktur dan komposisi jenis flora dan fauna dengan dilengkapi informasi dari dokumen. Dampak terhadap hidrologi dan tanah dilihat dari dokumen. Dokumen untuk melengkapi data tersebut dari Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

E. Metode Analisis Data E.1. Metode Skoring

Metode skoring menggunakan modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam Tahun 2003 dari Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA). Metode ini digunakan untuk menilai potensi TWA Kawah Kamojang, pengelolaan, perawatan dan pelayanan (Lampiran 1).

Penilaian kriteria daya tarik kawasan obyek meliputi unsur-unsur banyaknya jenis sumberdaya yang menonjol, keunikan sumberdaya, kepekaan sumberdaya alam, jenis kegiatan wisata alam, ruang gerak pengunjung, kebersihan lokasi dan keamanan kawasan. Bobot kriteria daya tarik diberi angka tertinggi yaitu 6, hal ini mengingat daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung.

Penilaian kadar hubungan meliputi unsur-unsur kondisi dan jarak jalan darat dari ibu kota propinsi, pintu gerbang udara nasional/internasional, waktu tempuh dari pusat kota, frekuensi kendaraan dari pusat kota ke obyek wisata dan jumlah kendaraan umum di kabupaten obyek berada. Bobot nilai kriteria kadar hubungan adalah 5, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong potensi pasar.

Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria akomodasi didasarkan pada jumlah kamar yang berada pada radius 15 km dari obyek wisata. Bobot nilai


(48)

kriteria akomodasi adalah 3, karena akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata, khususnya pengunjung dari tempat yang cukup jauh, namun kurang dimanfaatkan bagi pengunjung yang berasal dari daerah sekitar.

Unsur-unsur yang terkandung dalam penilaian kriteria sarana dan prasarana meliputi sarana dan prasarana yang berada di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang. Bobot nilai kriteria sarana dan prasarana adalah 3, karena peranan sarana dan prasarana untuk kemudahan dan kenikmatan pengunjung di dalam kawasan.

Unsur-unsur yang terkandung dalam penilaian kriteria sarana dan prasarana penunjang meliputi sarana dan prasarana penunjang yang berada pada radius 2 km dari obyek wisata. Bobot nilai kriteria sarana dan prasarana penunjang adalah 3, karena peranan sarana dan prasarana penunjang untuk menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung dan pengadaannnya tidak terlalu sulit.

Unsur-unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ketersediaan air bersih meliputi volume, jarak lokasi air bersih terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya air dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan ketersediaannya. Bobot yang diberikan untuk penilaian kriteria ini 6, karena adanya air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam suatu obyek, baik untuk pengelolaan maupun pelayanan.

Unsur-unsur yang digunakan dalam penilaian kriteria hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar TWA Kawah Kamojang meliputi jumlah obyek wisata sejenis dan obyek wisata tidak sejenis dalam radius 50 km dari TWA Kawah Kamojang. Bobot yang diberikan untuk penilaian kriteria ini adalah 1, karena dalam pengelolaan suatu obyek disatu pihak perlu memperhatikan ada obyek wisata lain (sejenis/tidak sejenis) di lingkungannya yang dapat mencerminkan paket wisata sehingga menunjang kunjungan, tetapi di lain pihak dapat merupakan saingan.

Kriteria pengelolaan dan pelayanan meliputi unsur-unsur pengelolaan, mutu pelayanan dan sarana perawatan dan pelayanan. Dalam penilaian pengelolaaan dan pelayanan diberi bobot 4, karena pengelolaan obyek dan


(49)

pelayanan pengunjung merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam pemanfaaatan suatu obyek daya tarik wisata alam karena berpengaruh langsung dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri.

E.2. Analisis Deskriptif dan Analisis SWOT

Analisis data strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis SWOT terhadap keberadaan TWA Kawah Kamojang melalui penelaahan data yang bersifat kualitatif. Analisis deskriptif merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, namun meliputi analisis dan interpretasi data sampai pada kesimpulan dengan berdasarkan penelitian.

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menjelaskan potensi TWA Kawah Kamojang, pengelolaan, perawatan dan pelayanan, kebijakan, potensi pasar wisata, pengunjung, penggunaan oleh pihak lain dan kondisi umum. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengelolaan TWA Kawah Kamojang sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengelolaan. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan alinea.

Tabel 12. Matrik SWOT (Rangkuti, 2000) Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strenghts (S)

¬ Menentukan faktor-faktor kekuatan internal.

Weaknesses (W)

¬ Menentukan faktor-faktor kelemahan internal.

Opprtunities (O)

¬ Menetukan faktor-faktor peluang eksternal.

Strategi SO

¬ Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO

¬ Ciptakan situasi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Treaths (T)

¬ Menentukan factor-faktor ancaman eksternal.

Strategi ST

¬ Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WT

¬ Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman.


(50)

Secara sistematis alir proses analisis strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan alir proses analisis strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang Potensi TWA

• Daya tarik

• Kadar hubungan

• Keadaan akomodasi

• Sarana dan prasarana

• Sarana dan prasarana penunjang

• Tersedianya air bersih

• Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan • Pengelolaan • Perawatan • Pelayanan Kondisi Umum

• Sejarah kawasan

• Kondisi fisik

• Kondisi biologi

• Keadaan masyarakat

Potensi Pasar

• Daerah asal

• Jumlah penduduk

• Lokasi

Kebijakan

• BKSDA Jawa Barat II

• Perum Perhutani KPH Bandung Selatan

• Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang

• PT. Indonesia Power

• Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

Penggunaan oleh Pihak Lain

• Administrasi

• Kondisi kawasan

• Dampak terhadap lingkungan

Pengumpulan Data

• Survei pendahuluan

• Penelaahan lapang

• Analisis data

• Wawancara

Skoring

Deskriptif • SWOT

Stretegi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang

Pengunjung

• Keadaan pengunjung

• Karakteristik

• Motif

• Penilaian


(51)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Taman Wisata Alam Kawah Kamojang

Unsur-unsur potensi TWA Kawah Kamojang terdiri dari daya tarik, kadar hubungan, keadaan penginapan, saran dan prasarana, sarana dan prasarana penunjang, tersedianya air bersih dan hubungan dengan obyek wisata lain.

A.1. Daya Tarik

Daya tarik merupakan suatu faktor yang dapat membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya tarik tersebut, sehingga bobot nilai untuk daya tarik diberi nilai tertinggi yaitu 6, dasar dan cara penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1. Begitu pula menurut PHKA (2003b), daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung. Unsur-unsur yang menjadi daya tarik itu adalah sumberdaya alam yang menonjol, keunikan sumberdaya alam, kepekaan sumberdaya alam, kegiatan rekreasi, ruang gerak pengunjung, kebersihan lokasi dan kemanan kawasan. Hasil penilaian terhadap daya tarik TWA Kawah Kamojang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penilaian kriteria daya tarik TWA Kawah Kamojang

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1 Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol 20

2 Keunikan sumberdaya alam 10

3 Kepekaan sumberdaya alam 20

4 Jenis kegiatan wisata alam 30

5 Ruang gerak pengunjung 15

6 Kebersihan lokasi 20

7 Keamanan kawasan 15

Jumlah (ΣΣ) 130

Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (130 X 6) 780 Nilai bobot daya tarik TWA Kawah Kamojang adalah 780, dikategorikan sedang. Selang nilai daya tarik kategori sedang antara 520 sampai 890 (Lampiran 1). Adapun unsur-unsur yang menyusun daya tarik TWA Kawah Kamojang dapat dilihat pada Tabel 14.


(52)

Tabel 14. Daya tarik TWA Kawah Kamojang

No Unsur Daya Tarik Daya Tarik TWAKK 1 Sumberdaya alam yang

menonjol •

Flora :

1. Tumbuhan tingkat tinggi : a. Puspa (Schima wallichi) b. Kihujan (Engelhardtia spicata) c. Mara (Macaranga tanarius) d. Kitebe (Sloanea sigun)

e. Kibeureum (Viburnum sambucinum) 2. Tumbuhan bawah :

a. Saliara (Lantana camara) b. Teklan (Eupathorium riparium)

• Fauna : 1. Primata :

a. Surili (Presbytis comata) 2. Burung :

a. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) b.Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) c. Walet gunung (Collocalia vulcanorum) d.Walet sapi (Collocalia esculenta) e. Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

• Gejala alam : kawah 2 Keunikan sumberdaya alam Kawah :

1. Kawah Berecek 2. Kawah Manuk 3. Kawah Sakarat 4. Kawah Kamojang 5. Kawah Gendang 6. Kawah Kereta Api 7. Kawah Stick Gas 8. Kawah Hujan 9. Kawah Leutak 10. Kawah Baru 11. Kawah Saar 12. Kawah Cibuliran 13. Kawah Beureum 3 Kepekaan sumberdaya alam 1. Nilai pengetahuan

2. Nilai pengobatan 3. Nilai kepercayaan 4 Jenis kegiatan wisata 1. Mandi uap

2. Berendam air panas 3. Berkemah

4. Menikmati pemandangan alam 5. Fotografi

6. Wisata pendidikan 7. Tracking

8. Hiking 5 Ruang gerak pengunjung (10-20) Ha

6 Kebersihan lokasi Bebas dari pengaruh : 1. Alam

2. Jalan ramai motor/mobil 3. Pemukiman penduduk 4. Binatang pengganggu 7 Keamanan kawasan Bebas dari pengaruh :

1. Kebakaran hutan


(1)

Lampiran 12.

Kuesioner

Strategi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat

Salam sejahtera,

Sebelumnya saya mohon maaf apabila menggangu aktivitas rekreasi anda untuk mengisi kuesioner ini. Data dari kuesioner ini diperlukan dalam rangka penyusunan skripsi penelitian saya yang berjudul “Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Oleh karena itu diharapkan kesediaannya mengisi kuesioner ini dengan senang hati, benar, dan jujur. Sehingga data tersebut akan sangat membantu dalam menghasilkan sebuah hasil penelitian yang bagus dan bisa dipertanggungjawabkan. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Hari/Tanggal :

A. Karakteristik Pengunjung 1. Nama : 2. Umur :

3. Jenis kelamin : Pria/wanita*) 4. Asal/tempat tinggal :

5. Pendidikan terakhir : SD/SLTP/SMU/S1/S2/S3*) 6. Pekerjaan :

B. Motif Pengunjung

1. Apa tujuan anda datang ke kawasan ini ? a. menikmati keindahan alam

b. tugas sekolah

c. menambah pengetahuan


(2)

e. pengobatan f. kepercayaan g. mengetahui sejerah

h. lainnya……… 2. Obyek yang disukai ?

a. kawah b. pepohonan c. satwa d. udara segar e. lainnya………. 3. Kegiatan yang disukai ?

a. berendam air hangat b. mandi uap

c. lintas alam d. berkemah e. pendidikan f. pendakian

g. menikmati pemandangan h. photografi

i. penelitian j. lainnya……….

C. Penilaian Pengunjung

1. Sarana dan prasarana apa yang anda harapkan tersedia di kawasan ini ? a. pusat informasi

b. penginapan c. kamar mandi

d. papan dan media interpretasi e. warung/kios

f. tempat sampah


(3)

2. Bagaimana pelayanan dari pengelola TWA Kawah Kamojang terhadap pengunjung ?

a. sangat memuaskan b. cukup memuaskan c. biasa saja

d. kurang memuaskan

3. Bentuk wisata yang diinginkan ?

a. fasilitas lengkap dan pelayanan intensif b. fasilitas sederhana dan pelayanan intensif c. tanpa fasilitas

4. Apakah anda merasa terganggu dengan adanya Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang serta PT. Indonesia Power ?

a. Ya, karena……….. b. Tidak

5. Peranan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang serta PT. Indonesia Power terhadap kegiatan wisata yang dapat anda rasakan di TWA Kawah Kamojang ?

……… ……… ……… ………

D. Potensi Pasar Wisata

1. Jarak dari tempat tinggal ke TWA Kawah Kamojang ? a.< 75 km

b. 76 – 150 km c. 151 – 225 km d. > 225 km

2. Waktu yang diperlukan untuk menuju TWA Kawah Kamojang ? a. 1 – 2 jam

b. 2 – 3 jam c. 3 – 4 jam


(4)

d. 4 – 5 jam e.> 5 jam

3. Biaya perjalanan untuk melakukan kunjungan ke TWA Kawah Kamojang ? a. < Rp. 10.000,- per orang

b. Rp. 10.000,- s/d Rp. 20.000,- per orang c. > Rp. 20.000,- per orang

E. Harapan dan Saran

Harapan dan saran anda mengenai pelayanan dan pengelolaan wisata alam yang sebaiknya dilakukan di TWA Kawah Kamojang


(5)

(6)