Analisis Pendekatan SWOT Alternatif strategi pengelolaan Taman Wisata Alam kawah Kamojang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat

dari kawasan konservasi lain yang berada pada zona biogeografi dan ekosistem yang sama PHPA, 1996. Dampak terhadap hidrologi dari penggunaan sumberdaya air yang digunakan dalam proses eksplorasi dan produksi, yaitu intensitas terhadap penurunan cadangan air Sungai Cikamojang yang berada di kawasan TWA Kawah Kamojang dan nilai peruntukan air diperhitungkan sebesar 7,86 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi dampak terhadap fungsi kawasan TWA Kawah Kamojang intensitasnya dikategorikan sangat ringan, sedangkan nilai derajat dampaknya dikategorikan kurang penting Pertamina, 1993. Dampak terhadap tanah pasti ada yaitu akibat adanya pembangunan lokasi pemboran dan instalasi tidak dapat dihindarkan dari penebangan pohon sehingga terjadi pembukaan lahan yang akan berakibat terhadap kesuburan tanah dan meningkatnya laju arus air permukaan run off, tetapi pihak Pertamina telah melakukan usaha rehabilitasi kawasan yang vegetasinya terbuka terutama di kanan kiri pipa-pipa penyaluran gas panas bumi, sedangkan lahan terbuka di lokasi sumur pemboran tidak dapat dilakukan rehabilitasi karena diletakan mesin pemboran dan mekanikinstalasi.

G. Analisis Pendekatan SWOT

Berdasarkan faktor internal strength dan weaknes dan faktor eksternal opportunities dan threats maka dapat dibuat empat kemungkinan pengelolaan TWA Kawah Kawah Kamojang, yaitu pengelolan berdasarkan strength dan opportunities S-O, weaknes dan opportunities W-O, strength dan threats S-T dan weaknes dan threats W-T. Startegi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Startegi W-O merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Startegi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Sedangkan strategi W-T merupakan startegi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Rangkuti, 2000. Hasil kriteria penilaian potensi TWA Kawah Kamojang, pengelolaan, perawatan dan pelayanan serta analisis deskriptif kondisi umum, kebijakan, potensi pasar, pengunjung dan penggunaan kawasan oleh pihak lain, maka dapat dibuat analisis pendekatan SWOT untuk TWA Kawah Kamojang yang disajikan pada Tabel 42 dan analisis pendekatan SWOT untuk pengelolaan Perum Perhutani pada Tabel 43. Tabel 42. Matrik SWOT TWA Kawah Kamojang Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Strength Kelemahan Weaknes Potensi TWA : • Kondisi fisik geologi, topografi dan iklim • Kondisi biologi flora dan fauna yang beraneka ragam • Keunikan sumberdaya alam • Nilai pengetahuan, pengobatan dan kepercayaan • Air bersih dapat mencukupi Keamanan : • Bahaya gejala alam • Bahaya erosi Ruang Gerak : • Ruang gerak pengunjung sebatas jalur wisata yang sudah ada Peluang Opportunities Sarana dan Prasarana Penunjang : • Sarana dan prasarana penunjang cukup lengkap Masyarakat : • Masyarakat Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang peduli terhadap pengembangan obyek wisata di Kamojang • Masih hidupnya kelembagaan gotong-royong di masyarakat sekitar Pemda dan Pengguna Kawasan : • Dukungan pengembangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut serta pengguna kawasan di dalam dan sekitar TWA Kawah Kamojang Identifikasi flora, fauna dan geologi Kolaborasi Pengelolaan : • Pemberdayaan masyarakat sekitar untuk peningkatan pendapatan • Pengelolaan bersama antar pihak terkait Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi Promosi dan pemasaran : • Promosi TWA Kawah Kamojang dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam Perlindungan aspek ekologis: • Kegiatan penghijauan • Keamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan himbauan • Peningkatan kesejahteraan masyarakat Pengembangan kegiatan wisata : • Trackjalur baru untuk wisata minat khusus Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA • Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan • Pemasangan papan himbauan Ancaman Threats Sarana dan Prasarana : • Sarana dan prasarana masih kurang • Penginapan terbatas pada radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang Perlindungan aspek ekologis: • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan himbauan • Peningkatan kesejahteraan masyarakat Identifikasi flora, fauna dan geologi Perlindungan aspek ekologis: • Kegiatan penghijauan • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan himbauan • Peningkatan kesejahteraan masyarakat Pengelolaan : • Kualitas dan kuantitas pengelola kurang memadai • Pergantian pimpinan dalam lima tahun terakhir sebanyak dua kali • Mutu pelayanan masih kurang • Kemampuan berbahasa asing petugas rendah • Kegiatan pengamanan kawasan masih kurang • Kegiatan perawatan sarana dan prasarana tidak rutin • Sistem turunnya dana operasional lama • Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara pihak terkait Keamanan : • Keamanan kawasan masih rawan Potensi Pasar : • Potensi pasar wisata masih bersifat lokal • Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar TWA Kawah Kamojang masih sangat buruk Pengunjung : • Kurangnya kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan Masyarakat : • Tingkat pendidikan masyarakat sekitar masih rendah Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan akomodasi penginapan Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya koordinasi dan komunikasi antara pihak terkait Sistem pergantian pimpinan: • Pergantian pimpinan lima tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas lapang • Pembagian tugas di lapangan Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung diberikan kepada pengelola lapang tanpa perantara BKPH untuk efisien waktu Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket wisata dengan obyek wisata lain baik obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis • Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA • Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan • Pemasangan papan himbauan Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana : • Pengadaan sarana dan prasarana yang memadai • Pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana secara rutin Promosi dan pemasaran : • Promosi dan publikasi untuk menciptakan permintaan Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan akomodasi penginapan Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya komunikasi dan koordinasi antara pihak terakait Sistem pergantian pimpinan : • Pergantian pimpinan lima tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas lapang • Pembagian tugas di lapangan Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung diberikan kepada pengelola lapang tanpa perantara BKPH untuk efisien waktu Pengembangan kegiatan wisata : • Trackjalur baru untuk wisata minat khusus Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket wisata dengan obyek wisata lain baik obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis • Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA • Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan • Pemasangan papan himbauan Pengadaan sarana dan prasarana : • Pengadaan sarana dan prasarana yang memadai • Pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana secara rutin Promosi dan pemasaran : • Promosi dan publikasi untuk menciptakan permintaan pasar wisata untuk masyarakat nasional maupun pasar wisata untuk masyarakat nasional maupun internasional internasional Tabel 43. Matrik SWOT Pengelolaan Wisata Alam TWA Kawah Kamojang Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Strenght Kelemahan Weaknes Pengelolaan : • Status petugas 50 sebagai pegawai tetap • Tingkat pendidikan petugas setingkat SLTA dan S1 Pengelolaan : • Kualitas dan kuantitas pengelola masih kurang • Pergantian pimpinan dalam lima tahun terakhir sebanyak dua kali • Mutu pelayanan masih kurang • Kemampuan berbahasa asing petugas sangat rendah • Kegiatan pengamanan kawasan masih kurang • Kegiatan perawatan sarana dan prasarana tidak rutin dilakukan • Sistem turunnya dana operasional lama Peluang Opportunities Potensi TWA : • Kondisi fisik geologi, topografi dan iklim • Kondisi biologi flora dan fauna yang beraneka ragam • Nilai pengetahuan, pengobatan dan kepercayaan • Banyaknya jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan • Air bersih dapat mencukupi Sarana dan Prasarana Penunjang : • Sarana dan prasarana penunjang cukup lengkap Masyarakat : • Masyarakat Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang peduli terhadap pengembangan obyek wisata di Kamojang • Masih hidupnya kelembagaan gotong-royong di masyarakat sekitar Pengelolaan : • Rencana pendapatan dapat terealisasi selama tiga tahun terakhir Identifikasi flora, fauna dan geologi Kolaborasi Pengelolaan : • Pemberdayaan masyarakat sekitar untuk peningkatan pendapatan • Pengelolaan bersama antar pihak terkait Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi Promosi dan pemasaran : • Promosi TWA Kawah Kamojang dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam Perlindungan aspek ekologis: • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan himbauan • Peningkatan kesejahteraan masyarakat Identifikasi flora, fauna dan geologi Kolaborasi Pengelolaan : • Pemberdayaan masyarakat sekitar untuk peningkatan pendapatan • Kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan akomodasi penginapan Sistem pergantian pimpinan: • Pergantian pimpinan lima tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas lapang • Pembagian tugas di lapanagn Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung diberikan kepada pengelola lapang tanpa perantara BKPH untuk efisien waktu Pemda dan Pengguna Kawasan : • Dukungan pengembangan TWA Kawah Kamojang dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut serta pengguna kawasan di dalam dan sekitar TWA Kawah Kamojang Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana : • Pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana secara rutin Promosi dan pemasaran : • Promosi TWA Kawah Kamojang dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam Ancaman Threats Keamanan : • Bahaya gejala alam • Bahaya erosi • Keamanan kawasan Ruang Gerak : • Ruang gerak pengunjung sebatas jalur wisata yang sudah ada Potensi Pasar : • Potensi pasar wisata masih bersifat lokal • Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar TWA Kawah Kamojang masih sangat buruk Sarana dan Prasarana : • Penginapan terbatas pada radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang Pengunjung : • Kurangnya kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan • Jumlah pengunjung yang semakin menurun dari tahun ke tahun Masyarakat : • Tingkat pendidikan masyarakat sekitar masih rendah Pengelolaan : • Kurangnya koordinasi antar pihak terkait Perlindungan aspek ekologis: • Kegiatan penghijauan • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan himbauan • Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan akomodasi penginapan Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya komunikasi dan koordinasi antar pihat terkait Pengembangan kegiatan wisata : • Trackjalur baru untuk wisata minat khusus Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket wisata dengan obyek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis • Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA • Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan • Pemasangan papan himbauan Perlindungan aspek ekologis: • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan himbauan • Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan akomodasi penginapan Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya komunikasi dan koordinasi antar pihat terkait Sistem pergantian pimpinan : • Pergantian pimpinan lima tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas lapang • Pembagian tugas di lapangan Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung diberikan kepada pengelola tanpa perantara BKPH untuk efisiensi waktu Pengembangan kegiatan wisata : • Mengembangkan kegiatan wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi • Trackjalur baru untuk wisata minat khusus Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket wisata dengan obyek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis • Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA • Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan • Pemasangan papan himbauan H. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Strategi yang sesuai untuk pengelolaan TWA Kawah Kamojang melalui kolaborasi pengelolaan tidak dilihat hanya dari unsur tertentu saja, tetapi melalui strategi pengelolaan beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut terdiri dari perlindungan aspek ekologis, identifikasi flora, fauna dan geologi, sistem pergantian pimpinan, pengembangan sumberdaya manusia, sistem pendanaan, pengembangan kegiatan wisata, pembuatan paket wisata, pengaturan pengunjung, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran serta komunikasi dan koordinasi antar stakeholder. Gambar 27. Bagan strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang H.1. Inti Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Inti pengelolaan TWA Kawah Kamojang yaitu melalui kolaborasi pengelolaan antar pihak terkait pemerintah, swasta, masyarakat dan lembaga pendukung. Manajemen kolaborasi merupakan pengelolaan bersama yang merujuk pada sebuah proses dan alat pemecahan masalah, penanganan peluang atau pengelolaan kepentingan bersama dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Setiap pihak yang sepakat untuk melakukan pengelolaan bersama ini bersama-sama menentukan perjanjian untuk melakukan pengelolaan, termasuk cakupan, mandat dan fungsi pengaturan. Tujuan kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam KSA dan Kawasan Pelestraian Alam KPA adalah terwujudnya pelestraian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistem KSA dan KPA, sehingga lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan • Perlindungan aspek ekologis • Identifikasi flora, fauna dan geologi • Sistem pergantian pimpinan • Pengembangan sumberdaya manusia • Sistem pendanaan TWA Kawah Kamojang • Pengembangan kegiatan wisata • Pembuatan paket wisata • Pengaturan pengunjung • Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana • Promosi dan pemasaran • Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder • Potensi TWA Kawah Kamojang • Kondisi umum • Pengelolaan, perawatan dan pelayanan • Kebijakan pengelolaan • Potensi pasar wisata • Pengunjung • Penggunaan kawasan oleh pihak lain SWOT Kolaborasi Pengelolaan Diversifikasi Pengelolaan masyarakat dan mutu kehidupan serta tercapainya pemanfaatan berkelanjutan ekosistem KSA dan KPA Nitibaskara, 2005. Kolaborasi dalam pengelolaan kawasan konservasi termuat dalam Peraturan Menteri No : P 192004. Kebijakan ini tentu saja menjadi motivasi bagi para pihak untuk terlibat dalam pengelolaan kawasan konservasi Rahardjo, 2005. Sistem kolaborasi pengelolaan TWA Kawah Kamojang diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada selama ini terutama masalah pengelolaan. Pemerintah, masyarakat, swasta dan lembaga penyangga secara bersama-sama memberikan kontribusi sesuai dengan peran kemampuannya dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang. Seperti halnya menurut Setiawan dan Rahmi 2000, kemitraan dapat dikembangkan dengan kelompok klien, asosiasi sukarela, kelompok komunitas, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, bisnis dan industri, penduduk lokal serta berbagai lembaga pemerintah. Pemerintah disini adalah lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah yang berfungsi untuk memberikan pelayanan yang maksimum agar interaksi antar stakeholder lain dapat berjalan dengan lancar. Sebagai contoh instansi pemerintah adalah BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Swasta merupakan perusahaan atau instansi swasta yang usahanya berada di dalam kawasan seperti Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan sekitar kawasan yaitu PT. Indonesia Power. Pihak swasta ini diharapkan sebagai sponsor pendanaan untuk pengembangan. Seperti yang dikatakan Setiawan dan Rahmi 2000, contributory partnership atau kemitran melalui kontribusi merupakan suatu kesepakatan yang mana sebuah organisasi swasta atau publik setuju memberikan sponsor atau dukungan umumnya berupa dana. Masyarakat yang dimaksud adalah penduduk yang tinggal di sekitar kawasan TWA Kawah Kamojang, antara lain Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang, penduduk yang berada di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Seperti halnya dikemukakan oleh Rahardjo 2005, untuk bisa memaksimalkan keuntungan dari sisi konservasi maka penting untuk mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk partisipasi stakeholder lokal sejak awal. Lembaga pendukung merupakan lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap keberadaan kelestarian TWA Kawah Kamojang. Sebagai contoh Perguruan Tinggi, LSM Forum Peduli Ibun, Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang, pencinta alam, pemerhati lingkungan, para peneliti, asosiasi sukarela, kelompok komunitas, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain. Manajemen kolaborasi merupakan suatu kebutuhan dalam rangka mengurangi atau menghilangkan konflik serta menampung berbagai aspirasi atau keinginan berbagai pihak ikut berbagi peran, manfaat dan tanggung jawab dalam pengelolaan KSA dan KPA Nitibaskara, 2005. H.2. Unsur-unsur Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang H.2.1 Perlindungan Aspek Ekologis Pemeliharaan aspek ekologis tujuannya untuk melindungi dan mengamankan sumberdaya alam TWA Kawah Kamojang dari gangguan baik pengunjung, masyarakat sekitar kawasan maupun masyarakat yang jauh dari kawasan tetapi mempunyai akses yang tinggi terhadap kawasan TWA Kawah Kamojang. Seperti yang dikemukakan oleh Jubenville et al. 1987, dalam suatu sistem terbuka kondisi alamiah, keseimbangan tidak saja dipengaruhi secara internal oleh hubungan timbal balik populasi alamiah, tetapi juga secara eksternal oleh perubahan dalam lingkungan, seperti kegiatan manusia. Secara ringkas, pengelolaan ekosistem alami terdiri dari perlindungan terhadap pengaruh eksternal kegiatan manusia modern, misalnya menjaga keutuhan lansekap dan perlindungan terhadap pengaruh internal kegiatan manusia modern, seperti rekreasi. Meminimalkan gangguan dan tekanan dari pengunjung maupun masyarakat terhadap kawasan TWA Kawah Kamojang, salah satu upaya yang perlu dikembangkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan yang dilakukan secara preventif dan kuratif. a. Pengamanan Preventif Pengamanan secara preventif, karena keterbatasan personil lapang baik dari BKSDA Jawa Barat II maupun dari Perum Perhutani maka dilakukan dengan kegiatan atau tindakan yang dapat menumbuhkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengamanan kawasan TWA Kawah Kamojang. Kegiatan yang dilakukan bisa dengan melakukan kegiatan pendidikan lingkungan dan konservasi kepada pengunjung dan masyarakat. Tindakan dan kegiatan pengamanan preventif yang dilakukan antara lain : • Patroli keamanan di kawasan TWA Kawah Kamojang dilakukan dengan intensitas yang lebih sering dan kontinyu. Patroli ini dilakukan secara kerjasama antara Perum Perhutani, BKSDA Jawa Barat II, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power dan masyarakat yang dipercaya dalam memberikan informasi penebangan liar, perburuan satwa dan perambahan. • Penyuluhan dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran dan peran serta masyarakat sehingga terlibat dalam pengamanan kawasan TWA Kawah Kamojang. Materi penyuluhan lebih diarahkan kepada pentingnya keberadaan TWA Kawah Kamojang bagi kehidupan dan pemasyarakatan hukum kehutanan dan lingkungan hidup. • Pemasangan papan-papan himbauan atau ajakan menjaga kelestarian TWA Kawah Kamojang pada tempat-tempat yang strategis. Papan pengumuman yang selama ini berisi larangan perlu ditinggalkan dan digantikan dengan ajakan sehingga dapat menghargai dan menempatkan pengunjung serta masyarakat pada kedudukan yang lebih penting dalam kegiatan pelestarian kawasan TWA Kawah Kamojang. • Peningkatan kesejahteraan melalui program Community Development CD yaitu dengan sistem pemberian kredit ringan untuk usaha pembibitan, peternakan, perikanan, perbengkelan, perdagangan dan usaha kecil lainnya. Program Community Development dapat dilakukan kerjasama antara BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power. Melalui kerjasama semua pihak modal untuk perkreditan masyarakat akan lebih banyak dan kuat sehingga diharapkan dapat berjalan secara terus-menerus. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan yang relatif rendah dikhawatirkan akan mendorong terjadinya perusakan terhadap kawasan TWA Kawah Kamojang. b. Pengamanan Kuratif Pengamanan kuratif dapat dilakukan melalui penegakan hukum. Segala macam tindakan yang melawan hukum dan berakibat rusaknya fungsi kawasan TWA Kawah Kamojang perlu diproses dan diambil tindakan tegas walaupun pelakuknya dari petugas Perum Perhutani maupun BKSDA Jawa Barat II. Proses hukum diharapkan dapat menimbulkan rasa takut masyarakat yang lain agar tidak melakukan tindakan merusak lingkungan. H.2.2. Identifikasi Flora, Fauna dan Geologi Informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi yang terdapat di TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas sebagai daya tarik wisata. Identifikasi dan pemetaan lokasi flora, fauna dan geologi di TWA Kawah Kamojang perlu dilakukan karena hal tersebut untuk menjaga kelestariannya. Sehingga tahu jenis flora dan fauna yang sudah terancam punah dan yang perlu dijaga keberadaannya, begitu juga dengan geologi kawah. Informasi jenis dan pemetaan lokasi flora, fauna dan geologi juga akan membantu dalam pembuatan program interpretasi dan pengembangan pembuatan jalur wisata agar tidak mengganggu keberadaan flora, fauna dan geologi tersebut. Seperti halnya, banyak masyarakat sekitar kawasan yang melihat merak hijau Pavo munticus di petak 48 TWA Kawah Kamojang. Menurut informasi yang didapat dari masyarakat jumlah merak hijau Pavo munticus ini sekitar tiga sampai lima ekor. Maka dengan adanya hal tersebut, sangat perlu dilakukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan merak hijau Pavo munticus di petak 48. H.2.3. Sistem Pergantian Pimpinan Sistem pergantian pimpinan, idealnya dilakukan lima tahun sekali. Kalau terlalu sering dilakukan pergantian pimpinan sistem pengelolaan yang dibuat atau dirancang oleh pimpinan akan mentah terus. Biasanya setiap pergantian pimpinan sistem pengelolaan pun akan ikut berubah sesuai dengan tipe kepemimpinannya. Sistem pergantian pimpinan TWA Kawah Kamojang dilakukan dua tahun sekali sesuai dengan pergantian Asper Wilayah BKPH Ciparay karena pimpinan pengusahaan pariwisata dipegang oleh Asper Wilayah Ciparay, bukan oleh Asper Wisata tersendiri. Sebaiknya yang menjadi pimpinan pengusahaan pariwisata memiliki keahlian selain pada bidang kehutanan juga ahli dalam bidang kepariwisataan. Sehingga dia akan tahu strategi apa yang harus dilakukan dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang. H.2.4. Pengembangan Sumberdaya Manusia Peningkatan sumberdaya pengelola erat kaitannya dengan pelayanan pengunjung. Penambahan jumlah pengelola hendaknya dari latar belakang pendidikan kepariwisataan terutama wisata alam dan geologi. Sedangkan pengadaan pelatihan sangat dibutuhkan bagi petugas yang masih belum mengerti tentang kepariwisataan geologi dan teknologi pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik. Kegiatan kursus-kursus bahasa asing pun perlu dilakukan mengingat pengunjung yang datang ada juga pengunjung mancanegara. Kualitas petugas yang baik diharapkan pelayanan pengunjung akan lebih bermutu. Pelatihan petugas hendaknya dilakukan secara periodik, serta adanya evaluasi dari pimpinan. Menurut Ko 2001, pengelola wisata kebanyakan tidak menaruh perhatian dan menyediakan dana untuk mendidik personil pengelola obyek wisata dan pemandu wisatanya. Pembagian kerja yang jelas juga diperlukan untuk menghindari overlapping pekerjaan. Seperti halnya sekarang ini di lapangan, sebenarnya sudah dilakukan pembagian tugas, yaitu terdiri dari penjaga tiket masuk, penjaga tiket pemandian air panas dan penjaga keamanan dan kebersihan kawasan. Tetapi kadang-kadang petugas saling menggantikan tugasnya karena keterbatasan personil. Keberadaan pihak kedua di TWA Kawah Kamojang, yaitu Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang yang berasal dari masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga membutuhkan perhatian dari BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power. Pelatihan singkat perlu diperlukan untuk mengoptimalkan kegiatan wisata. Pelatihan- pelatihan yang dimaksud seperti pelatihan identifikasi flora dan fauna, pengetahuan tentang proses terjadinya gejala alam kawah, teknologi pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik, teknik interpretasi dan kursus bahasa asing. Para pemuda-pemudi ini memiliki keinginan ke arah itu, tetapi sarananya belum ada untuk mendukung kegiatan pelatihan-pelatihan tersebut. Sebenarnya dengan ada dua industri besar di Kamojang, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power, peluang ke arah kegiatan pelatihan ada. Pihak Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang beserta Perum Perhutani dan BKSDA Jawa Barat II harus kreatif membuat proposal usulan kegiatan pelatihan-pelatihan kepada Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesi Power serta melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi, LSM, pencinta alam dan peneliti. Peluang tersebut dapat dikatakan besar karena mengingat selama ini kepedulian Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power terhadap masyarakat di Kamojang cukup tinggi. H.2.5. Sistem Pendanaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Sistem pendanaan TWA Kawah Kamojang, khususnya untuk kegiatan operasional di lapangan untuk pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana sebaiknya langsung diberikan dari pusat KPH kepada pengelola lapang tanpa harus melalui BKPH terlebih dahulu karena akan memperlambat proses turunnya dana dan kemungkinan dana yang turun dari KPH akan berkurang jumlahnya. Tetapi kalau penurunan dana operasional langsung kepada pengelola lapang akan lebih cepat sehingga kegiatan operasional di lapangan akan berjalan lancar serta perbaikan sarana dan prasarana tidak perlu menunggu sampai rusak. Pengelola lapang harus bertanggung jawab langsung tehadap penggunaan dana operasional kepada KPH. Begitu juga untuk sistem penyetoran pendapatan TWA Kawah Kamojang, sebaiknya langsung disetorkan kepada KPH untuk mempercepat proses sistem keuangan. Tetapi pihak pusat KPH harus dengan rutin melakukan audit atau pemeriksaan keuangan karena ditakutkan adanya penyelewengan dana pendapatan. Seperti halnya menurut Ko 2001, diakui bahwa hasil penjualan tiket masuk ke obyek wisata adalah sektor yang paling rawan dikorupsi. Merupakan kenyataan, bahwa ada oknum penjual tiket yang tidak melapor dengan jujur jumlah tiket yang terjual. Pihak pengelola wajib mempekerjakan orang-orang yang jujur di loket penjual tiket dan diawasi secara berkala. Di TWA Kawah Kamojang hasil pengamatan di lapangan penyelewengan dari tiket tidak terlihat jelas, hanya saja kemungkinan itu mungkin saja terjadi dilihat dari indikasi ada sebagian pengunjung yang datang banyak tetapi mereka hanya mau membayar untuk beberapa orang saja dan biasanya mereka tidak diberi tiket masuk. H.2.6. Pengembangan Kegiatan Wisata Atraksi wisata yang dapat dikembangkan lagi di TWA Kawah Kamojang, adalah : a. Wisata Edukasi Wisata yang dikembangkan ini merupakan jenis wisata yang mengandung misi pendidikan dan lingkungan. Kegiatan ini lebih difokuskan untuk menambah wawasan pengunjung tentang teknologi pemanfaatan panas bumi sebagai pembangkit listrik dan tentang lingkungan sehingga selanjutnya pengunjung diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan. b. Wisata Kesehatan Wisata kesehatan dapat dikembangkan di TWA Kawah Kamojang karena di lokasi ini memiliki potensi gejala alam berupa kawah yang mengandung belerang. Pengunjung dengan tujuan pengobatan dapat diarahkan dalam program pengobatan seperti mandi uap di Kawah Hujan dan berendam air panas dengan pemijatan alternatif. Hal ini didukung oleh motif pengobatan pengunjung TWA Kawah Kamojang sebesar 14 Tabel 38. Motif pengobatan ini menduduki urutan kedua setelah motif menikmati keindahan alam. c. Jelajah AlamTracking Kegiatan ini memungkinkan untuk dikembangkan mengingat pengunjung yang didomonasi oleh kaum remaja dan orang dewasa 62 dapat dilihat pada Tabel 37, serta kondisi alam yang cukup menantang, tracking merupakan pilihan kegiatan yang sesuai dilakukan pengunjung usia remaja dan dewasa. d. Interpretasi Interpretasi merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang menggali nilai- nilai obyek. Obyek yang dapat dipaki bahan interpretasi di TWA Kawah Kamojang cukup banyak, diantaranya gejala alam kawah-kawah yang terpisah- pisah, lokasi pemboran panas bumi, pipa-pipa penyaluran panas bumi, keanekaragaman flora dan fauna, keindahan panorama dan kesejukan udara pegunungan. H.2.7. Pembuatan Paket Wisata Hubungan TWA Kawah Kamojang dengan obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis di sekitar kawasan yang buruk menurut hasil penilaian Tabel 26, maka perlu dilakukan pembuatan paket wisata baik dengan obyek sejenis maupun tidak sejenis untuk menghindari terjadinya persaingan. Dari arah Garut menuju TWA Kawah Kamojang banyak obyek wisata di sekitar TWA Kawah Kamojang baik sejenis maupun tidak sejenis yang jaraknya tidak terlalu jauh Tabel 27 dan Tabel 28, hal ini memungkinkan untuk dilakukan pembuatan paket wisata bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Dari arah Bandung bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung. Selain itu juga dapat dilakukan pembuatan paket wisata pendidikan TWA Kawah Kamojang untuk tingkat SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi. Paket wisata pendidikan ini khusus untuk obyek di TWA Kawah Kamojang selama dua sampai tiga hari. H.2.8. Pengaturan Pengunjung Masih adanya pengunjung TWA Kawah Kamojang yang kurang peduli terhadap lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, vandalisme Gambar 8 dan membawa kendaraan bermotor ke jalur wisata, maka perlu dilakukan pengaturan pengunjung. Mengingat keterbatasan personil di lapangan, pengaturan pengunjung dapat dilakukan dengan cara membuat papan-papan ajakan dan himbauan yang ditempatkan pada tempat yang strategis, jangan sampai ditempatkan pada tempat yang terhalang pohon-pohon sehingga tidak terlihat oleh pengunjung seperti pada Gambar 23 b sehingga masih banyak pengunjung yang membawa kendaraan bermotor ke jalur wisata jalan setapak. Selain itu perlu dilakukan monitoring pengunjung oleh petugas. Petugas tidak boleh segan-segan menegur pengunjung yang kurang peduli terhadap lingkungan. Petugas juga harus bersikap tegas terhadap pengunjung yang tidak mau membayar tiket masuk. Pengaturan pengunjung dari bahaya gejala alam perlu dilakukan. Bentuk manifestasi gejala yang ada bersuhu di atas 100 o C, sehingga dapat membahayakan pengunjung. Mengantisipasi hal tersebut , di sekitar obyek gejala alam dipasang pagar pengaman dari kayu-kayu agar kelihatan alami, pemasangan papan peringatan dan monitoring pengunjung. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Jubenville et al. 1987, pengelolaan bahaya hazard adalah program yang ditujukan pada pengurangan resiko bahaya dari alam atau buatan manusia pada pengunjung. Pengelolaan bahaya hazard merupakan suatu kegiatan dengan maksud tertentu yang dilaksanakan oleh pengelola untuk mengurangi kemungkinan terluka, meninggal atau kehilangan hak milik yang terjadi pada partisipan dari sebab yang telah ditentukan atau yang masih diperkirakan, baik hazard alami atau buatan manusia yang terdapat di dalam lingkungan rekreasi. Menurut Ko 2001, untuk menjaga ketertiban, pengelola obyek wisata alam perlu mengadakan peraturan pengunjung. Peraturan ini diperlukan untuk mewujudkan suasana wisata yang aman, nyaman, menyenangkan dan sekaligus dibutuhkan pula untuk menjaga kelestarian obyek wisata tersebut. Hal ini memang perlu pengertian, baik dari pengunjung maupun masyarakat pada umumnya. Menurut Jubenville et al. 1987, fungsi pengelolaan pengunjung untuk penyebaran penggunaan, keamanan, program interpretasi dan program informasi. H.2.9. Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana wisata merupakan kebutuhan dasar untuk terselenggaranya kegiatan pariwisata yang baik. Pembangunan sarana dan prasarana di TWA Kawah Kamojang harus mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya serta perundang-undangan yang telah ada. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No.167Kpts-II1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam yaitu maksimal 10 dari luas areal ijin pengusahaan pariwisata alam, Perum Perhutani belum optimal dalam pengembangan sarana dan prasarana karena dihadapkan dengan kendala terbenturnya dana dan adanya kekhawatiran pengambil alihan pengusahaan pariwisata dari pihak Perum Perhutani kepada pihak lain. Tetapi kalau pengelolaan dilakukan secara kolaborasi tidak perlu adanya rasa kekhawatiran. Berdasarkan hasil penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana, sarana dan prasarana yang diharapkan pengunjung yaitu berupa pusat informasi, penginapan, tempat sampah, kamar pemandian air panas, papan dan media interpretasi, warungkios cinderamata, shelter, kolam renang, angkutan khusus dan wartel. Maka di TWA Kawah Kamojang perlu dilakukan pengadaan sarana dan prasarana secara skala prioritas dengan mendahulukan jenis sarana dan prasarana yang sangat penting tanpa merusak fungsi kawasan. Penjagaan kebersihan lingkungan, melalui penyediaan tempat pembuangan sampah dan limbah dalam bentuk dan jumlah memadai serta dibentuk petugas kebersihan yang direkrut dari masyarakat sekitar. Sarana dan prasarana yang sudah ada perlu dilakukan pemeliharan untuk kelangsungan keberadannya. Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak boleh menunggu sampai rusak, seperti gapura yang tidak pernah dicat lagi Gambar 12 e dan shelter-shelter sudah tidak ada karena rusak tidak dipelihara. Pemeliharaan sarana dan prasarana harus rutin dilakukan jangan menunggu sampai rusak. Seperti yang dikemukakan oleh Jubenville et al. 1987, manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada pelaksanaan pemeliharaan kontinyu untuk memastikan jasa-jasa yang disediakan tapak menghasilkan pengalaman pengunjung yang aman dan berkualitas tinggi. Artinya bahwa segala fasilitas dan sarana prasarana harus terus menerus disediakan dengan kualitas standar yang memenuhi harapan pengunjung, intitusi pengambil kebijakan dan persyaratan keamanan untuk lokasi tapak berdasarkan spektrum kesempaatn rekreasi. Kegagalan pemeliharan akan menyebabkan penurunan kualitas pengalaman pengunjung. Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang baik harus dibuat perencanaan, penganggaran dana dan penyususnan program terlebih dahulu. Begitu juga yang dikemukakan oleh Jubenville et al. 1987, penyusunan program operasi pemeliharaan diperlukan untuk dapat melaksanakan rencana pemeliharaan dan melaksanakan pekerjaan prioritas tinggi secara efisien dan tepat waktu. Komponen yang diperlukan yaitu jadwal dasar persyaratan pemeliharaan dan operasi rutin, analisis biaya persyaratan pemeliharan dan operasi rutin serta membuat spread sheet yang menunjukkan distribusi dana operasi untuk tahun anggaran. H.2.10. Promosi dan Pemasaran Pemasaran merupakan syarat memadai wisata agar dapat mengundang pengunjung untuk datang ke suatu obyek. Promosi dan publikasi merupakan bentuk pemasaran yang memegang peranan penting. Soekadijo 2000, menjelaskan bahwa promosi merupakan kegiatan untuk lebih menyesuaikan permintaan dengan produk pariwisata. Begitu pula menurut Wahab 1989, penekanan dalam pemasaran yaitu pada permintaan karena pariwisata harus dimaklumi terutama konsumen pelanggan wisata merupakan unsur yang sangat penting. Kegiatan promosi dan pemasaran TWA Kawah Kamojang yang dapat dilakukan pengelola, seperti : a. Promosi langsung ke sekolah dan Perguruan Tinggi PT di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Dapat ditawarkan paket dalam promosi ini yaitu wisata pendidikan untuk berbagai tingkatan pendidikan. b. Promosi kerjasama dengan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesi Power kepada tamu-tamu dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke kedua industri besar tersebut. c. Promosi melalui pengunjung sendiri, pengunjung yang merasa puas serta pulang dengan membawa leaflet dan cinderamata dapat diharapkan akan meneruskan informasi kepada lingkungannya. Promosi ini menurut Soekadijo 2000 disebut promosi intern dan merupakan promosi yang paling efektif dan murah. d. Melakukan kebijakan produk wisata sesuai dengan apa yang dicari dan disukai oleh konsumen. Apa yang dicari dan disukai pengunjung itu tergantung dari motif perjalanan wisata. Motif pengunjung TWA Kawah Kamojang yaitu tujuannya untuk menikmati keindahan alam, pengobatan dan mengisi waktu luang dengan obyek yang disukai berupa kawah, air panas dan panorama alam serta kegiatan yang disukai yaitu mandi uap, berendam air panas, menikmati pemandangan dan berkemah Tabel 38, maka yang harus ditonjolkan dalam menawarkan produk wisata melalui promosi dan publikasi yaitu berupa motif- motif tersebut. e. Mengikutsertakan dalam pameran-pameran kepariwisataan, berupa foto-foto yang akan memberikan citra obyek TWA Kawah Kamojang maupun profil- profil pendukung seperti Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power. f. Mengadakan workshop tentang obyek wisata yang ada di Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, khususnya obyek wisata TWA Kawah Kamojang. g. Memberikan citra produk wisata yang sesuai dengan apa yang diharapkan pengunjung, sehingga pengunjung yang datang tidak kecewa. Menurut Wahab 1997, minat calon wisatawan dipengaruhi salah satunya oleh citra atau kebanggaan yang sangat mengikat dari produk yang ditawarkan. h. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, terutama biro-biro perjalanan serta pihak-pihak yang terkait dalam bidang pariwisata. i. Memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung. j. Penyebaran leaflet, booklet, stiker atau brosur pada tempat-tempat strategis, seperti di pusat kedatangan wisata, biro perjalanan dan sebagainya. k. Publikasi juga dapat dilakukan melalui media cetak koran dan majalah maupun media elektronika televisi, radio dan internet. Upaya ini ditempuh melalui membangun hubungan personal dengan beberapa wartawan media cetak dan elektronik. Membuat tulisan-tulisan, film dokumenter dan website yang dimuat di media massa. Film dokumenter didistribusikan ke berbagai pihak yang terkait dengan pemasaran paket-paket wisata, media elektonik dan biro-biro perjalanan. Melalui website diharapkan wisatawan dapat mengakses situs TWA Kawah Kamojang melalui internet. Informasi-informasi ini harus sedapat mungkin menunjukkan keunggulan obyek TWA Kawah Kamojang. l. Pemasangan billboard dan poster pada tempat-tempat strategis. H.2.11. Komunikasi dan Koordinasi antar Stakeholder Perlu ditingkatkan komunikasi dan pembinaan serta konsultasi baik teknis maupun hukum kepada para pemegang ijin pengusahaan pariwisata alam. Sehingga terjalin hubungan timbal balik bagi berbagai pihak. Pemerintah perlu mengusahakan penyempurnaan dan peningkatan koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan wisata alam, sehingga potensi obyek wisata yang terdapat di kawasan konservasi dimanfaatkan secara optimal. Begitu juga Ko 2001 menyatakan, perlu ditingkatkan koordinasi dalam pengelolaan obyek wisata alam. Lemahnya koordinasi antar-instansi lintas sektoral disebabkan karena belum adanya “aturan main” secara rinci dan menyeluruh. Hal ini penting dalam hubungannya dengan azas keterpaduan dalam pengelolaan obyek wisata alam atau kawasan konservasi. Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang terdiri dari instansi pemerintah BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, Pemerintah Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, swasta Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power, masyarakat Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dan lembaga pendukung Perguruan Tinggi, LSM, pencinta alam, pemerhati lingkungan dan peneliti. Setiap stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang mempunyai peranan masing-masing. Keterlibatan stakeholder tersebut dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Peranan stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang Perana Stakeholder o Unsu r-unsur Strategi Tujuan B KSDA Pe rum Perhutani P emda Perta mina dan PT. Indonesia Power K arang Taruna Le mbaga Pendukung Perlin dungan ekologis Perlindung an dan pelestarian SDA √ √ √ √ √ Identi fikasi flora, fauna dan geologi Mengetahu i potensi dan menjaga kelestarian flora dan fauna √ √ √ √ √ Siste m pergantian pimpinan Pemantapa n sistem pengelolaan √ √ Penge mbangan SDM Pelayanan pengunjung √ √ √ √ √ √ Siste m Pendanaan Efisiensi proses sistem pendanaan sehingga kegiatan operasional dapat rutin dilakukan √ √ √ Penge Variasi √ √ √ √ √ √ mbangan kegiatan wisata bentuk kegiatan wisata dan pemanfaatan optimal obyek wisata Pemb uatan paket wisata Menghinda ri persaingan dengan obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis di sekitar TWAKK √ √ √ √ √ √ Penga turan pengunjung Menjaga keselamatan pengunjung, ketertiban dan kelestarian SDA √ √ √ √ Penga daan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Pemenuhan kebutuhan dan pelayanan pengunjung √ √ √ √ √ √ Prom osi dan pemasaran Peningkata n pendapatan √ √ √ √ √ √ 1 Komu nikasi dan koordinasi antar stakeholder Terjalin hubungan timbal balik bagi berbagai pihak √ √ √ √ √ √ Pemerintah Daerah tidak dilibatkan dalam perlindungan ekologis dan identifikasi flora, fauna dan geologi karena akan sulit mengajak Pemerintah Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan yang lebih berperan dalam hal ini yaitu BKSDA, Perum Perhutani dan lembaga pendukung. Sistem pergantian pimpinan pengusahaan wisata alam dilakukan oleh Perum Perhutani karena pengusahaan wisata alam diserahkan kepada Perum Perhutani atas sepengetahuan BKSDA Jawa Barat II sebagai pengelola kawasan. Sistem pendanaan yang lebih berperan yaitu Perum Perhutani dan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang karena keterlibatannya dalam pengelolaan Bumi Perkemahan Kamojang. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ikut terlibat dalam pendanaan yaitu sebagai sponsor dana. Pemerintah Daerah dan lembaga pendukung tidak dilibatkan dalam pengaturan pengunjung karena tidak terlibat langsung di lapangan. VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan