Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Asumsi Klasik

56 Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi adalah uji Durbin Watson DW. Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson Hipotesis Keputusan Kriteria Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak 0 d dl dl d du 4 – dl d 4 4 – du d 4 – dl du d 4 - du Universitas Sumatera Utara 57 Hasil uji Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .505 a .255 .194 425.681889 2.355 a. Predictors: Constant, PBV, EPS, PER, BVS b. Dependent Variable: HARGA_SAHAM Sumber: data diolah oleh penulis, 2013 Pada tabel 4.5 diatas terlihat bahwa nilai Durbin Watson d sebesar 2,355. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin Watson yang terlihat pada tabel 4.6 dibawah dengan menggunakan tingkat signifikansi 5, jumlah pengamatan n 54 perusahaan, dan jumlah variabel independen 4 k = 4. Tabel 4.7 Tabel Durbin Watson N k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 dl du dl du dl Du dl du 54 1.5230 1.5983 1.4851 1.6383 1.4464 1.6800 1.4069 1.7234 Sumber: http:junaidichaniago.wordpress.com Berdasarkan tabel Durbin Watson diatas dapat diketahui bahwa nilai bawah dl sebesar 1,4069 dan nilai batas atas du sebesar 1,7234. Oleh karena itu nilai Durbin Watson dapat dinyatakan 2,2766 4 – du 2,355 d 2,5931 4 Universitas Sumatera Utara 58 – dl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi negatif, namun terjadi autokorelasi positif dengan melihat persamaan 0 2,355 d 1,4069 dl atau 1, 4069 dl 2,355 d 1,7234 du. Uji Durbin Watson bukanlah merupakan satu-satunya pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi. Pengujian lain yang dapat dilakukan adalah uji Breusch Godfrey BG. Pengambilan keputusan dalam uji Breusch Godfrey ini adalah sebagai berikut: a. Jika variabel Auto Lag menunjukkan probabilitas signifikan 0,05 maka terjadi autokorelasi. b. Jika variabel Auto Lag menunjukkan probablilitas signifikan 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil pengujian Breusch Godfrey dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Breusch Godfrey Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.107 121.699 .009 .993 EPS 1.931 1.978 .289 .976 .334 PER -.033 .581 -.009 -.056 .956 BVS -.194 .369 -.135 -.524 .603 PBV -2.804 14.123 -.033 -.199 .843 Auto -.315 .189 -.315 -1.668 .102 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: data diolah oleh penulis, 2013 Universitas Sumatera Utara 59 Hasil pengujian Breusch Godfrey pada tabel 4.7 memperlihatkan koefisien parameter untuk variabel Auto Lag menunjukkan probabilitas signifikan sebesar 0,102 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi. Berdasarkan hasil pengujian Durbin Watson dan Breusch Godfrey yang telah dijelaskan diatas maka peneliti memutuskan untuk menggunakan hasil uji Breusch Godfrey sebagai metode dalam mendeteksi masalah autokorelasi. Hal ini dikarenakan dalam uji Durbin Watson ketika nilai d berada diantara nilai dl dan du atau antara 4 – du dan 4 – dl keputusannya tidak dapat diketahui apakah mempunyai autokorelasi atau tidak. Dan dalam situasi tersebut peneliti tidak dapat menggunakan uji Durbin Watson sebagai metode dalam uji autokorelasi.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 77 105

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), PRICE TO BOOK VALUE (PBV), DAN PRICE EARNING RATIO (PER) Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Pada Industri Makanan dan Minuman

0 3 17

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share pada Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014).

1 4 35

Analisis Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Price To Book Value, Book Value Per Share, Price Earning Ratio dan Kepemilikan Institusional terhadap Harga Saham Perusahaan

0 0 14