Pendekatan Problem Posing KAJIAN TEORI

1 Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi cenderung mengendalikan jalannya diskusi. 2 Siswa yang mempunyai kemempuan renadah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi jika kembali ke kelompok asal. 3 Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan . 4 Siswa yang tidak terbiasa untuk mengikuti kompetisi akan merasa kesulitan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan urain diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran Jigsaw menggabungkan antara pembelajaran individu dan kelompok. Dalam pembelajaran ini siswa di tempatkan dalam kelompok yang heterogen yang dibentuk berdasarkan kemampuan siswa dalam kelas, pembentukan kelompok ada dua macam yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Hal tersebut memungkinkan peran aktif siswa dalam kelompok akan muncul. Utamanya pada saat siswa harus memahami pokok bahasan tertentudi kelompok ahli dan siswa bertanggung jawab nantinya menjelaskan kepada temannya di kelompok asal. Dengan adanya hal tersebut siswa akan saling bekerjasama dalam memberi informasi terkait penjelasan yang sudah dipelajarinya.

2.1.9 Pendekatan Problem Posing

Menurut Suryosubroto 2009 Problem posing atau yang disebut pengajuan masalah adalah salah satu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif. Dalam pembelajaran matematika, problem posing pengajuan soal menempati posisi yang strategis.Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika Suyitno, 2004. Silver dan Cai dalam Suyitno, 2004 menulis bahwa ”Problem posing is central important in the discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking”. Suryanto dalam Pujiastuti, 2001:3menjelaskan tentang problem posing adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang rumit. Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Suryosubroto 2009 mengatakan Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal berlatih soal secara mandiri. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut. 1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan. 2. Guru memberikan latihan soal secukupnya. 3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok. 4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa. 5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.Suyitno, 2004:31-32. Silver dan Cai dalam Suyitno, 2004 menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut. a. Pre solution posing Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya. b. Within solution posing Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan. c. Post solution posing Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis. Dalam model pembelajaran pengajuan soal problem posing siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika. Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai berikut. a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar. b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar. c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.Suyitno, 2003:7-8. Menurut Suryosubroto 2009: 206 – 212 Aplikasi pendekatan problem posing terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan afektif adalah sebagai berikut, penilaian ranah kognitif tingkatan dalam bertanya mulai dari tingkatan rendah ketingkatan tinggi adalah sebagai berikut: 1 Pertanyaan pengetahuan isi pertanyaan ini menurut jawaban hanya sesuai dengan fakta, hasil observasi, devinisi atau dalil yang pernah dipelajari. 2 Pertanyaan pemahaman Pertanyaan yang mengandung jawaban tentang kemampuan penjawab dalam mengorganisasikan suatu informasi secara mental. 3 Pertanyaan aplikasi Pertanyaan yang jawabannya mencakup ingatan kembali ke suatu informasi dan mengemukakannya kembali dengan kata-kata sendiri. 4 Pertanyaan analisis Pertanyaan yang jawabannya dimulai dari mengidentifikasi motif alasan atau penyebab kejadian spesifik, mempertimbangkan dan menganalisis informasi untuk mencapai kesimpulan, dan menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk mendapatkan bukti yang dapat menolak atau menunjang kesimpulan tersebut. 5 Pertanyaan sintesis Pertanyaan yang tidak mengharuskan adanya jawaban yang benar akan tetapi jawaban yang akan mempunya lebih banyak variasi dengan cara menggambarkan kemampuan menghasilkan bahan komunikasi yang asli, kemampuan membuat prediksi, serta kemampuan memecahkan permasalahan. 6 Pertanyaan evaluasi. Pertanyaan yang menggambarkan jawaban yang diinginkan adalah pemecahan masalah, ide-ide, tanggapan berdasarkan isu, berdasarkan criteria tertentu yang dipergunakannya. Dikarenakan criteria setiap orang berbeda-beda, maka akan diperoleh pula jawaban yang berbeda-beda pula. Sedangkan penilaian problem posing dalam ranah afektif lebih pada performance yang diharapkan adanya aspek menerima atau memperhatikan, aspek merespons, aspek menghargai, mengorganisasikan nilai dan mewatak. Kesimpulan dari ulasan problem posing diatas bahwa problem posing adalah pengajuanmasalah yang dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis, dialogis, kreatif serta interaktif.

2.1.10 Sintak Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw Berbasis Problem Posing

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TPS DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS IV SDN GAJAHMUNGKUR 02 SEMARANG

0 7 335

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 5 331

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA FLIPCHART PADA SISWA KELAS IV SDN MANGUNSARI SEMARANG

0 8 297

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Think Pair Share PADA SISWA KELAS VB SDN SAMPANGAN 02 KOTA SEMARANG

1 8 243

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SDN GEDANGAN REMBANG

0 3 229

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 02 SEMARANG

0 6 232

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbasis CD Pembelajaran Pada Siswa Kelas IV B SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang

0 9 199

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada Siswa Kelas IIIC SDN Petompon 02 Semarang

1 7 248

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Kelas II SDN Kandri 02 Semarang Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning.

0 1 1

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model pembelajaran Direct Instruction Pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 02 Semarang.

0 0 1