Dari spektrum FT – IR film pelapis kitosan – tepung biji aren dapat dilihat bahwa tidak ada penambahan gugus fungsi yang baru pada komposit film pelapis,
karena tidak terjadi reaksi melainkan interaksi. Derajat deasetilasi dari kitosan ditentukan dengan spektrum FT – IR , dengan
cara perhitungan sebagai berikut : A
1654,8
= log P
Po A
3386,8
= log P
Po = log
165 ,
28 41 =
= log 619
, 12
50 =
⎟⎟⎠ ⎞
⎜⎜⎝ ⎛
33 ,
1 100
3450 1655
x A
A
N- deasetilasi = 100 -
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
33 ,
1 100
619 ,
165 ,
x = 100 –
= 79,96 . Derajat deasetilasi kitosan adalah 79,96, dimana menurut Goosen 1997
harga derajat deasetilasi kitosan adalah pada jangkauan 70 sampai dengan 95. Gambar dari spektrum FT – IR dapat dilihat pada lampiran 13.
4.2.2.2. Analisis Scanning Electron Microscope SEM
Analisis SEM menunjukkan bentuk dan perubahan morfologi permukaan dari sampel yang dianalisis. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan suatu bahan
misalnya patahan, lekukan dan perubahan struktur dari permukaan maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang telah berubah tersebut
Universitas Sumatera Utara
dapat dipancarkan, dipantulkan dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya.
Gambar 4.12. Foto SEM dari Film Pati – Konjac Glukomanan – Gliserol ,
100-0-15; 90-10-15; 70-30-15; 50-50-15; 30-70-15; 10-90-15; dan 0- 100-15
Universitas Sumatera Utara
Foto SEM dengan perbesaran 2000 dan 5000 kali serta penampangnya dengan perbesaran 2000 kali dapat dilihat pada gambar 4.3, 4.4, dan 4.5. Dibandingkan dengan
film dari pati - konjac glukomanan yang telah dilakukan Chen et al., 2008 , hasil dari foto SEMnya dapat ditunjukkan pada gambar 4.12.
Dari foto SEM di atas dapat dilihat dengan semakin banyaknya konjac glukomanan maka permukaan dari film semakin halus, jika dibandingkan dengan film
kitosan – tepung biji aren juga memiliki permukaan yang halus Gambar 4.3. dan 4.4. karena di dalam tepung biji aren diyakini memiliki kadar mannan yang tinggi ,
khususnya galaktomanan Kooiman, 1971 .
4.2.2.3. Pengukuran Ketebalan Film Pelapis
Hasil pengukuran ketebalan film pelapis kitosan – tepung biji aren adalah 0,09 mm , yang diukur dengan alat mikrometer sekrup pada 5 posisi secara acak . Jika
dilakukan
Kitosan
dibandingkan dengan film pelapis Ca-Alginat Kitosan yang telah Sebayang et al., 2009 dapat ditunjukkan dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8. Harga Kekuatan Tarik dan Kemuluran dari Film Alginat – Sumber : Tesis Pascasarjana, Sebayang et al., 2009
Sampel Ketebalan mm
0,186
0,213 No
1 2
3 Ca Alginat - Kitosan
Ca Alginat - Kitosan + Gliserol 3 ml Ca Alginat - Kitosan + Gliserol 5 ml
0,133
Universitas Sumatera Utara
Jika dibandingkan dengan pembuatan edible film kitosan – tepung tapioka oleh Vasconez et al., 2009 dengan perbandingan kitosan : tepung tapioka 1 : 2 bb serta
menggunakan pemlastis gliserol 0,64 bb diperoleh ketebalan film 0,197 0,012
mm. Dari data di atas film pelapis kitosan – tepung biji aren lebih tipis dibandingkan
dengan film pelapis Ca Alginat – kitosan dan film pelapis kitosan – tepung tapioka dengan pemlastis gliserol , tetapi hal ini bukan merupakan suatu ukuran yang pasti
dikarenakan teknik penuangan dalam pembuatan film pelapis berbeda satu sama lainnya dimana bergantung pada jumlah larutan polimer yang dipakai dan kondisi
pengeringan.
4.2.2.4. Uji Kekuatan Tarik dan Kekuatan Regang