Perbandingan antara absorbansi pada υ = 1.655 cm
-1
serapan pita amida I dengan absorbansi pada
υ = 3.450 cm
-1
serapan gugus hidroksil diitung. Untuk N – deasetilasi kitin yang sempurna 100 diperoleh nilai A
1655
= 1,33. Pengukuran nilai absorbansi pada puncak yang terkait, derajat N-deasetilasi
dapat dihitung dengan cara : N – deasetilasi = 100 -
⎟⎟⎠ ⎞
⎜⎜⎝ ⎛
33 ,
1 100
3450 1655
x A
A
Sabins and Block, 1997 .
3.2.4. Karakterisasi Edible Film .3.2.4.1. Uji Scanning Electron Microscope SEM
Film pelapis kitosan – tepung biji aren dan film hasil biodegradasi ditentukan morfologi permukaannya dengan alat SEM JEOL JSM 6360LA dengan perbesaran
2000 x dan 5000 x serta penampangnya dengan perbesaran 2000 x.
3.2.4.2. Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan alat uji tarik terhadap spesimen dengan ketebalan dan ukuran yang sesuai dengan spesimen uji kekuatan tarik. Alat uji
tarik terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan tarik 50 mmmenit, kemudian spesimen dijepit kuat dengan penjepit dari alat. Lalu mesin
dihidupkan dan spesimen akan tertarik ke atas dan diamati sampai putus. Dicatat
Universitas Sumatera Utara
tegangan maksimum F
maks
dan regangannya. Data pengukuran regangan diubah menjadi kuat tarik
dan kemuluran ε
t
δ .
Harga kemuluran bahan dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini : Kemuluran
ε = 100
x lo
lo l
−
dimana : l – lo = Harga stroke ; lo = panjang awal Nilai kekuatan tarik bahan dihitung dengan persamaan :
Kekuatan tarik kgfmm
2
=
2
mm A
kgf tarik
beban nilai
dimana : A = luas permukaan yang mendapat beban .
3.2.4.3. Uji Ketebalan
Ketebalan Film pelapis diuji dengan alat mikrometer sekrup pada 5 sisi yang berbeda. Rata – rata dari ke lima sisi merupakan ketebalan sisi yang dihasilkan.
3.2.4.4. Uji Aktivitas Air
Pengujian aktivitas air ditentukan dengan kurva interpolasi, disiapkan beberapa larutan garam dengan pelarut aquadest, dimana aktivitas bahan yang akan diuji berada
diantara aktivitas larutan – larutan garam tersebut. Dimasukkan larutan – larutan tersebut ke dalam desikator, selanjutnya ditimbang film pelapis dengan berat yang
sama, dan diletakkan dalam desikator selama 24 jam. Kemudian ditimbang kembali film pelapis dan hasil penimbangan diplot dengan aktivitas larutan garam.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4.5. Uji Laju Transmisi Uap Air WVTR dengan Metode Dessicant
Uji laju transmisi uap air ditentukan dengan metode ASTM E 96E 96 M – 05 yaitu : tempat dish diisi dengan dessicant dengan ketebalan 6 mm dari spesimen dan
diberikan ruang yang cukup sehingga dish dapat digoyangkan setiap kali penimbangan untuk mencampur dessicant, kemudian ditimbang berat awal dessicant yang
diperlukan. Sampel diletakkan pada cawan dengan permukaan contoh uji yang berhadapan dengan udara yang lebih lembab dalam penggunaanya menghadap ke atas.
Tutup cawan diletakkan menghadap ke atas lalu diletakkan cincin logam sedemikian rupa sehingga bagian yang teralur menghadap ke atas. Sampel diletakkan ke dalam
tutup sehingga contoh uji tersebut duduk pada cincin logam, selanjutnya cincin karet diletakkan untuk sealing ke dalam tutup, sehingga cincin karet tersebut menekan
contoh uji pada tempatnya. Tutup cawan secara perlahan disekrup kemudian cawan ditimbang untuk mengetahui keadaan awal contoh uji. Contoh uji dimasukkan ke
dalam humidity chamber dan ditimbang cawan setiap jam dan pengujian dihentikan sebelum penyerapan air oleh dessicant melebihi 10 berat awal.
WVTR = GtA = GtA dimana : WVTR = Laju transmisi uap air, gjam.m
2
. G
= Perubahan berat dari garis lurus , g. t
= Waktu, jam A
= Area uji Luas Spesimen , m
2
Gt = Slope garis lurus, gh
Universitas Sumatera Utara
3.2.4.6. Uji Laju Respirasi Gas O