Jika dibandingkan dengan pembuatan edible film kitosan – tepung tapioka oleh Vasconez et al., 2009 dengan perbandingan kitosan : tepung tapioka 1 : 2 bb serta
menggunakan pemlastis gliserol 0,64 bb diperoleh ketebalan film 0,197 0,012
mm. Dari data di atas film pelapis kitosan – tepung biji aren lebih tipis dibandingkan
dengan film pelapis Ca Alginat – kitosan dan film pelapis kitosan – tepung tapioka dengan pemlastis gliserol , tetapi hal ini bukan merupakan suatu ukuran yang pasti
dikarenakan teknik penuangan dalam pembuatan film pelapis berbeda satu sama lainnya dimana bergantung pada jumlah larutan polimer yang dipakai dan kondisi
pengeringan.
4.2.2.4. Uji Kekuatan Tarik dan Kekuatan Regang
Hasil pengukuran kekuatan tarik dan kekuatan regang dari film pelapis kitosan – tepung biji aren dapat dilihat pada tabel 4.2. Hal ini menunjukkan kekuatan tarik
dari film pelapis yang rendah tetapi memiliki kekuatan regang yang baik apabila digunakan sebagai film pelapis.
4.2.2.5. Uji Aktivitas Air a
w
Aktivitas air merupakan salah satu parameter hidratasi yang sering diartikan sebagai air dalam bahan yang dapat digunakan untuk pertumbuhan jasad renik. Dari
tabel 4.3. dapat dilihat bahwa aktivitas air dari film pelapis kitosan – tepung biji aren masih di bawah batas ambang untuk pertumbuhan mikroba yaitu sebesar 0,486 ,
±
Universitas Sumatera Utara
dimana sebagian besar mikroba terutama bakteri tumbuh baik pada bahan pangan yang mempunyai a
w
0,9 – 0,97; khamir membutuhkan a
w
0,87 – 0,91 dan kapang membutuhkan a
w
0,8 – 0,91 Nurwantoro dan Abbas , 1997 .
4.2.2.6. Uji Laju Transmisi Uap Air
Umumnya nilai transmisi uap air film kemasan berguna untuk memperkirakan daya simpan produk yang dikemas. Komponen kimia alamiah berperan penting dalam
laju transmisi uap air . Polimer dengan polaritas tinggi polisakarida dan protein umumnya menghasilkan nilai transmisi uap air yang tinggi . Hal ini disebabkan
polimer mempunyai ikatan hidrogen yang besar sehingga tidak efektif menahan uap air Yamada, 1995.
Menurut Vasconez et al., 2009 pati tapioka memiliki nilai transmisi uap air yang lebih tinggi dibandingkan dengan film yang berbahan pati – kitosan , hal ini
dikarenakan sifat hidrofobik dari kitosan yang tinggi dan juga interaksi ikatan hidrogen antara tepung tapioka dan kitosan mengurangi kemampuan dari gugus hidrofilik,
sehingga mengurangi interaksi dengan molekul air. Menurut Buonocore et al., 2005, film yang berbahan dasar kitosan
mempunyai nilai laju transmisi uap air yang lebih rendah dibandingkan dengan film yang berbahan dasar biopolimer lain seperti kasein dan alginat.
Penambahan kitosan pada matrik tepung biji aren diyakini dapat menurunkan laju transmisi uap air yaitu dengan hasil uji yang cukup rendah 6,3844 gm
2
jam.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.7. Uji Laju Respirasi O