pertumbuhan mikroorganisme. Bahan kimia yang mematikan bakteri disebut
bakterisidal , sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan disebut
bakteristatik . Bahan antimikrobial dapat bersifat bakteristatik pada konsentrasi rendah,
namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi. Menurut Lay 1994 , bahan antimikrobial yang mampu menghambat atau
mematikan mikroorganisme disebut antimikrobial dengan kisaran luas broad spectrum antimicrobial . Sebaliknya bahan antimikrobial yang dapat menghambat
atau mematikan beberapa mikroorganisme disebut antimikrobial dengan kisaran sempit narrow spectrum antimikrobial .
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri Gram positif memiliki indeks antimikrobial yang lebih tinggi dari
bakteri bakteri Gram negatif lainnya.
4.2.3.2. Pengujian Aplikasi Film Pelapis sebagai Anti Mikroba
Dari perlakuan antimikroba sebagai pelapis diperoleh pertumbuhan mikroba yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan sampel tanpa pelapis selama selang
waktu pengamatan 0; 1; 2; 3; 5; 10; 15 dan 20 hari . Hal ini dikarenakan daya antimikroba dari kitosan tersebut. Kitosan bersifat antimikroba terhadap berbagai jenis
mikroorganisme target. Aktivitas sangat bervariasi dengan tipe dari kitosan, organisme target dan lingkungan dimana dilakukan aplikasi. Akibatnya, laporan literatur
dikatakan bahwa yeast dan mold adalah gugus paling sensitif, diikuti bakteri Gram positif dan akhirnya Gram negatif.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Lampiran 10 dapat dilihat pertumbuhan mikroorganisme pada ikan salmon , ikan salmon yang masih aman dimakan adalah pada perlakuan hari ke – 5
ikan yang dilapisi dengan film pelapis dengan acuan SNI sekitar 1 x 10
5
organisme g dan pada perlakuan hari ke – 1 ikan yang tidak dilapisi dengan film pelapis
dimana kondisi penyimpanan dilakukan dalam suhu 5 – 10 C.
4.2.3.3. Pengujian Biodegradasi Film Pelapis dengan jamur Aspergillus niger
Hasil pengujian secara visual terhadap spesimen yang diinkubasi dalam media PDA menggunakan jamur Aspergillus niger menunjukkan bahwa setelah beberapa hari
inkubasi terlihat bercak hitam pada film pelapis dan tidak hilang setelah pencucian . Pengujian biodegradasi film pelapis oleh jamur Aspergillus niger dilakukan
dengan melihat kehilangan berat pada spesimen. Data kehilangan berat sampel film pelapis dapat dilihat pada tabel 4.7. Dari data tersebut menunjukkan bahwa film
pelapis kitosan – tepung biji aren dapat terbiodegradasi dengan ditandai penurunan berat spesimen yang signifikan selama 21 hari masa inkubasi.
Dari spektrum FT – IR pada gambar 4.10 menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 3749, 62 cm
-1
dan 3425 cm
-1
adanya gugus – OH , 2924,09 cm
-1
C – H stretching , sp
3
, bilangan gelombang 1797 – 1951 cm
-1
menunjukkan adanya gugus karbonil aldehid yang diakibatkan oleh pengaruh hidrolisis enzimatis oleh
jamur dan bilangan gelombang 1627 cm
-1
menujukkan adanya deformasi dari gugus aminonya. dan pada bilangan gelombang 1080,14 dan 871,82 cm
-1
menunjukkan C- O pada ikatan C – O – C. Hidrolisis enzimatik dapat ditunjukkan pada gambar 4.13.
Universitas Sumatera Utara
Glukosa Glukosa
Polihidroksialkanal Etanadial
Poliol
Gambar 4.13. Hidrolisis Enzimatik dari a Pati b Selulosa Chandra and Rustgi, 1998
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN