PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NONFORMAL RPP Pengelolaan Penyelenggaran Pendidikan

Bagian Kelima Penjaminan Mutu Pasal 85 1 Penjaminan mutu dilakukan oleh setiap perguruan tinggi untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan jenjang pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan sebagai wujud akuntabilitas publik perguruan tinggi kepada para pemangku kepentingan. 2 Penjaminan mutu dilakukan secara berkelanjutan oleh perguruan itu sendiri dan dapat dibantu oleh lembaga lain. 3 Mutu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dijamin dengan memperhatikan: a. pelaksanaan visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi secara nyata; b. ketanggapan perguruan tinggi terhadap kebutuhan dan aspirasi pihak­pihak yang berkepentingan; c. kesesuaian penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar Nasional Pendidikan; dan d. kesesuaian penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan standar mutu internasional, bagi perguruan tinggi yang memiliki komitmen untuk bertaraf internasional. 4 Keberhasilan penjaminan mutu diukur dengan akreditasi yang menentukan kelayakan program danatau satuan pendidikan tinggi. 5 Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diukur atas dasar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat 3. 6 Akreditasi wajib bagi setiap program studi danatau satuan pendidikan tinggi yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi atau lembaga mandiri lain yang memenuhi persyaratan.

BAB IV PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Bagian Kesatu 60 Fungsi dan Tujuan Pasal 86 1 Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan untuk mengembangkan potensinya dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2 Pendidikan nonformal bertujuan untuk membentuk manusia yang memiliki kecakapan hidup, keterampilan, sikap wirausaha, dan kompetensi untuk bekerja dalam bidang tertentu, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Bagian Kedua Bentuk Satuan Pendidikan Pasal 87 Satuan pendidikan nonformal berbentuk: a. lembaga kursus; b. lembaga pelatihan; c. kelompok belajar; d. pusat kegiatan belajar masyarakat; e. majelis taklim; f. taman penitipan anak TPA; g. kelompok bermain KB; atau h. satuan pendidikan lain yang sejenis. Paragraf 1 Lembaga Kursus dan Lembaga Pelatihan Pasal 88 1 Lembaga kursus dan lembaga pelatihan menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan kecakapan hidup untuk 61 mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, berusaha mandiri danatau melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. 2 Peserta didik pada lembaga kursus dan lembaga pelatihan adalah warga masyarakat yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, menjadi pekerjaburuh danatau melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Paragraf 2 Kelompok Belajar Pasal 89 1 Kelompok belajar menyelenggarakan kegiatan untuk menampung dan memenuhi kebutuhan belajar sekelompok warga masyarakat yang belajar melalui jalur pendidikan nonformal. 2 Peserta didik pada kelompok belajar adalah warga masyarakat yang belajar untuk mengembangkan diri, bekerja danatau melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Paragraf 3 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Pasal 90 1 Pusat kegiatan belajar masyarakat memfasilitasi penyelenggaraan berbagai program pendidikan nonformal untuk mewujudkan masyarakat gemar belajar dalam rangka mengakomodasi kebutuhannya akan pendidikan sepanjang hayat, dan berazaskan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. 2 Peserta didik pada pusat kegiatan belajar masyarakat adalah warga masyarakat yang belajar untuk mengembangkan diri, bekerja danatau melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Paragraf 4 Majelis Taklim Pasal 91 1 Majelis taklim menyelenggarakan pembelajaran agama Islam untuk memenuhi berbagai kebutuhan belajar masyarakat pada jalur pendidikan nonformal. 2 Peserta didik pada majelis taklim adalah masyarakat muslim yang ingin belajar dan mendalami ajaran Islam dan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. 62 3 Majelis taklim sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang­undangan. Paragraf 5 Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain Pasal 92 1 Satuan pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk taman penitipan anak TPA, kelompok bermain KB, atau bentuk lain yang sejenis. 2 Peserta didik TPA atau bentuk lain yang sederajat berusia sejak lahir sampai dengan berusia 6 enam tahun. 3 Peserta didik KB atau bentuk lain yang sederajat berusia 2 dua tahun sampai dengan 4 empat tahun. Bagian Ketiga Program Pendidikan Pasal 93 Program pendidikan nonformal meliputi : a. pendidikan kecakapan hidup; b. pendidikan anak usia dini; c. pendidikan kepemudaan; d. pendidikan pemberdayaan perempuan; e. pendidikan keaksaraan; f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; g. pendidikan kesetaraan; serta h. pendidikan lainnya. Paragraf 1 Pendidikan Kecakapan Hidup Pasal 94 63 1 Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja, berusaha danatau hidup mandiri. 2 Pendidikan kecakapan hidup berfungsi meningkatkan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk menyiapkan peserta didik agar mampu bekerja, berusaha danatau hidup mandiri. 3 Pendidikan kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan program­program pendidikan nonformal lainnya danatau tersendiri. Paragraf 2 Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 95 1 Pendidikan anak usia dini jalur nonformal merupakan seperangkat program pembelajaran yang dilaksanakan secara fleksibel berdasarkan tahap perkembangan anak. 2 Program pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi peserta didik yang berusia 1 satu sampai 6 enam tahun diselenggarakan dengan mengupayakan kesiapan belajar peserta didik untuk memasuki pendidikan dasar. 3 Program pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan terbaik anak serta memperhatikan kecerdasan anak. 4 Pengembangan program pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing­masing peserta didik, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. 5 Pengembangan program pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus mengintegrasikan kebutuhan peserta didik terhadap kesehatan, gizi, dan stimulasi psikososial, termasuk kesejahteraannya. 6 Penyelenggaraan program pendidikan pada PAUD jalur nonformal dapat diintegrasikan dengan progam layanan lain yang sudah berkembang di masyarakat sebagai upaya untuk memperluas layanan PAUD kepada seluruh lapisan masyarakat. 64 7 Pengelompokan peserta didik untuk program pendidikan pada PAUD jalur nonformal disesuaikan dengan kebutuhan, usia, dan perkembangan anak. Paragraf 3 Pendidikan Kepemudaan Pasal 96 1 Pendidikan kepemudaan merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa. 2 Pendidikan kepemudaan berfungsi mengembangkan potensi pemuda dengan penekanan pada penguatan nilai keimanan dan ketaqwaan, wawasan, kebangsaan, etika dan kepribadian, estetika, ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap kewirausahaan, kepeloporan, serta kecakapan hidup bagi pemuda sebagai kader pemimpin bangsa. 3 Peserta didik pendidikan kepemudaan adalah warga masyarakat yang berusia antara 18 delapan belas sampai dengan 35 tiga puluh lima tahun. 4 Pendidikan kepemudaan mencakup berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan di bidang keagamaan, etika dan kepribadian, wawasan kebangsaan, organisasi pemuda, kepanduankepramukaan, seni dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan dan keolahragaan, kepeloporan, kepemimpinan, palang merah, pecinta alam dan lingkungan hidup, kecakapan hidup, dan kewirausahaan. Paragraf 4 Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Pasal 97 1 Pendidikan pemberdayaan perempuan merupakan pendidikan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan. 2 Pendidikan pemberdayaan perempuan berfungsi meningkatkan kemampuan perempuan dalam pengembangan potensi diri, nilai, sikap, dan estetika perempuan agar mampu memperoleh hak dasar kehidupan yang setara dan adil gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3 Pendidikan pemberdayaan perempuan bertujuan untuk: 65 a. peningkatan kedudukan, harkat, dan martabat perempuan; b. peningkatan akses dan partisipasi perempuan terhadap pendidikan; dan c. pencegahan terhadap pelanggaran hak­hak dasar perempuan. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan pemberdayaan perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Menteri. Paragraf 5 Pendidikan Keaksaraan Pasal 98 1 Pendidikan keaksaraan merupakan pendidikan bagi warga masyarakat yang buta aksara latin agar mereka dapat membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia dan berpengetahuan dasar untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 2 Pendidikan keaksaraan berfungsi memberikan kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia kepada peserta didik, yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari­hari. 3 Peserta didik pendidikan keaksaraan adalah warga masyarakat usia 15 lima belas tahun ke atas yang belum dapat membaca, menulis, berhitung danatau berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. 4 Pendidikan keaksaraan dilaksanakan terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup. Paragraf 6 Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja Pasal 99 1 Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai kebutuhan dunia kerja atau kebutuhannya untuk menjadi manusia produktif. 2 Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja berfungsi untuk 66 meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau kebutuhannya untuk menjadi manusia produktif. 3 Ketentuan mengenai pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja untuk memperoleh, meningkatkan danatau mengembangkan kompetensi tenaga kerja dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang­undangan. Paragraf 7 Pendidikan Kesetaraan Pasal 100 1 Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SDMI, SMPMTs, dan SMAMA yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C. 2 Pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai layanan jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur pendidikan nonformal. 3 Program Paket A berfungsi memberikan pendidikan umum setara SDMI, yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan fungsional serta sikap dan kepribadian profesional. 4 Peserta didik program Paket A merupakan anggota masyarakat yang berminat menempuh pendidikan setara SDMI. 5 Program Paket B berfungsi memberikan pendidikan umum setara SMPMTs, yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan fungsional serta sikap dan kepribadian profesional. 6 Peserta didik program Paket B merupakan anggota masyarakat yang telah lulus program Paket A atau SDMI yang berminat menempuh pendidikan setara SMPMTs. 7 Program Paket C berfungsi memberikan pendidikan umum setara SMAMA, yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan fungsional serta sikap dan kepribadian profesional. 8 Peserta didik program Paket C merupakan anggota masyarakat yang telah lulus program Paket B atau SMPMTs yang berminat menempuh pendidikan setara SMAMA. 9 Pendidikan kesetaraan dilaksanakan terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup. 67 Bagian Ketiga keempat Penyetaraan Hasil Pendidikan Pasal 101 1 Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil satuan atau program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah, dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 2 Proses penilaian penyetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan melalui ujian sesuai yang dipersyaratkan dalam Standar Nasional Pendidikan dan dinyatakan lulus setara dengan lulusan satuan pendidikan formal. 3 Pengakuan hasil pendidikan nonformal dalam bidang tertentu sebagai pengganti mata pelajaranmata kuliah dilakukan melalui penilaian terhadap bukti penguasaan kompetensi tertentu yang diperoleh dari lembaga pendidikan nonformal. 4 Untuk penempatan pada tingkat dalam satuan pendidikan, hasil pendidikan nonformal diakui sama dengan hasil satuan atau program pendidikan formal melalui tes penempatan danatau penilaian portofolio oleh satuan pendidikan formal yang bersangkutan. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian penyetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, pengakuan hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, dan tes penempatan danatau penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB V PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INFORMAL