dapat mengambil mata kuliah pada program studi yang sama atau berbeda pada perguruan tinggi yang sama atau perguruan tinggi
lain yang terakreditasi. 2 Peserta didik suatu program studi pada perguruan tinggi tertentu
dapat pindah program studi yang sama atau berbeda pada perguruan tinggi yang sama atau perguruan tinggi lain yang
terakreditasi sesuai persyaratan akademik program studi penerima.
3 Satuan kredit semester sks yang diperoleh peserta didik atau lulusan program studi tertentu dapat ditransfer untuk memenuhi
persyaratan beban sks program studi lain. 4 Kompetensi yang diperoleh peserta didik dari suatu satuan atau
program pendidikan nonformal terakreditasi dapat diperhitungkan untuk memenuhi sks program studi yang diambil.
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 diatur oleh masingmasing perguruan tinggi.
BAB XIV PERANSERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu Fungsi
Pasal 167 Peranserta masyarakat dalam pendidikan berfungsi meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Bagian Kedua Komponen Peranserta Masyarakat
Pasal 168 1
Peranserta masyarakat dalam pendidikan meliputi peranserta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
105
2 Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dapat berupa sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
3 Peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat.
4 Peranserta masyarakat dalam pengendalian mutu
pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup partisipasi dalam perencanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan yang dilaksanakan melalui:
a. dewan pendidikan tingkat nasional untuk semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan; b.
dewan pendidikan tingkat provinsi dan kabupatenkota dan komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pada pendidikan anak usia dini;
c. majelis wali amanah pada jalur pendidikan formal jenjang
pendidikan tinggi; dan d.
dewan pendidikan tingkat provinsi dan kabupatenkota dan komite pendidikan nonformal pada jalur pendidikan
nonformal. Pasal 169
1 Peranserta perseorangan, kelompok, dan keluarga sebagai
sumber pendidikan dapat berupa kontribusi pendidik dan tenaga kependidikan,
dana, sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan kepada satuan pendidikan baik formal maupun nonformal.
2 Peranserta organisasi profesi sebagai sumber pendidikan
dapat berupa penyediaan tenaga ahli dalam bidangnya dan narasumber dalam penyelenggaraan pendidikan formal maupun
nonformal. 3
Peranserta pengusaha sebagai sumber pendidikan dapat berupa penyediaan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan,
sumbangan dana, pemberian beasiswa kepada peserta didik, dan narasumber dalam penyelenggaraan pendidikan formal maupun
nonformal. 4
Peranserta organisasi kemasyarakatan sebagai sumber pendidikan dapat berupa pemberian beasiswa kepada peserta
106
didik, dan narasumber dalam penyelenggaraan pendidikan formal maupun nonformal secara terus menerus maupun sesekali waktu.
Pasal 170 1
Peranserta perseorangan, kelompok, atau keluarga sebagai pelaksana pendidikan dapat berupa partisipasi dalam pengelolaan
pendidikan. 2
Peranserta organisasi profesi sebagai pelaksana pendidikan dapat berupa pembentukan lembaga evaluasi danatau lembaga
akreditasi mandiri.
3 Peranserta pengusaha sebagai pelaksana pendidikan dapat
berupa pelaksanaan sistem magang, pendidikan sistem ganda, danatau kerja sama produksi dengan satuan pendidikan sebagai
institusi pasangan.
4 Peranserta organisasi kemasyarakatan sebagai pelaksana
pendidikan dapat berupa penyelenggaraan, pengelolaan, pengawasan, dan pembinaan satuan pendidikan.
Pasal 171 1 Peranserta pengusaha sebagai pengguna hasil pendidikan dapat
berupa kerja sama pengusaha dengan satuan pendidikan dalam penyediaan lapangan kerja bagi para lulusan, pemanfaatan hasil
penelitian dan pengembangan dari satuan pendidikan tinggi, dan kerja sama pengembangan jaringan informasi kebutuhan dunia
usaha dan dunia industri.
2 Pengusaha atau perusahaan dapat menyelenggarakan program riset dan pengembangannya bekerja sama dengan perguruan tinggi
di perusahaannya atau di perguruan tinggi yang bersangkutan.
Bagian Ketiga Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pasal 172 1
Pendidikan berbasis masyarakat dilaksanakan pada satuan pendidikan formal dan nonformal yang diselenggarakan oleh
masyarakat pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
2 Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan formal
dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan
107
sosialekonomi, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Pasal 173
Kurikulum, evaluasi, manajemen, dan pendanaan satuan pendidikan formal dan nonformal dengan kekhasan agama, lingkungan
sosioekonomi, dan budaya dikembangkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan masingmasing dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan. Pasal 174
1 Lembaga pendidikan berbasis masyarakat pada jalur
pendidikan formal dan nonformal dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumberdaya lain secara adil dan merata
dari Pemerintah, danatau bantuan asing. 2
Bantuan teknis, subsidi dana, dan sumberdaya lainnya secara adil dan merata sebagaimana dimaksud pada ayat 1
adalah perlakuan yang sama dari Pemerintah danatau pemerintah daerah pada satuansatuan pendidikan dan daerah
daerah yang membutuhkan bantuan tersebut sesuai kemampuan Pemerintah dan pemerintah daerah .
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara bantuan teknis,
subsidi dana, dan sumberdaya lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat Dewan Pendidikan
Pasal 175 1
Dewan Pendidikan Nasional berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan
dan arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan kepada Menteri, dalam proses perencanaan,
penyelenggaraan, dan evaluasi hasil pendidikan di tingkat nasional.
2 Dewan Pendidikan Provinsi berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan dan arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan kepada gubernur, dalam proses perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi hasil pendidikan di tingkat provinsi.
3 Dewan Pendidikan Kabupatenkota berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan
108
pertimbangan dan arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan kepada bupatiwalikota, dalam
proses perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi hasil pendidikan di tingkat kabupatenkota.
Pasal 176 1
Dewan pendidikan harus peka dalam memperhatikan keluhan, saran, kritik dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
2 Dewan pendidikan menyelenggarakan pertemuan dengan
masyarakat dalam rangka memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekurangkurangnya 2 dua
kali dalam setahun. Pasal 177
1 Dewan pendidikan dibentuk pada tingkat nasional,
provinsi, dan kabupatenkota. 2
Dewan pendidikan tidak mempunyai hubungan hirarkhis baik antara Dewan Pendidikan Nasional, Dewan Pendidikan
Provinsi, dan Dewan Pendidikan Kabupatenkota, maupun dengan lembaga pemerintahan.
3 Dewan Pendidikan Nasional, Dewan Pendidikan Provinsi,
dan Dewan Pendidikan Kabupatenkota memiliki hubungan koordinasi satu sama lain dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional.
4 Dewan pendidikan dapat mengadakan koordinasi dan kerja
sama dengan Majelis Wali Amanah, komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis, kepala satuan pendidikan, danatau
pihakpihak yang dibutuhkan dalam rangka mengupayakan peningkatan mutu layanan pendidikan.
Pasal 178 1
Keanggotaan dewan pendidikan berasal dari pakar pendidikan, praktisi pendidikan, tokoh masyarakat, pengusaha,
organisasi profesi dan organisasi sosial kemasyarakatan yang peduli pendidikan.
2 Masa jabatan keanggotaan dewan pendidikan adalah 5
lima tahun dan dapat dipilih kembali 1 satu kali masa jabatan.
109
3 Anggota dewan pendidikan diberhentikan sewaktuwaktu
apabila: a.
melakukan perbuatan pidana kejahatan; b.
mengundurkan diri; c.
meninggal dunia; atau d.
tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap. Pasal 179
1 Organisasi dan kepengurusan Dewan Pendidikan Nasional
ditetapkan oleh Menteri, Dewan Pendidikan Provinsi ditetapkan oleh gubernur, dan Dewan Pendidikan Kabupatenkota ditetapkan
oleh bupatiwalikota. 2
Susunan kepengurusan dewan pendidikan paling sedikit terdiri atas ketua dewan, sekretaris, bendahara, dan ketuaketua
komisi.
3 Anggota dewan pendidikan harus berjumlah gasal.
4 Anggota Dewan Pendidikan Nasional berjumlah paling
banyak 23 dua puluh tiga orang, Dewan Pendidikan Provinsi berjumlah paling banyak 17 tujuh belas orang, dan Dewan
Pendidikan Kabupatenkota berjumlah paling banyak 13 tiga belas orang.
5 Pembentukan komisikomisi pendidikan sesuai dengan
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. 6
Dalam melaksanakan tugasnya, dewan pendidikan membentuk sekretariat dan dapat mengikutsertakan tenaga ahli
untuk membantu kegiatan komisikomisi pendidikan. Pasal 180
1 Pemilihan anggota dewan pendidikan diselenggarakan oleh
panitia yang dibentuk oleh Menteri untuk tingkat nasional, gubernur untuk tingkat provinsi, dan bupatiwalikota untuk
tingkat kabupatenkota.
2 Panitia pemilihan anggota dewan pendidikan bekerja secara
independen yang terdiri atas: a.
7 tujuh orang untuk tingkat nasional dengan komposisi 3 tiga pakartokoh pendidikan, 2 dua tokoh masyarakat, dan
2 dua wakil Departemen Pendidikan Nasional eksekutif;
110
b. 5 lima orang untuk tingkat provinsi dan kabupatenkota
dengan komposisi 2 dua pakartokoh pendidikan, 2 dua tokoh masyarakat, dan 1 satu wakil Dinas Pendidikan
eksekutif; dan
c. Ketua dan sekretaris panitia pemilihan dipilih dari dan oleh
para anggota.
Pasal 181 1
Panitia pemilihan dewan pendidikan menerima masukan dari masyarakat tentang calon anggota dewan pendidikan
sekurangkurangnya 30 tiga puluh hari dan selamalamanya 60 enam puluh hari.
2 Atas dasar daftar nama calon anggota dewan pendidikan
yang diidentifikasikannya dan yang merupakan masukan masyarakat, panitia pemilihan dewan pendidikan mengusulkan
daftar calon anggota dewan pendidikan kepada pejabat yang berwenang, sekurangkurangnya 2 dua kali jumlah anggota
dewan pendidikan.
3 Panitia pemilihan Dewan Pendidikan Nasional melaporkan
hasil pemilihan calon anggota Dewan Pendidikan Nasional kepada Menteri, panitia pemilihan Dewan Pendidikan Provinsi melaporkan
hasil pemilihan calon anggota Dewan Pendidikan Provinsi kepada gubernur, dan panitia pemilihan Dewan Pendidikan
Kabupatenkota menyampaikan hasil pemilihan calon anggota Dewan Pendidikan Kabupatenkota kepada bupatiwalikota.
4 Menteri memilih dan menetapkan anggota Dewan
Pendidikan Nasional atas dasar hasil pemilihan calon anggota Dewan Pendidikan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 3,
gubernur memilih dan menetapkan anggota Dewan Pendidikan Provinsi atas dasar hasil pemilihan calon anggota Dewan
Pendidikan Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 3, bupatiwalikota memilih dan menetapkan anggota Dewan
Pendidikan Kabupatenkota atas dasar hasil pemilihan calon anggota Dewan Pendidikan Kabupatenkota sebagaimana
dimaksud pada ayat 3. 5
Kepengurusan dewan pendidikan dipilih oleh dan dari anggota dewan pendidikan masingmasing.
6 Prosedur pemilihan anggota dan kepengurusan dewan
pendidikan diinformasikan secara luas kepada masyarakat oleh panitia.
111
7 Setelah terbentuk kepengurusan, dewan pendidikan wajib
menyusun program kerja yang memuat antara lain tentang perencanaan, evaluasi program pendidikan, pertimbangan dan
arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan.
Pasal 182 1
Pendanaan dewan pendidikan nasional dapat berasal dari APBN atau sumber lain yang tidak mengikat.
2 Pendanaan dewan pendidikan provinsi dan dewan
pendidikan kabupatenkota dapat berasal dari APBD atau sumber lain yang tidak mengikat.
Pasal 183
1 Dewan pendidikan bertanggung jawab kepada publik. 2 Mekanisme pertanggungjawaban dewan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dilakukan melalui media komunikasi yang diterbitkan, brosur yang dicetak, atau media lain, dan disebarkan
kepada masyarakat. 3 Kegagalan dewan pendidikan dalam pertanggungjawaban publik
sebagaimana diatur pada ayat 1 dan ayat 2 dapat berakibat pemberhentian ketua danatau anggota dewan pendidikan oleh
pejabat yang menetapkannya.
Bagian Kelima Komite SekolahMadrasah
Paragraf 1 Fungsi dan Sifat
Pasal 184 1
Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis merupakan mitra satuan pendidikan yang bekerja secara mandiri.
2 Fungsi komite sekolahmadrasah adalah:
a. memberikan pertimbangan kepada satuan pendidikan
dalam pengelolaan pendidikan; b.
memberikan dukungan sumberdaya pendidikan kepada satuan pendidikan;
112
c. mengawasi penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan; d.
menjadi mediator yang melibatkan pendidik dan tenaga kependidikan; dan
e. menjadi mediator hubungan satuan pendidikan dengan
berbagai kelompok kepentingan di masyarakat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
3 Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
tidak mempunyai hubungan hirarkhis dengan dewan pendidikan maupun dengan lembaga pemerintahan.
4 Komite sekolahmadrasah dapat mengadakan koordinasi
dan kerja sama dengan dewan pendidikan, kepala satuan pendidikan atau pihakpihak yang dibutuhkan dalam rangka
mengupayakan peningkatan mutu layanan pendidikan.
5 Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
menyampaikan laporan akhir masa jabatan kepada orang tuawali peserta didik, kepala satuan pendidikan, danatau pihakpihak
yang terkait.
6 Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
dibentuk di satuan pendidikan atau gabungan satuan pendidikan formal atau pada pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
7 Bagi satuan pendidikan yang memiliki peserta didik kurang
dari 200 dua ratus maka komite sekolahmadrasahnya dapat bergabung dengan komite sekolahmadrasah dari satuan
pendidikan lain.
Pasal 185 1
Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis harus peka dalam memperhatikan keluhan, saran dan kritik, serta
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam upaya peningkatan mutu layanan pendidikan.
2 Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
menyelenggarakan pertemuan dengan masyarakat dalam rangka memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 sekurangkurangnya 2 dua kali dalam setahun. 3
Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis berperan memberikan pertimbangan dan arahan, dukungan
tenaga, sarana dan prasarana kepada penyelenggara satuan pendidikan, kepala satuan pendidikan, atau pihakpihak yang
113
relevan dalam proses perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi hasil pendidikan, dan pengawasan pendidikan di tingkat sekolah.
4 Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
sebagai perwakilan masyarakat menilai pertanggungjawaban kepala satuan pendidikan.
5 Untuk keperluan pertanggungjawaban sebagaiamana
dimaksud pada ayat 4 di bidang keuangan, komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis dapat menunjuk
akuntan publik. 6
Tata cara peranserta komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis dalam evaluasi dan pengawasan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri. 7
Komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis bersama Pemerintah atau dewan pendidikan dapat
menyebarluaskan hasil pengawasan secara terbuka sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Paragraf 2 Keanggotaan
Pasal 186
1 Komite sekolahmadrasah sekurangkurangnya terdiri atas
anggota masyarakat yang mewakili orang tuawali peserta didik, tokoh masyarakat, praktisi pendidikan, dan pendidik, yang
memiliki wawasan, kepedulian dan komitmen terhadap peningkatan mutu pendidikan.
2 Masa bakti anggota komite sekolahmadrasah adalah 4
empat tahun. 3
Keanggotaan komite sekolahmadrasah maksimal 2 dua masa bakti.
4 Anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang
sejenis tidak boleh merangkap sebagai pejabat kepala satuan pendidikan, pejabat struktural dalam pemerintahan, atau
fungsionaris partai politik. 5
Anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis dapat diberhentikan sewaktuwaktu karena:
114
a. melakukan perbuatan pidana kejahatan; dan b. melanggar ketentuan anggaran dasar.
6 Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diatur
dalam anggaran dasar komite sekolahmadrasah.
Paragraf 3 Persyaratan Anggota
Pasal 187 1
Persyaratan untuk menjadi anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis adalah anggota
masyarakat yang mempunyai pengalaman, komitmen, dan tanggung jawab dalam meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi,
dan efisiensi pada penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2 Anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang
sejenis berasal dari perseorangan atau perwakilan organisasi.
Paragraf 4 Struktur Organisasi dan Kepengurusan
Pasal 188 1 Organisasi dan kepengurusan komite sekolahmadrasah atau
nama lain yang sejenis pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah ditetapkan oleh bupatiwalikota.
2 Organisasi dan kepengurusan komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis pada jenjang dasar dan pendidikan
menengah yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi menjadi bertaraf internasional ditetapkan oleh gubernur.
3 Susunan kepengurusan komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis sekurangkurangnya terdiri atas ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota.
4 Jumlah anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis harus gasal, disesuaikan dengan kebutuhan, dan
jumlahnya sebanyakbanyaknya 9 sembilan orang. 5 Masa jabatan kepengurusan komite sekolahmadrasah atau nama
lain yang sejenis adalah 4 empat tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 dua kali secara berturutturut.
6 Masa kepengurusan komite sekolahmadrasah atau nama lain
115
yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dapat berakhir sebelum 4 empat tahun dan dapat diangkat pengurus pengganti.
Paragraf 5 Mekanisme Pemilihan
Pasal 189 1
Pemilihan anggota
komite sekolahmadrasah
diselenggarakan oleh panitia yang dibentuk oleh kepala satuan pendidikan dan orang tuawali peserta didik.
2 Panitia pemilihan anggota komite sekolahmadrasah atau
nama lain yang sejenis bekerja secara independen yang terdiri atas 5 lima orang yaitu 2 dua unsur pendidik guru, 2 dua unsur
orangtuawali peserta didik masyarakat, dan 1 satu unsur , dan diketuai oleh unsur masyarakat.
3 Pemilihan kepengurusan komite sekolahmadrasah dipilih
dari dan oleh anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis masingmasing.
4 Panitia menyampaikan nama anggota dan susunan
kepengurusan komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan
ayat 3 kepada kepala sekolah untuk ditetapkan, dan dilaporkan kepada kantor dinas yang menangani urusan pemerintahan di
bidang pendidikan sesuai kewenangannya. 5
Proses pemilihan dari awal sampai terbentuknya anggota komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis
diinformasikan kepada masyarakat oleh panitia.
Paragraf 6 Pendanaan
Pasal 190 1 Pendanaan operasional komite sekolahmadrasah atau nama lain
yang sejenis dapat berasal dari anggaran pendapatan dan belanja sekolahmadarasah dan sumber lain yang tidak mengikat.
2 Pengurus komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis bersama masyarakat mengusahakan pencarian sumber dana bagi
komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis.
116
Pasal 191 1 Komite sekolahmadrasah bertanggung jawab kepada publik.
2 Mekanisme pertanggungjawaban komite sekolahmadrasah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan melalui media
komunikasi yang diterbitkan, brosur yang dicetak, atau media lain, dan disebarkan kepada masyarakat.
3 Kegagalan komite sekolahmadrasah dalam pertanggungjawaban publik sebagaimana diatur pada ayat 1 dan ayat 2 dapat
berakibat pemberhentian ketua danatau anggota komite sekolahmadrasah oleh pejabat yang menetapkannya.
Bagian Keenam Larangan
Pasal 192 1 Dewan pendidikan danatau komite sekolahmadrasah atau nama
lain yang sejenis, baik perseorangan maupun kolektif, dilarang menjual buku pelajaran, pakaian seragam atau bahan pakaian
seragam di satuan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2 Dewan pendidikan danatau komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis, baik secara perseorangan maupun kolektif
dilarang memberikan bimbingan belajar atau les kepada peserta didik baik secara langsung maupun tidak dengan memungut
biaya.
3 Dewan pendidikan danatau komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis, baik perseorangan maupun kolektif, dilarang
mengintervensi seleksi calon peserta didik dan proses pembelajaran, serta tidak membebani atau mengambil keuntungan
dari satuan pendidikan. 4 Dewan pendidikan danatau komite sekolahmadrasah atau nama
lain yang sejenis, baik perseorangan maupun kolektif, dilarang melakukan pungutan kepada peserta didik baik secara langsung
maupun tidak langsung yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
5 Dewan pendidikan danatau komite sekolahmadrasah atau nama lain yang sejenis, baik perseorangan maupun kolektif, dilarang
melakukan segala sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang menciderai integritas evaluasi hasil belajar.
117
BAB XV PENGAWASAN