Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus

17 diperhatikan, maka pembelajaran keterampilan kolase untuk meningkatkan gerak motorik halus akan berjalan hasil yang baik.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian lainnya yang serupa. Penelitian tersebut di antaranya yaitu, Penelitian pertama dengan judul Meningkatkan Gerak Motorik Halus pada Jari-jari Tangan Melalui Ketrampilan Kolase Siswa Tuna Grahita Ringan Kelas II SLB C Shanti Yoga Klaten Tahun Pelajaran 20082009 oleh Yuni Sulistyaningsih, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010. Penelitian ini berjenis PTK dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan motorik halus yaitu: perolehan pra siklus atau kondisi awal sebelum tindakan skor 110 dengan rata-rata skor adalah 27,5 meningkat di siklus I sebesar skor rata-rata 32,5 yang berarti ada peningkatan skor rata-rata sebesar 5 dari siklus I perolehan skor 130 dengan rata-rata skor 32,5 pada siklus II yang berarti ada peningkatan rata-rata skor 2,5 dan peningkatan secara kumulatif dari pra siklus ke siklus II menjadi skor 180 dengan rata-rata skor 45 dengan peningkatan sebesar 12,5. Demikian dapat dilihat ada peningkatan klasikal per siklus dari pra siklus ke siklus I sebesar 18,1 dan siklus I ke siklus II sebesar 38,5. Sedangkan peningkatan secara kumulatif dari pra siklus ke siklus II meningkat sebesar 63,6. Penelitian kedua berjudul Upaya Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam. Penelitian ini dilakukan pada kelompok B di TK Pertiwi Prawatan Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 20112012 oleh Fatmi Nurhayati, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu 18 Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan motorik halus anak kelompok B di TK Pertiwi Prawatan Jogonalan Klaten. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase kemampuan motorik halus anak sebelum tindakan sampai dengan siklus III, yaitu sebelum tindakan 45,66, siklus I 47,44, siklus II 68,78, dan siklus III 86,47. Peningkatan kemampuan motorik halus dari sebelum tindakan sampai dengan siklus III sebesar 40,81 dan ketuntasan kemampuan motorik halus anak sampai dengan akhir siklus III telah mencapai target keberhasilan dengan nilai rata-rata 3,4 dalam kategori berhasil. Penelitian ketiga berjudul Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Membentuk Menggunkanan Adonan Tepung, Plastisin, dan Tanah Liat pada kelompok A di TK ABA Sukoharjo oleh Novianti Eka Purnama Sari, NIM 04207241015 Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Januari 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK dengan empat siklus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan 1 Pelaksanaan pembelajaran membentuk melalui tahap persiapan bahan dan alat, pelaksanaan kegiatan membentuk, menceritakan hasil karya, meletakkan karya di tempat yang telah disediakan. Rencana pembelajaran dan persiapan bahan alat dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan, 2 Jumlah anak yang melakukan kegiatan membentuk terhadap keterampilan motorik halus anak meningkat 6-82. 3 Reaksi anak saat melakukan kegiatan membentuk adalah antusias ketika akan melaksanakan tindakan, senang memegang bahan, senang membentuk, dan mampu menjelaskan objek yang dibuat. Pada akhir pelaksanaan tindakan sebanyak 12-17 anak telah menunjukkan reaksi-reaksi tersebut. 4 Hasil karya anak berupa bentuk tiga

Dokumen yang terkait

Status Kesehatan Gingiva Pada Penderita Sindroma Down di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) Temanggung

0 3 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SEBAGAI PERSIAPAN MENULIS PERMULAAN MELALUI KETERAMPILAN KOLASE PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 DI SLB NEGERI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

3 39 115

MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 69

(ABSTRAK) TES KESEGARAN JASMANI KELAYAN DEBIL BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 1 2

Ekspresi Perilaku Seksual Masa Pubertas Pada Remaja Penyandang Tunagrahita (Penelitian Pada Penerima Manfaat di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita “KARTINI” Temanggung).

0 0 1

(ABSTRAK) TES KESEGARAN JASMANI KELAYAN DEBIL BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 0 2

“Kebugaran Jasmani Kelayan Tingkat Ringan (Debil) di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) “KARTINI” Temanggung”.

0 0 1

DINAMIKA PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA KARTINI TEMANGGUNG TAHUN 1975-2012.

2 3 1

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK ANAK TUNAGRAHITA PROGRAM BIMBINGAN A DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG JAWA TENGAH.

1 2 267

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

1 6 73