Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah

8 sukar mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak tersebut. Sedangkan menurut M. Umardjani dalam Sutjihati S, 2006: 104-105, mengatakan bahwa “Perkembangan motorik anak tunagrahita tidak secepat anak normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak terbelakang mental atau tunagrahita yang memiliki MA Mental Age 3 tahun sampai dengan 12 tahun dalam kategori kurang sekali, sedangkan anak normal pada umur yang sama dengan kategori kurang.” Pendapat lainnya mengenai definisi tunagrahita dikemukakan oleh Muljono A. 1994: 19, yang menyebutkan bahwa “tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental mental retardation, yang arti harfiahnya dari perkataan tuna yang artinya merugi sedangkan grahita artinya pikiran. Tunagrahita ditandai oleh kelemahan dalam berpikir dan bernalar, akibatnya anak memiliki kemampuan dan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.” Berdasarkan pendapat- pendapat tersebut, maka dalam hal ini yang dimaksud dengan peserta didik tunagrahita adalah peserta didik yang mengalami perkembangan mental di bawah normal, mengalami hambatan dan gangguan dalam segala hal seperti keterbatasan motorik, sosial, intelegensi, penguasaan bahasa dan sebagainya sehingga memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

2. Klasifikasi Tunagrahita

Klasifikasi tunagrahita dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Berpijak dari konsep tersebut, ada beberapa klasifikasi tunagrahita menurut sudut 9 pandang beberapa ahli antara lain menurut Sutjihati S. 2006: 106, mengklasifikasikan tunagrahita sebagai berikut: a. Tunagrahita Ringan Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ anatara 68-52 menurut Binet, sedangkan Skala Weschler WISC memiliki IQ 69-55. Anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal. Perkembangan motorik anak tunagrahita mengalami keterlambatan, berdasarkan penelitian dalam Sutjihati Somantri, 1996: 88 menyatakan bahwa “Semakin rendah kemampuan intelek seseorang anak maka akan semakin rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya.” b. Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 Skala Weschler WISC. Anak terbelakang mental sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya. c. Tunagrahita Berat Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat severe memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan 39-25 menurut Skala Weschler WISC. Tunagrahita sangat berat Profound memiliki IQ di bawah 19 menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut Skala Weschler WISC. Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun. Berdasarkan uraian di atas, maka tunagrahita diklasifikasikan menjadi tunagrahita ringan yang disebut moron atau debil dengan IQ 68-52 berdasarkan skala Binet, tungrahita sedang dengan IQ 51-36 dan tunagrahita berat dengan IQ 32-20 serta tunagrahita sangat berat dengan IQ di bawah 19 menurut skala Binet. Klasifikasi tunagrahita menurut Muljono A. 1994: 24, berdasarkan klasifikasinya:

Dokumen yang terkait

Status Kesehatan Gingiva Pada Penderita Sindroma Down di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) Temanggung

0 3 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SEBAGAI PERSIAPAN MENULIS PERMULAAN MELALUI KETERAMPILAN KOLASE PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 DI SLB NEGERI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

3 39 115

MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA JARI – JARI TANGAN MELALUI KETRAMPILAN KOLASE SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II SLB C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 69

(ABSTRAK) TES KESEGARAN JASMANI KELAYAN DEBIL BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 1 2

Ekspresi Perilaku Seksual Masa Pubertas Pada Remaja Penyandang Tunagrahita (Penelitian Pada Penerima Manfaat di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita “KARTINI” Temanggung).

0 0 1

(ABSTRAK) TES KESEGARAN JASMANI KELAYAN DEBIL BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 0 2

“Kebugaran Jasmani Kelayan Tingkat Ringan (Debil) di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) “KARTINI” Temanggung”.

0 0 1

DINAMIKA PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA KARTINI TEMANGGUNG TAHUN 1975-2012.

2 3 1

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK ANAK TUNAGRAHITA PROGRAM BIMBINGAN A DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG JAWA TENGAH.

1 2 267

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

1 6 73