Konsep kegiatan AKSK Strategi Kegiatan AKSK

106 Kriteria pendamping belum jelas. Petunjuk teknis belum secara eksplisit mengatur kriteria dan kuali ikasi pada rekrutmen pendamping. Karena itu, di lapangan ditemukan pendamping dari unsur PSM, aparat desa, instansi sosial, dan instasnsi dari SKPD non instansi sosial. b. Kegiatan ekonomi masih dominan dibandingkan dengan kegiatan sosial. Hal ini sulit untuk dibedakan antara core business Kementerian Sosial dengan kementerian yang lain. c. Pemantapan pendamping belum cukup membekali kemampuan mereka dalam kegiatan pendampingan. Waktu maupun materi pada kegiatan pendamping belum memberikan pengetahuan yang memadai bagi pendamping tentang kegiatan AKSK. d. Monitoring dan evaluasi moneva belum didukung anggaran yang memadai. Moneva belum dilaksanakan secara serius, karena belum dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan alasan anggaran terbatas. e. Kegiatan AKSK didesain selama satu tahun. Waktu yang dialokasikan ini belum cukup untuk melakukan perubahan, terutama pada aspek sosial WDS.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

Kesejahteraan sosial dapat dicermati dalam tiga aspek utama, yaitu konsep, strategi dan dampak kegiatan AKSK dalam perspektif kesejahteraan sosial.

1. Konsep kegiatan AKSK

Fredlander 1980 yang dikutip oleh Adi 2008 mende inisikan kesejahteraan sosial sebagai : Sosial welfare is the organized of Sosial service and institutions, designed to aid individuals and group to attain satisfying standards of life and health kesejahteraan sosial merupakan sistem terorganisasi dari berbagai institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu 107 individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standard hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan. Kemudian di dalam Pre-Conference Working for the 15th Internatioal Conference of Sosial Welfare Sulistiati, 2004 yang dikutip oleh Huda 2009, mende inisikan kesejahteraan sosial sebagai keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Pada konteks kegiatan AKSK, desain kegiatannya menggambarkan sebuah sistem yang terorganisasi yang dilakukan oleh pemerintah baca : Kementerian Sosial RI. Kegiatan AKSK ini, konsep dasarnya dibangun oleh Kementerian Sosial RI, dan pada kegiatan teknis operasionalnya dilaksanakan oleh instansi sosial provinsi dan kabupatenkota. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Warga Dampingan Sosial, agar mereka tercegah tidak jatuh di bawah garis kemiskinan lagi akibat adanya goncangan dalam masyarakat. Secara konsep kegiatan AKSK sudah cukup memadai. Namun demikian, dalam implementasinya di lapangan, masih dihadapkan permasalahan, seperti koordinasi antara Kementerian Sosial dengan Instansi Sosial di daerah, dan Instansi Sosial di daerah dengan pihak-pihak terkait. Masih belum optimalnya pengorganisasian kegiatan dapat dilihat dari terlambatnya pencairan anggaran, rekrutmen pendamping, pelaporan, jenis UEP yang dikelola WDS dan penentuan strategi pemberdayaan.

2. Strategi Kegiatan AKSK

Sesuai amanat undang-undang, kesejahteran sosial bagi seluruh warga negara dapat terwujud dengan model pembangunan partisipatif. Model ini merupakan sebuah model pembangunan yang memadukan antara kebijakan pemerintah, dengan partisipasi aktif warga negara. Kewajiban pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dimaksud sebagaimana diatur di dalam 108 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu : mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa......”, dan Undang- Undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial. Di sisi lain, warga negara sebagai pelaku utama subject dalam kegiatan pembangunan, dan oleh karena itu hendaknya mampu berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembangunan tersebut. Berkaitan dengan tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut, perlu pergeseran pendekatan pembangunan masyarakat, dari pendekatan belas kasihan atau bersifat karitas, bergeser ke arah strategi pemberdayaan lihat Ginanjar, 1996. Strategi pemberdayaan tersebut di dalamnya mencakup tiga kegiatan, yaitu 1 pengembangkan potensi diri keluarga rentan melalui penciptaan situasi sosial yang kondusif. Kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu bimbingan memotivasi guna memberikan kesadaran bahwa keluarga rentan memiliki potensi yang dapat dikembangkan; 2 memperkuat potensi keluarga rentan melalui peningkatan pendidikan, derajat kesehatan dan serta akses kepada sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar; dan 3 memberikan perlindungan, membela dan berpihak bagi kepentingan kepada keluarga rentan. Diskusi mengenai pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dengan partisipasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Paul 1987 yang dikutip oleh Hikmat 2006, bahwa pemberdayaan dan partisipasi merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif warga negara ke dalam efektivitas, e isiensi dan sikap kemandirian. Kemudian menurut Craig dan Mayo 1995 yang dikutip oleh Hikmat 2006, partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Kemudian menurut Adi 2008 apabila masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai tahapan perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap 109 perubahan yang direncanakan oleh pelaku perubahan pemerintah, LSM, masyarakat cenderung akan menjadi lebih tergantung pada pelaku perubahan. Bila hal ini terjadi secara terus menerus, maka ketergantungan masyarakat pada pelaku perubahan akan menjadi semakin tinggi. Berdasar pada pemikiran di atas, bahwa ada alur yang jelas antara kesejahteraan sosial, pemberdayaan dan partisipasi. Kesejahteraan sosial bagi warga negara dapat diwujudkan dengan pendekatan pemberdayaan, yang dalam praktiknya meletakkan partisipasi oleh setiap warga negara di dalamnya. Pada konteks kegiatan AKSK, secara konseptual sudah mengakomodasi strategi pemberdayaan dan mengedepankan partisipasi WDS, yang keduanya merupakan hakikat dari kesejahteraan sosial. WDS difasilitasi untuk menyusun rencana, mengelola usaha kelompok dan kegiatan lain bersifat sosial secara mandiri dengan bimbingan pekerja sosial pendamping.

3. Dampak Kegiatan AKSK