101 d. Terminasi
Pada setiap program pemberdayaan sosial atau intervensi komunitas, baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat,
ada batas waktu akhir yang telah ditentukan di dalam perencanaan. Batas waktu akhir program tersebut di dalam perspektif pekerjaan
sosial dikenal dengan istilah terminasi. Batas akhir kegiatan AKSK pada akhir tahun anggaran atau
Desember. Berdasarkan tahun anggaran yang berlaku, kegiatan AKSK telah berakhir pada Desember 2009. Tetapi ketika memasuki
tahun anggaran 2010 program masih dilaksanakan dikarenakan ada keterlambatan pada pencairan anggaran. Sementara honor
pendamping sudah dibayarkan pada tahun anggaran 2009. Padahal, secara adimistrasi pada tahun 2010 itu telah memasuki
tahap terminasi. Selain tidak tepat waktu, pengakhiran program tidak ada
ketegasan dari instansi sosial. Tidak ada penyerahan secara resmi kepada pemerintah lokal, bahwa kegiatan AKSK telah selesasi,
dan tindak lanjut program tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah lokal. Program berakhir begitu saja, dan instansi sosial
mencari lokasi baru untuk program tahun anggaran berikutnya.
4. Aspek Produk
Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil akhir yang dicapai dari kegiatan AKSK. Produk mencakup dua sasaran,
yaitu secara kelompok dan secara individual. a. Secara Kelompok
Pada uraian sebelumnya dijelaskan, bahwa kegiatan AKSK merupakan program penanggulangan kemiskinan Klaster
II dan Klaster III. Sehubungan dengan itu, sasaran program menjadi dua, yaitu kelembagaan atau kelompoknya itu sendiri,
dan WDS secara individual. Produk yang dihasilkan oleh WDS
pada kegiatan AKS ini dapat dilihat dari dua kondisi, yaitu :
102 1 Kondisi Sosial
Setelah memperoleh kegiatan AKSK, pada umumnya WDS merasakan mendapatkan manfaat sosial, seperti
semakin mengenal warga masyarakat, memperoleh pengetahuan baru, permasalahan yang dihadapi WDS
dapat diselesaikan, dan semakin memperkuat kerukunan serta kepedulian terhadap rumah tangga yang tidak
memperoleh AKSK. Bentuk kepedulian WDS tersebut,
antara lain memberikan bimbingan UEP, dan memberikan kesempatan memperoleh pinjaman kas kelompok kepada
warga yang tidak memperoleh AKSK.
2 Kondisi Ekonomi Manfaat secara ekonomi bagi kelompok masih sangat
rendah. Sebagian besar kelompok secara ekonomi belum mengalami penambahan aset, dan sebagian
besar kelompok belum memiliki kas. Apalagi pada kasus Sumatera barat, dimana UEP dikelola secara individu,
sehingga semua keuntungan WDS, diambil seluruhnya
untuk pengelolaan UEP maupun memenuhi kebutuhan keluarga.
Kondisi sosial dan ekonomi pada WDS dalam kelompok, telah sesuai dengan perspektif sosiologis
yang dikembangkan oleh Iver and Page ini didukung oleh Cooley Soekanto, 1990, dimana dengan terbentuknya
kelompok, maka tujuan anggota secara individu akan menjadi tujuan kelompok. Dengan demikian, berdasarkan
pemikiran tersebut pendekatan menjadi lebih efektif
dalam pemberdayaan keluarga, karena di dalamnya kelompok tersebut terjadi proses belajar secara intensif
mengenai banyak hal, baik yang bersifat ekonomi, sosial
budaya maupun mentalmoral. Melalui sebuah kelompok, ambisi individu dapat dikendalikan dan sebaliknya
mengedepankan kepentingan bersama yang dicapai
secara bersama-sama.
103 b. Secara Individual
1 Kondisi Ekonomi Berdasarkan hasil perhitungan dengan statisitik,
bahwa kegiatan AKSK memberikan pengaruh terhadap kondisi ekonomi WDS. Dari total responden sebanyak 160
orang, pada kategori rendah terjadi penurunan sebesar 8.75 persen, pada kategori sedang terjadi kenaikan 8.13
persen dan pada kategori tinggi terjadi peningkatan
sebesar 0.62 persen. Apabila tabel 10 dibaca pada kolom sesudah
pemberdayaan, maka terdapat 83.75 persen yang masih termasuk kategori rendah, 15.63 persen termasuk
kategori sedang, dan 0.62 persen termasuk kategori tinggi. Interpretasi dari sebaran angka-angka tersebut
menunjukkan, bahwa keberhasilan kegiatan AKSK belum
maksimal. 2 Pemenuhan Kebutuhan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik, bahwa kegiatan AKSK memberikan pengaruh terhadap
pemenuhan WDS. Dari total responden sebanyak 160 orang, pada kategori rendah terjadi penurunan sebesar
4.38 persen, pada kategori sedang terjadi penurunan 9.38 persen, dan pada kategori tinggi terjadi peningkatan
sebesar 13.76 persen.
Apabila tabel 11 dibaca pada kolom sesudah pemberdayaan, maka terdapat 4.37 persen yang
masih termasuk kategori rendah, 50 persen termasuk kategori sedang, dan 45.63 persen termasuk kategori
tinggi. Interpretasi dari sebaran angka-angka tersebut menunjukkan, bahwa keberhasilan kegiatan AKSK belum
maksimal.
3 Kondisi Sosial psikologis Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik, bahwa
104 AKSK memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial WDS.
Dari total responden sebanyak 160 orang, pada kategori rendah tetap sebesar 0 persen, pada kategori sedang terjadi
penurunan sebesar 41.25 persen dan pada kategori tinggi
terjadi peningkatan sebesar 41.25 persen. Apabila tabel 12 dibaca pada kolom sesudah pemberdayaan,
maka terdapat 4,37 persen yang masih termasuk kategori rendah, 50 persen termasuk kategori sedang, dan 45,63
persen termasuk kategori tinggi. Interpretasi dari sebaran angka-angka tersebut menunjukkan, bahwa secara statistik
keberhasilan kegiatan sudah maksimal. Namun demikian apabila dicermati dari skor-skor yang muncul, kenaikan dari
kategori sedang menjadi kategori tinggi masih berada di atas
sedikit garis batas kategori sedang. Artinya, meskipun seluruh respoden pada aspek sosial psikologis tersebut kategori
tinggi, tetapi posisinya masih labil.
Berdasarkan analisis kinerja program tersebut, kegiatan AKSK memiliki kekuatan dan kelemahanan, yaitu :
1. Kekuatan AKSK