Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Terminasi

69 Tambahan penghasilan sebesar tersebut cukup kecil, dibandingkan dengan modal awal yang disiapkan oleh Kementerian Sosial RI sebesar RP. 1.4 juta per orang, waktu dan tenaga yang dicurahkan WDS untuk mengelola UEP.

c. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Monitoring, evaluasi dan pelaporan merupakan bagian dari menajemen program yang dilaksanakan sebagai upaya pengendalian, agar proses dan hasil dari pelaksanaan AKSK tercapai sesuai rencana. Penanggung jawab dan pelaksanaan program serta pendamping provinsi, kebupaten dan desa menyatakan, bahwa monev penting dilaksanakan, dan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan program. Berdasarkan hasil monev, dapat diketahui kekuatan dan kelemahan kegiatan AKSK di lapangan. Pada umumnya pengendalian telah dilaksanakan secara berjenjang mulai dari provinsi, kabupaten dan desa. Temuan penelitian, menunjukkan bahwa masih belum ada kesungguhan Daerah untuk melaksanakan pengendalian kegiatan pada AKSK. Instansi sosial provinsi maupun kabupaten melakukan moneva secara insidental, dengan alasan terbatasnya anggaran. Pada Kasus Sumatera Barat dan Jawa Timur, meskipun honor pendamping desa rendah, yaitu Rp. 235.000, pendamping aktif melakukan monitoring dari kelompok ke kelompok. Sedangkan monitoring dan evaluasi dalam bentuk pertemuan seluruh kelompok, dilaksanakan sebulan sekali. Pada kasus di lokasi penelitian lain, monitoring dilaksanakan bersamaan dengan monitoring pada kegiatan yang lain. Dokumen hasil moneva lebih pada aspek administratif, dan belum menyajikan aspek fungsional dari implementasi AKSK. Format pelaporan belum ada keseragaman dan materi pelaporan, berbeda-beda antar masing-masing komponen. Hal ini menyebabkan hasil pengendalian sulit dianalisis. 70

d. Terminasi

Istilah terminasi sangat dikenal di dalam intervensi pekerjaan sosial, baik mikro, messo maupun makro. Terminasi merupakan tahap pengakhiran kegiatan, karena semua tahapan telah dilalui sesuai waktu yang direncanakan, dan tujuan dari intervensi tersebut telah tercapai. AKSK sebagai model dari intervensi pekerjaan sosial, tentunya pada akhir proses pemberdayaan menetapkan terminasi. Temuan lapangan menunjukkan, bahwa akhir dari implementasi AKSK tidak ada kejelasan dan tidak ada program tindak lanjut bagi WDS. Padahal, mereka secara administratif telah selesai dari proses pemberdayaan atau sudah pada tahap terminasi. Di lapangan yang terjadi, bahwa setelah selesai pemberdayaan selama satu tahun atau telah memasuki tahap terminasi, WDS dan para pendamping sosial desa lepas oleh instansi sosial. Kemudian instansi sosial daerah mencari lokasi baru untuk program tahun berikutnya, dan begitu seterusnya.

B. PENGARUH KEGIATAN AKSK TERHADAP

KESEJAHTERAAN KELUARGA Aspek produk dalam penelitian ini mencakup dua sasaran, yaitu kondisi akhir kelompok, dan WDS setelah mereka menerima kegiatan AKSK. Kedua sasaran pada aspek produk ini perlu dicermati untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang pengaruh dari implementasi kegiatan AKSK.

1. Secara Kelompok

Usaha kelompok sesungguhnya dirancang bukan sekedar wadah kegiatan sekelompok orang, tetapi sebagai implementasi metode bimbingan kelompok groupwork pada intervensi pekerjaan sosial. Melalui kelompok setiap individu akan mengalami proses belajar, baik hal-hal yang berkaitan dengan aspek ekonomi maupun sosial. Namun demikian, implementasi kegiatan AKSK, ketika di lapangan kelompok dipahami sebatas ”wadah kegiatan bersama”. Oleh karena itu, ada kecenderungan terbentuknya kelompok sebagai sarana untuk mengelola satu jenis usaha yang dikelola secara bersama-sama.