Keluarga rentan Stimulan Input

57 dengan lingkungan geogra is, yaitu pada ternak kambing di ekor kambing tinggal 8 ekor, dan pada satu kelompok lagi terdapat 6 ekor seluruhnya mati, karena daerah tersebut rawan banjir air asam yang merendam kandang kambing.

2. Input

Prinsip pada sistem manajemen dalam proses produksi, apabila bahan dasar row material yang dimasukkan ke dalam mesin produksi berupa sampah, maka hasil yang akan dikeluarkan akan berupa sampah pula. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan bahan dasar atau input yang akan diproses, yaitu keluarga rentan, pendamping, programkegiatan, dan anggaran.

a. Keluarga rentan

Penerima kegiatan AKSK adalah keluarga dewasa perkawinan di atas 5 tahun dalam kategori rentan dan mempunyai embrio usaha ekonomis produktif, terutama keluarga yang masuk kelompok Rumah Tangga Miskin kode M dan rumah Tangga Hampir Miskin kode H lihat Dit PK, 2010. Pedoman AKSK cukup longgar dalam menentukan kriteria sasaran kegiatan. Tidak secara tegas disebutkan identitas yang dipersyaratkan seperti kedudukan dalam rumah tangga, umur, status kependudukan dan lain-lain. Oleh karena itu, penanggujang jawab, pelaksana dan pendamping membuat ukuran sendiri sesuai dengan pemahamannya.

b. Stimulan

Walaupun di dalam petunjuk teknis Dit PK, 2010, stimulan bukan tujuan akhir, tetapi pada prakteknya kegiatan AKSK lebih menonjol aspek ekonominya dibandingkan dengan aspek sosialnya. Setiap WDS mengembangkan usaha ekonomis produktif UEP yang dikelola secara individu maupun kelompok. 58 Di Sulawesi Utara, UEP dikelola secara kelompok dengan jenis usaha yang sama. Jenis UEP yang dikelola secara kelompok oleh WDS, yaitu penyewaan peralatan catering, peralatan pembuatan kue-kue dan nelayan. Peralatan ditempatkan di salah satu anggota atau ketua kelompok berdasarkan hasil musawarah, dengan pertimbangan peralatan tersebut aman dan mudah diambil bila sewaktu-waktu digunakan. Dari empat kelompok, satu kelompok dimana jenis bantuannya kurang sesuai. Tetapi bantuan yang berupa peralatan catering tersebut tetap dapat digunakan atau disewakan, dan kelompok memperoleh penghasilan dari sewa peralatan tersebut. Di Sumatera Barat, UEP dikelola secara individu, sehingga jenis usahanya berbeda-beda pada setiap penerima AKSK. Jenis UEP yang dikelola WDS secara individu, yaitu dagang sembako, kue- kue, ternak kambing, dagang sayuran, meubeler, dan kelengkapan rumah tangga sarung bantal, sprei, badcover, asesoris dan pakaian adat. Bantuan dinilai WDS sudah sesuai, karena dalam bentuk uang tunai. WDS merasakan keleluasaan dalam memanfaatkan dana tunai tersebut untuk kegiatan usaha yang dikelolanya. Karena berupa dana tunai, maka WDS bisa mengelola UEP lebih dari satu jenis, seperti jual makanan dan ternak kambing. Di Kalimantan Selatan, satu kelompok mengelola UEP secara individu, dan empat kelompok mengelola UEP dengan jenis usaha yang sama. Jenis UEP yang dikelola WDS, yaitu ternak kambing, mesin perontok padi, bantuan sarana usaha sepeda, gerobak, dan warungansembako. Bantuan UEP sudah sesuai dengan proposal yang dibuat oleh WDS. Tetapi karena tidak didahului dengan studi kelayakan, maka, ditemukan permasalahan dalam pengelolaan UEP tersebut. Secara ekonomi, bantuan sarana usaha dalam bentuk sepeda dan gerobak, memberikan keuntungan bagi WDS dalam bentuk menekan pengeluaran rutin WDS. Adanya bantuan sepeda dan gerobak, menekan pengeluaran WDS antar Rp. 120.000 – Rp. 150.000 per bulan. Pada UEP penyewaan perontok 59 padi, belum memberikan hasil bagi WDS, karena bantuan perontok padi tersebut diterima WDS, ketika musim panen sudah lewat. Kemudian pada UEP ternak kambing, juga belum memberikan hasil bagi WDS. Modal awal yang berupa kambing sebagian besar mati, karena kambing-kambing tersebut ditempatkan di lokasi rawan banjir, sakit dan WDS tidak paham beternak kambing. Gagalnya WDS mengelola UEP ternak kambing ini, membuat WDS patah semangat untuk mengenola UEP dari bantuan pemerintah. Di Jawa Timur, UEP dikelola secara individu dengan jenis usaha, yaitu warung sembako, dan aneka makanan ringan, tanaman obat dan ternak kambing. Bantun UEP yang dikelola oleh WDS memang sudah sesuai dengan proposal yang disusun oleh mereka. UEP tersebut sifatnya pengembangan dari usaha anyaman bambu yang menjadi mata pencaharian WDS. UEP yang dikelola WDS tersebut sudah memberikan keuntungan secara ekonomi. Sementara itu pada UEP ternak kambing, kurang berhasil, karena sebagian kambing terserang cikungunya dan kudisan. Meskipun ada kambing yang melahirkan, tetapi juga ada yang mati.

c. Pendamping