61 didampingi berjumlah 40 orang. Di Kalimatan Selatan, dua
orang pendamping direkrut dari kepala desa dan pegawai Diknas yang mendampingi 40 orang WDS. Kemudian
pada kasus Jawa Timur, 2 dua orang pendamping dari unsur aparat desa, tokoh masyarakat masing-masing
mendampingi 40 orang WDS. 5. Implementasi AKSK secara administratif selama 12 bulan.
Namun demikian, hanya selama enam bulan kegiatan pendampingan yang difasilitasi oleh Kementerian Sosial
RI, yaitu Juli - Desember 2009. Pendamping menerima honor per bulan sebesar Rp 250.000 dipotong pajak
15 persen, sehingga menerima bersih Rp. 235.000. per bulan. Padahal pada praktiknya di lapangan, program
tahun 2009 masih berlangsung hingga tahun 2010, karena terjadi keterlambatan ketika penyaluran bantuan UEP.
Oleh karena itu, pendamping masih diperlukan untuk memberikan pendampingan kepada WDS. Besarnya honor
yang diterima oleh pendamping sebesar Rp. 235.000, apabila dikaitkan dengan beban kerja pendamping dan
luasnya wilayah kerja, tentu tidak berarti apa-apa.
d. Komponen Kegiatan
Pedoman Teknis tidak secara eksplisit mengatur langkah- langkah atau alur kegiatan AKSK, dimana kegiatan tersebut
melibatkan unsur aparat desakelurahan, instansi sosial kabupaten dan kota serta instansi sosial provinsi.
Alur kegiatan AKSK dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pendaftaran dan seleksi data, serta penentuan calon
penerima AKSK. 2. Pengajuan daftar lokasi dan sasaran AKSK kepada instansi
sosial kabuptenkota, yang diteruskan kepada instansi sosial provinsi.
62 3. Penyiapan bahan dan dokumen kegiatan di lokasi.
4. Rekrutmen pendamping. 5. Pemantapan pendamping dan penyiapan kondisi WDS.
6. Pendampingan. 7. Pemantapan WDS.
8. Penyusunan proposal oleh WDS, 9. Penyaluran bantuan usaha ekonomis produktif UEP.
10. Pengendalian yang di dalamnya dilaksanakan kegiatan pemantauan, monitroing dan pelaproan.
Mencermati alur kegiatan AKSK tersebut, ada kegiatan yang tidak disajikan secara tegas, padahal kegiatan tersebut sangat
perlu. Kegiatan dimaksud, yaitu rekrutmen dan pemantapan tenaga pendamping. Ketidaktegasan ini menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda pada penanggung jawab dan pelaksana kegiatan serta pendamping.
e. Anggaran
AKSK merupakan kegiatan pemberdayaan keluarga yang diarahkan pada optimalisasi peran dan fungsi keluarga,
menitikberatkan pada upaya penyadaran sosial keluarga. Namun demikian, di lapangan aktivitas ekonomi lebih
dominan daripada aktivitas sosialnya. Padahal, sesungguhnya bantuan UEP dimaksudkan sebagai strategi pemberdayaan
keluarga, dan pada akhirnya diharapkan mendorong aktivitas sosial WDS. Bantuan UEP diberikan bersifat hibah murni,
tanpa syarat dan tanpa penjaminan apapun.
Pada kegiatan AKS ini, teralokasikan anggaran setiap WDS Rp. 1,4 juta. Anggaran tersebut sudah memadai apabila
kegiatan AKSK sifatnya pengembangan aktivitas ekonomi WDS yang telah dirintis sebelumnya. Meskipun pada praktiknya
lain, dimana hampir separuh WDS belum memiliki embrio atau UEP sebelum menerima AKSK.
63
3. Proses