113
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Pada bab-bab sebelumnya telah dideskripsikan temuan-temuan lapangan, dan dilakukan analisis terhadap keempat aspek penelitian,
yaitu aspek konteks, input, proses dan produk. Berdasarkan deskripsi temuan lapangan di empat provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Sumatera
Barat, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Program AKSK
a. Konteks 1 Instrumentasi program
Penyelengaraan AKSK
telah dibekali
dengan pedoman teknis bagi penanggung jawab, pelaksana dan
pendamping. Namun demikian ada persoalan jumlah dan distribusi pada pedoman teknis tersebut. Selain
itu menurut pelaksana pedoman teknis memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lokal.
2 Penyelenggara Program Mutasi internal di lingkungan instansi sosial maupun
eksternal di daerah dan masih adanya ego sektoral, menyebabkan penyelenggaraan AKSK masih menghadapi
permasalahan di lapangan.
3 Otoritas Lokal Kepala desalurah mengikuti secara langsung
implementasi kegiatan AKSK, mulai persiapan sampai kegiatan akhir
114 4 Dukungan Masyarakat
Masyarakat memberikan
dukungan terhadap
penyelenggaraan kegiatan AKSK, dan sekaligus sudah memanfaatkan kegiatan AKSK.
5 Lingkungan isikgeogra is Pada umumnya kondisi lingkungan isikgeogra is,
baik sebagai media usaha peternakan, pertanian, perikanan, kerajinan, dan infrastruktur mendukung
kegiatan AKSK.
b. Input 1 Keluarga Rentan klien
Sebagian besar WDS telah sesuai kuali ikasi yang telah ditentukan, yaitu kelompok rentan RTM dan RTHM. Akan
tetapi terjadi bias, ketika Daerah melakukan rekruitmen WDS perempuan, yang sama persis dengan sasaran pada
kegiatan pemberdayaan perempuan.
2 Bantuan UEP Bantuan UEP dimaksudkan untuk meningkatkan
kondisi Sosial ekonomi RTM dan RTHM. Bantuan diterima oleh WDS dalam bentuk barang atau peralatan kerja dan
dalam bentuk uang tunai yang ditransfer ke rekening kelompok WDS melalui jasa perbankan.
3 Pendamping Pada umumnya pendamping belum melaksanakan
tugasnya dengan baik, karena : 1 masa kerja secara administratif sesudah habis pada Desember 2009, 2
kompetensi masih relatif rendah, 3 kesibukan tugas-
tugas sehari-hari, dan 4 mulai ada kecemburuan berkenaan dengan honor yang diterima jauh lebih rendah
dibanding dengan honor yang diterima pendamping pada
program pemberdayaan FM dan PKH.
115 4 Komponen Kegiatan
Pelatihan pendamping masih belum memadai, belum memberikan pengetahuan dan keterampilan sosial dalam
pendampingan. 5 Anggaran
Sebagian anggaran terserap untuk kegiatan UEP. Sementara anggaran untuk bimbingan sosial WDS dan
pemantapan pendamping masih sangat rendah. c. Proses
1 Tahap awal Pada tahap awal ini diawali dengan pemetaan sosial
dalam upaya mendapatkan data calon penerima kegiatan AKSK. Kemudian pengajuan daftar lokasi dan sasaran
AKSK kepada instansi sosial kabuptenkota, yang diteruskan kepada instansi sosial provinsi, penyiapan
bahan dan dokumen kegiatan di lokasi, dan penyiapan
kondisi sosial penerima AKSK, termasuk pembentukan kelompok usaha.
2 Tahap Pelaksanaan Alternatif penyaluran stimulan usaha ekonomis
produktif UEP melalui dua sistem, yaitu :
Sistem rekanan Dua dari empat provinsi yang menjadi lokasi
penelitian, menggunakan model penyaluran bantuan UEP melalui sistem rekanan.
Sistem cash transfer ke rekening kelompok Dua dari empat provinsi yang menjadi lokasi penelitian
menggunakan model penyaluran bantuan UEP dalam bentuk uang tunai ke rekening kelompok.
Pengelolaan UEP dilaksanakan dalam dua cara, yaitu :
Usaha dikelola secara perorangan, tetapi membentuk kelompok kecil.
116
Pengelolaan usaha
dikerjakan bersama-sama
berkelompok 10 orang . Sebagian besar WDS, baik yang mengelola UEP secara
individual maupun kelompok belum menyiapkan administrasi kegiatan. Pertemuan dan pertemuan
pendamping dilaksanaan bersamaan, sekali dalam sebulan. Pengelolaan hasil usaha sesuai dengan cara
pengelolaan UEP, yaitu :
Bagi usaha yang dikelola secara perorangan, hasilnya langsung diambil oleh pengelola perorangan.
Bagi usaha yang dikelola secara kelompok, hasilnya dibagi sama besar kepada 10 orang anggota, setelah
dikurangi biaya operasional. Sebagian besar UEP secara ekonomi baru mampu membagi hasil berkisar
Rp. 20.000 – Rp. 30.000 per bulan. 3 Monitoring dan evaluasi belum dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh. Instansi sosial di daerah belum menganggap penting kegiatan ini dalam siklus perencanaan
program. Kemudian
terminasi atau
pengakhiran pelaksanaan AKSK tidak ada kejelasan, bagaimana tindak
lanjut setelah program ini berakhir.
2. Pengaruh Program AKSK terhadap keluarga